Menikmati Gurihnya Rejeki Budidaya Ikan Patin
| Thu, 07 Apr 2022 - 10:06
Tiga tahun menekuni budidaya ikan patin, Rudiyanto alias Rudi (28), warga Desa Margodadi, Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan, kini sudah bisa menikmati gurihnya usaha kerasnya. Ia memang masih harus bekerja keras untuk budidaya ikan patin. Namun, kerja kerasnya itu sebanding dengan hasil yang didapatkannya setiap panen.
Soal pemasaran, pria yang hanya tamatan SMP ini mengaku sudah tidak pusing lagi. Sebab, begitu ikan besar dan layak dipanen sudah ada penampungnya. Hasil panen ikan patin itu biasa dikirim ke PT Central Pertiwi Bahari (PT CPB) di Karawang, Jawa Barat dengan harga Rp 16 ribu/Kg.
Sebelum dikirim ke PT CPB, ikan dilakukan penyembelihan terlebih dulu untuk dikeluarkan darahnya dan dimasukkan ke bak penampungan berisi air bersih. Hal ini supaya difillet di perusahaan, ikan benar-benar bersih atau tidak ada darahnya lagi. Selanjutnya, ikan diberi es batu saat proses pengiriman.
“Pengiriman ikan atau masuk fillet ke pabrik PT.CPB, usia ikan enam bulan dengan bobot ikan 7 ons. Tapi untuk pasar lokalan, usia 4 bulan dan bobot ikan 4-5 ons bisa di panen. Sekali angkutan untuk dikirim di perusahaan PT CPB, sebanyak 5 ton 7 kuintal ikan menggunakan kendaraan truk,”ungkapnya.
Baca juga: Budidaya Ikan Patin, Praktis dan Menguntungkan
Dikatakannya, selain dikirim ke perusahaan, ikan patin hasil budidaya ini juga dijual ke sejumlah pasar lokal di beberapa wilayah di Lampung dan mayoritas pembeli yang datang sendiri untuk mengambilnya.
Mengenai tingkat risiko membudidaya ikan patin, kata Rudi, terbilang kecil jika dibandingkan budidaya ikan air tawar lainnya seperti lele misalnya. Proses pemeliharaannya cukup gampang, karena begitu bibit ikan patin ini ditebar hingga panen, tidak perlu pemijahan. Selain itu jika telat memberikan pakan, tidak ada risiko kematian pada ikan patin namun hanya bobot ikannya saja yang berkurang.
“Dalam sehari, Ikan patin diberi makan dua kali yakni pagi dan sore. Pakan yang dihabiskan untuk 19 kolam mulai dari ikan ditebar hingga siap dipanen, menghabiskan sekitar 200 ton pakan,”ujarnya.
Namun, yang dikhawatirkan jika datang musim penghujan. Ikan akan mengalami stres dan mati, akibat dari zat asam yang naik setelah turun hujan. Untuk menanggulanginya kolam harus ditabur dengan garam, hal tersebut untuk mengurangi tingginya zat asam dalam air kolam tersebut.
“Jadi untuk mengurangi zat asamnya akibat itensitas curah hujan, kolam ditabur garam. Satu kolam butuh tiga bungkus atau 1 kg garam, dan ditaburnya hanya sekali saja yakni setelah hujan reda. Untuk 19 kolam ini, menghabiskan sekitar 15 Kg garam,” kata dia.
—
Artikel ini pertama kali dibuplikasikan di Teras Lampung. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terkandung di dalamnya bukan tanggung jawab Minapoli.