• Home
  • Infomina
  • Minapadi Percontohan KKP Kembali Menarik Minat Mancanegara

Minapadi Percontohan KKP Kembali Menarik Minat Mancanegara

| Fri, 19 Jul 2019 - 09:46

Pengembangan minapadi di Indonesia kembali menarik minat negara lain. Setelah 13 negara perwakilan negara-negara Asia-Pasifik belajar minapadi di Indonesia pada awal tahun 2019, kali ini negara tirai bambu China yang menaruh minat kepada sistem minapadi yang telah memberikan keuntungan ganda bagi petani di Indonesia. Delegasi dari China sebanyak 7 orang yang berasal dari Freshwater Fisheries Research Center of Chinese (FFRC) yang melihat langsung kegiatan minapadi di Sukoharjo yang merupakan percontohan minapadi dari KKP pada 15 – 17 Juli serta berdiskusi langsung dengan petani minapadi setempat. Sebelumnya Indonesia menjadi percontohan di dunia untuk sistem minapadi, serta menjadi rujukan FAO untuk wilayah Asia Pasifik.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Slamet Soebjakto, dalam keterangannya Kamis (18/7) menyampaikan apresiasi yang besar kepada delegasi dari FFRC yang telah menaruh perhatian yang besar terhadap minapadi di Indonesia. Slamet menyampaikan bahwa minapadi menjadi salah satu kegiatan prioritas KKP sejak 2016. Hingga 2018, KKP sudah mengembangkan percontohan minapadi di lahan seluas 580 ha dan menyebar di 26 kabupaten di Indonesia. Untuk tahun 2019, KKP akan mengembangkan lagi di lahan seluas 400 ha yang menyebar di berbagai daerah serta menggandeng Kementerian Pertanian untuk menjadikan minapadi sebagai kegiatan prioritas.

Slamet menambahkan, ”Minapadi kita jadikan kegitan prioritas karena beberapa keunggulannya, diantaranya mampu menghasilkan padi organik dengan peningkatan hasil panen padi 2-3 ton serta pendapatan tambahan pendapatan dari ikan minimal 1 ton ikan per hektar. Selain tambahan pendapatan hingga 40%, keuntungan lainnya adalah pada saat proses produksi padi tidak mengggunakan pestisida, serta minim dalam penggunaan pupuk.”

“Kita tentu sangat bangga Indonesia dapat menjadi lokasi studi banding oleh negara China yang terkenal maju di bidang akuakultur serta menjadi produsen akuakultur nomor satu di dunia” lanjut Slamet

“Komitmen Indonesia untuk menjadikan minapadi sebagai program prioritas turut mendukung program ketahanan pangan nasional, bahkan diperhitungkan dalam memberikan kontribusi pemenuhan kebutuhan pangan global “ kata Slamet

Slamet menerangkan bahwa saat ini minapadi tidak hanya diandalkan untuk mencukupi kebutuhan ikan nasional atau ketahanan pangan, namun telah berkembang dan dimanfaatkan sebagai lokasi agrowisata yaitu pariwisata berbasis penggunaan lahan pertanian atau perikanan untuk menjadi daya tarik bagi wisatawan.

“Agrowisata minapadi telah berkembang di beberapa daerah seperti di Desa Jatiluwih Kecamatan Penebel, Tabanan Bali, Desa Cikarutug Kecamatan Cireunghas, Sukabumi Jawa Barat dan di Kecamatan Sayegan, Kabupaten Sleman Jogyakarta. Daerah-daerah itu dapat menjadi contoh bagaimana pengelolaan kawasan minapadi dapat menggerakan sektor lain seperti wisata dan edukasi” pungkas Slamet.


Sementara itu Prof. Zhu Jian, pimpinan delegasi dari FFRC yang datang berkunjung ke lokasi minapadi di Sukoharjo, Jawa Tengah, yang merupakan proyek percontohan minapadi kerjasama antara KKP dengan FAO tahun 2018, mengungkapkan adanya pendapatan tambahan yang diperoleh dari budidaya sistem minapadi membuat pemerintah China melalui Ministry of Agriculture and Rural Development menggencarkan konsep ini untuk mendukung program ruralisasi yang tengah dilakukan pemerintahnya. Pemerintah China terangnya, berharap agar penduduk atau pemuda desa yang dulunya ramai-ramai bekerja ke kota dapat kembali lagi ke desa dan menggeluti usaha minapadi ini.

Zhu menambahkan pentingnya penyediaan protein ikan di China, “sepertiga kebutuhan total protein di China dipenuhi dari ikan, dimana dua per tiga penyediaan ikan tersebut berasal dari akuakultur, sehingga program minapadi menjadi sangat penting untuk dapat mendongkrak produksi ikan” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, rata-rata pendapatan masyarakat pembudidaya ikan secara nasional meningkat dari Rp.3,29 juta per bulan pada tahun 2017 menjadi Rp. 3,38 juta per bulan di tahun 2018, peningkatan pendapatan tersebut salah satunya merupakan dampak kegiatan usaha minapadi di berbagai daerah, di samping kegiatan prioritas lainnya seperti budidaya ikan sistem bioflok, program pakan mandiri, penerapan teknologi recirculation aquaculture system (RAS), pengembangan budidaya rumput laut hasil kultur jaringan, restocking benih ikan lokal di perairan umum serta kegiatan lainnya.


Sumber : Humas DJPB

Artikel lainnya