Teknik Pembesaran Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer, Bloch) di Keramba Jaring Apung BPBL Batam
| Tue, 16 Jul 2019 - 14:11
Kondisi perairan laut saat ini sebagian besar sudah mengalami degradasi lingkungan. Salah satu penyebabnya adanya kegiatan- kegiatan rumah tangga dan industri yang limbanhnya mengarah ke perairan laut. Sehingga untuk melakukan kegiatan pembesaran ikan di KJA perlu suatu kajian teknis, untuk mengatasi carrying capacity yang mulai menurun. Saat ini untuk melakukan pembesaran ikan kakap putih dalam keramba jaring apung pada perairan laut murni (salinitas diatas 25 ppt) membutuhkan perhatian khusus , karena untuk mendapatkan tingkat kelulushidupannya (SR) diatas 50% tidak semudah tahun 2004 dan tahun tahun sebelumnya.
A. Persiapan KJA dan Jaring
Wadah yang digunakan selama proses produksi berupa KJA, ukuran bingkai karamba yang digunakan minimal berukuran 3 x 3 meter. Material bingkai KJA dapat terbuat dari bahan kayu, galvanis, besi, dan HDPE. Pelampung yang digunakan bisa berupa drum plastik atau styrofoam. Jaring yang digunakan terbuat dari bahan polyethylene dengan ukuran minimal 3 x 3 x 3 meter dengan mata jaring ¾ - 1 inchi, ukuran benang D15 untuk masa penggelondongan. Sedangkan untuk masa pembesaran menggunakan kantong jaring berukuran minimal 3 x 3 x 3 meter dengan mata jaring 1,5 - 2 inchi, ukuran benang berkisar D18 - D21. Pergantian jaring dilakukan secara kondisional (maksimal 2 minggu sekali).
B. Persiapan Benih
1. Ukuran Tebar
Penundaan ukuran tebar benih ke KJA menjadi 10 – 12 cm atau dengan berat 15 – 20 gram akan meningkatkan kelulushidupan dan memperpendek masa panen.
2. Vaksinasi
Benih yang ditebar hendaknya sudah divaksin terlebih dahulu. Vaksin yang digunakan adalah vaksin steptococcus atau vibrio polyvalen. Metode vaksinasi yang digunakan adalah injeksi intraperitonial dengan dosis 1 cc per ekor ikan.
C. Penebaran Benih
1. Aklimatisasi
Aklimatisasi adalah suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi dari suatu organisme terhadap lingkungannya yang baru. Penebaran Benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, hal tersebut untuk menghindari suhu matahari tinggi yang akan menyebabkan benih ikan yang dipelihara menjadi stress.
2. Padat Tebar
Padat tebar berkaitan erat dengan pertumbuhan dan angka kelulushidupan.
Tabel 1. Padat Tebar Benih Pada Pembesaran Ikan Kakap putih
Ukuran Tebar ( gram) |
Ukuran Tebar ( cm) |
Padat Tebar ( ekor/m3) |
10 – 25 |
10 – 12 |
60 – 70 |
40 – 50 |
14 – 15 |
50 – 60 |
75 – 100 |
17 – 20 |
40 – 50 |
150 – 200 |
20 – 25 |
25 – 30 |
300 – > 500 |
>25 |
10 – 20 |
Sumber : BPBL Batam (2015)
D. Pemeliharaan Ikan
1. Manajemen Pakan
Jenis pakan yang diberikan dalam pemeliharaan ikan kakap putih bisa berupa ikan rucah (ikan segar) dan pellet komersial atau kombinasi dari kedua jenis pakan tersebut. Dosis pemberian pakan untuk ikan kakap putih yang berbobot kurang dari 100 gram berkisar 5 – 10 % dari total berat badan, dan 3 – 5 % dari total berat badan untuk ikan kakap putih yang berbobot lebih besar dari 100 gram. Pada tahap awal pemeliharaan, frekuensi pemberian pakan minimal 4-5 kali sehari atau sampai ikan kenyang. Frekuensi pemberian pakan dapat dikurangi seiring dengan pertumbuhan ikan.
2. Aplikasi Probiotik, Vitamin dan Multivitamin
Probiotik sebagai makanan tambahan (feed suplement) berupa sel-sel mikroba hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya melalui penyeimbangan flora mikroba intestinalnya. Dosis penambahan probiotik terhadap ransum pakan sebesar 2 gram/kg pakan, dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali dalam seminggu.
Penambahan vitamin C dan multivitamin terhadap ransum pakan ikan yang dipelihara dapat menambah daya tahan tubuh ikan, mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan angka kelulushidupannya (SR). Dosis yang diberikan adalah sebanyak 2 gram/kg pakan dengan frekuensi pemberian adalah setiap hari untuk ikan berukuran kurang dari 50 gram dan 2 kali seminggu untuk ikan yang berukuran lebih besar dari 50 gram.
3. Sampling dan Grading
Sampling ikan adalah pengambilan contoh ikan secara acak minimal 5% – 10”% kemudian dilakukan pengukuran bobot maupun panjang ikan yang dipelihara. Sampling ikan dilakukan sebulan sekali untuk ikan yang berukuran di atas 100 gram, sedangkan untuk ikan yang berukuran di bawah 100 gram antara 2 – 3 kali dalam sebulan.
Grading ikan adalah penyeragaman ukuran ikan dengan cara memilah-milah ikan berdasarkan ukuran berat maupun panjang. Grading dilakukan setiap 2 minggu sekali pada ukuran ikan dibawah 50 gram, dan 1 bulan sekali untuk ukuran ikan di atas 50 gram.
E. Pengendalian Penyakit Ikan dan Kesehatan Lingkungan
1. Pemantauan Kualitas air
Pemantauan kualitas air dengan cara melakukan pengukuran parameter meliputi salinitas, pH, suhu, oksigen terlarut, phosphat, amoniak, nitrit, nitrat, Pengukuran parameter kualitas air dilakukan minimum 2 kali seminggu.
2. Pecegahan Penyakit
Tindakan pencegahan sebenarnya merupakan tujuan utama dalam rencana pengendalian penyakit. Adapun tindakan pencegahan yang dilakukan antara lain :
> Melakukan pergantian dan pencucian jaring secara rutin
> Pengaturan padat tebar yang sesuai ukuran ikan karena kepadatan yang tinggi ikan stres dan mudah terserang penyakit
> Pemberian pakan yang optimal baik jumlah maupun nutrisinya
> Perendaman ikan dengan air tawar dan pemberian antiseptik sesuai dengan dosis.
> Perendaman ikan dengan formalin teknis 60% dengan dosis 100 – 150 ppm
> Penambahan vitamin C, multivitamin dan probiotik pada pakan.
> Tidak membuang sampah/limbah organik di sekitar lokasi budidaya
3. Pengobatan penyakit ikan
Penyakit yang menyerang pada ikan kakap putih yaitu penyakit yang disebabkan oleh bakteri, parasit, dan Virus. Jenis obat yang sering digunakan adalah antiseptic dan antimicrobial yang direkomendasikan.
F. Pemanenan
Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk mengurangi stress selama pemanenan. Alat panen yang digunakan untuk ikan konsumsi berupa scoop net. Ukuran panen ikan kakap putih konsumsi memiliki bobot minimal 500 gr. Sebelum dilakukan pemanenan ikan terlebih dahulu dipuasakan selama satu hari.
Sistem pengangukutan ikan konsumsi ada sistem terbuka dan ada sistem tertutup. Pengangkutan ikan hidup sistem terbuka dilakukan secara langsung menebar ikan komsumsi di palka yang tersedia air mengalir sehingga kualitas air dapat terjaga baik selama perjalanan. Sedangkan sistem pengangkutan tertutup dengan cara pengemasan menggunakan box/styrofoam.
Sumber : BPBL Batam