• Home
  • Infomina
  • Memajukan Budidaya Perikanan Berbasis Kearifan Lokal

Memajukan Budidaya Perikanan Berbasis Kearifan Lokal

| Tue, 14 Sep 2021 - 11:57

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah menetapkan pembangunan kampung perikanan budidaya tawar, payau dan laut berbasis kearifan lokal menjadi salah satu dari tiga program terobosan untuk periode 2021-2024. 


Secara ringkas dapat saya sampaikan bahwa pembangunan kampung-kampung budidaya perikanan berbasis kearifan lokal merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mendorong terciptanya kemandirian ekonomi dan ketahanan pangan di satu daerah melalui kegiatan budidaya perikanan. Program ini akan memicu tumbuhnya pusat ekonomi baru di satu daerah.


Penyematan kata "kearifan lokal" tidak sebatas mengacu pada cara budidaya-nya tapi juga komoditas yang dibudidayakan. Sebagai contoh nantinya akan ada kampung budidaya ikan belida di Sumatera Selatan, atau kampung budidaya aruan di Pulau Kalimantan.


Jadi, target lain dari program pembangunan kampung-kampung budidaya perikanan berbasis kearifan lokal ini sekaligus menjaga keberlanjutan ikan-ikan unggulan di satu daerah. Ikan-ikan lokal yang mulai tergerus populasinya akibat penangkapan yang tidak terkontrol, akan diupayakan kelestariannya melalui program terobosan ini.


Baca juga: 7 Jenis Ikan Lokal yang Berpotensi untuk di Budidaya


Komoditas sasaran kampung budidaya berbasis kearifan lokal meliputi perikanan air tawar, payau dan laut (asin) dengan target membuat pertumbuhan ekonomi lebih merata bagi masyarakat perikanan, baik yang tinggal di pedalaman yakni yang jauh dari laut, maupun yang tinggal di wilayah pesisir.


Kunci Sukses

Program terobosan pembangunan kampung budidaya berbasis kearifan lokal akan sukses jika peran riset diberikan porsi besar. Artinya, pembangunan yang dilakukan di satu daerah sudah melalui telaah yang dalam. Baik dari sisi sosial, lingkungan hingga pasar. Kenapa riset penting, karena program terobosan ini dirancang bukan sebatas menjadikan kampung budidaya sebagai tempat produksi tapi sekaligus pusat pertumbuhan ekonomi yang menelurkan kegiatan-kegiatan ekonomi lain (multiplier effect).


Dengan demikian program terobosan kampung budidaya benar-benar menjadi kekuatan ekonomi lokal yang berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, bertambahnya pendapatan asli daerah (PAD) dan menjadi ladang lapangan pekerjaan.


Permodalan juga menjadi bagian penting dalam penerapan program terobosan pembangunan kampung budidaya berbasis kearifan lokal. Untuk itu, KKP menyiapkan bantuan pinjaman modal melalui Badan Layanan Umum Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (BLULPMUKP), di samping dukungan infrastruktur hingga pasar. Mekanisme peminjamannya bisa melalui perorangan maupun koperasi.


Baca juga: Dorong Budidaya Ikan Lokal Agar Tak Punah


Kemudian KKP memberikan dukungan pendampingan yang meliputi pendampingan manajemen usaha dan pendampingan teknis usaha. Sebab tolak ukur keberhasilan program ini tidak hanya nilai panen yang didapat pembudidaya tapi juga kelancaran debitur dalam membayar kewajiban, agar dukungan pembiayaan permodalan melalui dana bergulir yang digelontorkan pemerintah pusat dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat kelautan dan perikanan lainnya.


Peran unit pelaksana teknis (UPT) di bawah naungan unit eselon I KKP juga akan dioptimalkan dalam mengimplementasikan program terobosan kampung budidaya berbasis perikanan lokal di tengah masyarakat. UPT harus berperan dalam memproduksi pakan dan benih untuk menyokong kegiatan budidaya yang dijalani masyarakat.


Contoh

Keberhasilan dukungan pembiayaan modal dari BLU-LPMUKP dapat dilihat dari kesuksesan kampung budidaya lele Semin di Kabupaten Gunungkidul, DIY. Penyaluran pinjaman modal kepada koperasi di wilayah tersebut berhasil meningkatkan jumlah anggota pembudidaya maupun pendapatan mereka. Beberapa yang menjadi indikator kesuksesan adalah jumlah pembudidaya yang tadinya 28 kepala keluarga (KK) meningkat menjadi ratusan KK.


Volume produksi dari 0,7 ton per bulan naik drastis menjadi minimal 3 ton per bulan. Penghasilan kotor koperasi sebelumnya Rp 5 juta per bulan, sekarang menanjak di angka Rp 40 juta sampai Rp 50 juta bersih. Lalu nilai aset koperasi yang tadinya hanya Rp 20 juta, naik beratus kali lipat menjadi Rp 2,93 miliar. Penghasilan pelaku usaha yang menjadi anggota koperasi juga ikut meningkat dari yang tadinya tidak menentu, sekarang di angka Rp 3 juta sampai Rp 5 juta per bulan.


Baca juga: Kampung Mina Padi di Samberembe, Sleman


Sebuah capaian yang patut kita apresiasi bersama. Kabupaten Gunungkidul yang dikenal sebagai daerah "kering" saat kemarau, kini memiliki oase berupa kegiatan budidaya sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi daerah.


Kisah sukses kampung budidaya Semin di Gunungkidul tentunya menjadi penyemangat bagi kami dan kita semua dalam menjalankan program terobosan pembangunan kampung-kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di Indonesia. Dukungan dari pemerintah daerah dan stakeholder perikanan juga menjadi pendorong suksesnya program terobosan ini. Perlu saya tegaskan, program terobosan pembangunan kampung budidaya perikanan berbasis kearifan lokal adalah program kolaboratif.


Mari bersama melahirkan pusat-pusat ekonomi baru di berbagai daerah Indonesia yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di tengah masyarakat dan kelestarian komoditas perikanan lokal. Insya Allah, program terobosan ini juga menjadi pendorong majunya budidaya perikanan dalam negeri yang selaras antara ekologi dan ekonomi. Mohon doanya.


Sumber: finance.detik.com

Artikel lainnya