• Home
  • Infomina
  • Pengabdian kepada Masyarakat, Tim Dosen Akuakultur UBB Optimalisasi Produksi Ikan Pakai Maggot

Pengabdian kepada Masyarakat, Tim Dosen Akuakultur UBB Optimalisasi Produksi Ikan Pakai Maggot

| Thu, 24 Sep 2020 - 16:36

Tim Dosen Akuakultur Universitas Bangka Belitung melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat terkait optimalisasi produksi ikan di Pembudidaya Ikan di Dusun Dempo, Kelurahan Bukit Ketok, Belinyu.


Tim pengabdian ini terdiri dari Eva Prasetiyono, Eva Utami dengan dibantu oleh tenaga teknisi Hari Fitriyanto dengan mencoba mengembangkan pakan mandiri dari bahan baku utama maggot.


"Permasalahan utama dalam kegiatan prouksi ikan budidaya adalah besarnya pengeluaran biaya produksi untuk pakan ikan. Umumnya 60-70 persen biaya produksi yang dikeluarkan oleh pembudidaya ikan digunakan untuk pembelian pakan ikan," ujar Dosen Akuakultur Eva Prasetiantono, Senin (21/9/2020).


Baca juga: BSF untuk Budidaya, Maggot Hingga Kepompong


Lebih lanjut, ia menerangkan pembudidaya ikan umumnya mengandalkan pakan ikan komersil untuk memacu pertumbuhan ikan mencapai ukuran konsumsi.


Saat ini sudah banyak pembudidaya ikan mengunakan pakan-pakan alternatif yang dibuat secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan. Pembuatan pakan mandiri ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi penggunaan pakan ikan komersil yang harganya semakin meninggi.


"Beberapa bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan pakan secara mandiri salah satunya adalah maggot. Maggot merupakan larva yang terbentuk dari lalat Black Slodier Fly (BSF). BSF merupakan lalat yang menguraikan bahan-bahan organik seperti sampah-sampah organik," jelas Eva.


Namun lalat BSF yang berwarna hitam beda dengan lalat hijau. Walaupun sama-sama berperan dalam proses pembusukan bahan organik, namun lalat BSF tidak membawa bibit penyakit atau menjadi vektor pembawa penyakit sebagaimana lalat hijau. Bahkan beberapa jurnal penelitian menyebutkan larva maggot yang dihasilkan oleh lalat BSF memiliki kandungan anti mikroba.


Baca juga: FAO: “Potensi Magot BRBIH Sangat Menarik”


"Untuk mendapatkan maggot dilakukan proses produksi maggot. Maggot diproduksi pada kandang khusus dengan menggunakan media bahan organik dedak yang difermentasikan. Dedak ini diletakan pada wadah ember hitam. Di atas dedak diletakkan potongan kardus yang terdapat rongga sebagai tempat bagi lalat BSF meletakan telurnya. Telur yang menjadi larva maggot selanjutnya akan mengkonsumsi bahan organik hasil fermentasi di ember tersebut," kata Eva.


Ia menambahkan maggot yang dihasilkan dari proses produksi dapat dijadikan bahan utama untuk pembuatan pakan ikan. Berdasarkan riset, maggot memiliki kandungan protein 35-40 persen.


Pembuatan pakan mandiri dapat diformulasikan dengan menggunakan bahan baku maggot dengan bahan baku lainnya untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada ikan.


Kegiatan pembuatan pakan mandiri yang dilakukan oleh para tim pengabdian Universitas Bangka Belitung menggunakan formulasi 35 persen maggot, 35 persen dedak polar gandum dan 30 persen ikan rucah. Semua bahan tersebut dicampur. Selanjutnya pakan dicetak dengan mesin cetak dan dikeringkan secara konvensional.


Pakan ikan yang semakin kering akan menentukan kemampuan lamanya daya apung di air Pembuatan pakan mandiri untuk ikan dapat menggunakan formulasi maggot, ikan rucah dan dedak.


Baca juga: Maggot, Pakan Alternatif Berprotein Tinggi untuk Ikan


"Pakan mandiri dengan bahan baku utama maggot disukai oleh ikan-ikan lele yang dibudidayakan. Terlihat dari aktifnya ikan dalam mengkonsumsi pakan yang diberikan. Palatabilitas (tingkat kesukaan) ikan terhadap pakan yang diberikan tergolong tinggi. Peforma pertumbuhan dan perkembangan ikan cukup baik.. Ikan lele dapat panen pada pemeliharaan 3-4 bulan. Panen ikan lele dumbo didapatkan dengan bobot 145 - 165 gram per ekor (1 kilogram ikan dengan jumlah total 6-7 ekor).


Berdasarkan kegiatan yang dilakukan selama selama Juli-Agustus mnggunaan pakan mandiri dari bahan baku maggot ini secara signifikan mampu mengurangi penggunaan pakan komersil pabrik yang harganya lebih mahal.


"Hasil analisis perbandingan antara pakan komersil dan pakan mandiri dengan bahan baku maggot untuk padat tebar 1000 ekor dengan Survival Rate 80 persen, dengan ukuran padat tebar awal 12 cm dan panen 7 ekor dengan bobot 1 kilogram, menghasilkan margin sebesar Rp399 ribu. Artinya penggunaan pakan mandiri berbahan baku maggot dapat mengurangi biaya produksi sebesar Rp399 ribu untuk padat tebar 1000 ekor. Dengan demikian penggunaan pakan mandiri berbahan baku maggot dapat dipertimbangkan sebagai pakan alternatif dalam budidaya ikan khusunya ikan lele," tutur Eva.


Sumber: Bangka Tribun News

Tentang Minapoli

Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis akuakultur terintegrasi. Dengan memanfaatkan teknologi, pembudidaya dapat menemukan produk akuakultur dengan mudah dan menghemat waktu di Minapoli. Platform ini menyediakan produk-produk akuakultur dengan penawaran harga terbaik dari supplier yang terpercaya. Selain itu, bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.


Artikel lainnya

Terkini 

Tantangan Besar Mewujudkan Budidaya Abalon

Minapoli

1165 hari lalu

  • verified icon1962
Terkini 

Tugas KKP, Edhy: Mendengar, Melihat, dan Mengeksekusi

Info Akuakultur

1627 hari lalu

  • verified icon1686
Terkini 

Krill: The Ocean’s Answer to Sustainability

Minapoli

1530 hari lalu

  • verified icon2194
Terkini 

Jabar Luncurkan Program Budi Daya Ikan Milenial, Seperti Apa?

Minapoli

1092 hari lalu

  • verified icon1853