Teluk Pangpang yang Eksotis
| Wed, 10 Nov 2021 - 12:35
Di bagian selatan kabupaten di Pulau Jawa Timur ini terdapat sebuah teluk yang menyimpan potensi yang sangat besar yaitu Teluk Pangpang. Lokasi teluk ini sebenarnya sudah banyak dikenal dengan keberadaan kawasan perikanan Muncar yang menjadi ikon Kota Gandung sebagai sentra perikanan. Berdasarkan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 32/MEN/2010 salah satunya menetapkan kawasan Minapolitan kawasan Muncar.
Selain itu, Teluk Pangpang juga memiliki letak yang sangat strategis menghadap langsung ke Samudera Hindia dan juga menghadap Selat Bali. Daerah Muncar sangat terkenal dengan produksi ikan lemuru yang menjadi andalan produk ikan kaleng untuk pasar dalam negeri bahkan luar negeri sebagai produk ekspor.
Hamparan dedaunan hijau di dahan pohon bakau menandai kawasan Teluk Pangpang, Banyuwangi. Lokasinya meluas hingga mencakup beberapa zona antara desa dan kecamatan di wilayah selatan. Khususnya Kecamatan Muncar dan Tegaldlimo.
Selain hijau, kawasan ini juga kaya akan hasil alam. Banyak nelayan lokal yang memanfaatkan rawa di teluk untuk mengais berbagai hasil laut. Seperti kerang, ikan bahkan udang. Dan di Teluk Pangpang yang bernilai penting adalah mangrove dan sejumlah jenis burung. Baik burung yang dilindungi maupun burung migran dari Australia yang singgah pada bulan-bulan tertentu.
Sedikit berbeda dengan kawasan konservasi, Teluk Pangpang, Kabupaten Banyuwangi, telah ditetapkan Kementerian Kehutanan sebagai ekosistem esensial. Penetapan ini dilatarbelakangi oleh Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 tentang Pemerataan Pembangunan yaitu program Millenium Development Goals (MDGs) yang fokus kegiatannya adalah jaminan Kelestarian Lingkungan (Lundine et al. 2013).
Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia
Terlepas dari itu semua, Teluk Pangpang Banyuwangi merupakan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Penetapan Teluk Pangpang sebagai Kawasan Ekosistem Esensial berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 188/338/KPTS/013/2020 pada 27 Juli 2020.
Kawasan Teluk Pangpang merupakan salah satu kawasan pesisir yang menjadi pusat kegiatan perikanan laut di Kabupaten Banyuwangi. Area Teluk Pangpang berbatasan dengan Selat Bali di sebelah timur dan Samudera Hindia di selatan. Teluk Pangpang terletak di selatan Banyuwangi dengan panjang ± 8 km, lebar teluk ± 3,5 km dengan luas perairan ± 3.000 ha, terletak di Dua wilayah administrasi tersebut adalah Kecamatan Muncar dan Kecamatan Tegaldlimo. Teluk Pangpang dikelilingi oleh pantai-pantai yang memiliki potensi mangrove yang secara geografis terletak antara 8º27'052''- 8º32'098''LS dan 114º2'988''- 114º21'747'' BT (Anonim, 2014).
Teluk Pangpang Banyuwangi telah ditetapkan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE). Pengelolaan kawasan yang menjadi milik kecamatan Muncar dan Tegaldlimo ini juga harus memperhatikan kelestarian alam dan keanekaragaman hayati.
Lalu apa itu KEE? KEE adalah kawasan atau hamparan ekosistem penting yang memiliki nilai keanekaragaman hayati tinggi di luar kawasan konservasi yang secara ekologis dan sosial ekonomi penting untuk tujuan konservasi keanekaragaman hayati. Namun memiliki fungsi yang sama untuk melestarikan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya.
“Secara visual, kawasan yang terkenal dengan mangrove dan lautnya yang tenang di teluk pangpang ini memang kaya akan manfaat. Tidak hanya untuk manusia, tetapi juga untuk spesies hewan seperti burung dan hewan lainnya”, kata Achmad Subijakto Kepala Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi yang akrab disapa Pak Toto, di sela – sela kunjungannya ke Pokdarwis “Pampang Banyu Biru” Kamis, 4/11/2021 didampingi oleh Koordinator Satminkal Penyuluhan BPPP Banyuwangi Dian Tugu Warsito, dengan menggunakan KM. Baracuda 01.
Kini, berbagai pihak menginginkan kawasan ini. Sehingga perlu ada konsep yang jelas untuk mempertahankannya.
“Konsepnya adalah bagaimana suatu kawasan yang bernilai penting dikelola dengan prinsip konservasi. Prinsip perlindungan, prinsip pelestarian, dan prinsip pemanfaatan,” ungkapnya.
Menurutnya, Teluk Pangpang memiliki nilai penting karena hutan bakau di lokasi itu merupakan rumah bagi sejumlah jenis burung.
“Di Teluk Pangpang yang bernilai penting adalah mangrove dan sejumlah jenis burung. Baik burung yang dilindungi maupun burung migran dari Australia yang singgah pada bulan-bulan tertentu,” tambahnya.
Sehingga kawasan yang ditetapkan sebagai KEE, tetap bisa dikelola namun tetap menjaga kelestarian alam. “Ini tetap dipertahankan, tapi di satu sisi masyarakat di sekitarnya bisa berdaya secara ekonomi. Mereka bisa melakukan kegiatan ekonomi, tapi tidak merusak lingkungan,” imbuhnya.
Misalnya, saat mengelola mangrove, bukan sekadar tidak ditebang.
“Bagaimana mangrove tidak ditebang tapi tetap bisa memiliki nilai ekonomi bagi masyarakat. Wisata mangrove bisa dikemas. Bagaimana wisata mangrove bisa berkembang, tentunya juga harus ada peran dan dukungan dari Dinas Pariwisata,” imbuhnya.
Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan KEE harus ada kerjasama dan sinergi dari semua pihak. Mulai dari pemerintah desa, pemerintah daerah, KKP, Perhutani, termasuk lembaga swadaya masyarakat atau kelompok masyarakat.
“Untuk bisa berkolaborasi, pihak-pihak yang memiliki kepentingan, hak dan kewajiban terkait pengelolaan kawasan harus duduk bersama dalam satu forum. Mereka akan bekerja sama mengelola kawasan dengan memperhatikan konservasi keanekaragaman hayati,” pungkasnya.
---
Penulis: Siti Umi Kalsum
Profesi: ASN
Instansi: BPPP Banyuwangi