• Home
  • Infomina
  • Memahami Penyebab Udang Mati Mendadak & Mitigasinya

Memahami Penyebab Udang Mati Mendadak & Mitigasinya

| Fri, 18 Jul 2025 - 17:15

Bagi petambak udang, terjadinya kematian massal secara mendadak menjadi salah satu fenomena yang paling dikhawatirkan.


Kondisi tambak yang mungkin “terlihat normal”, namun seketika menjadi penuh bangkai udang yang mengambang esok harinya. Fenomena yang tentu menyebabkan kerugian masif bagi petambak.


Untuk mencegah kejadian tersebut, maka petambak sebaiknya mengetahui terlebih dahulu faktor penyebab kematian mendadak.


Artikel ini akan membahas secara mendalam penyebab kematian mendadak serta langkah mitigasi dan pencegahannya yang aplikatif di tambak. 


Penyebab Udang Mati Mendadak

Jika dilihat secara garis besar, kematian mendadak yang terjadi pada tambak udang vaname umumnya dipengaruhi oleh 3 faktor berikut ini. 



Gambar: Facebook Candra Andi Santoso

Penyakit Udang Vaname

Salah satu faktor yang telah banyak menyebabkan kematian udang massal dan mendadak dalam berbagai kasus. Beberapa penyakit seperti AHPND, WSSV, dan IMNV masih menjadi momok banyak petambak hingga saat ini.


Persentase kematian populasi yang terjadi akibat penyakit-penyakit tersebut dapat mencapai 100%, atau dalam kata lain seluruh udang yang ada di tambak.


Dibandingkan dengan komoditas perikanan lainnya, udang vaname termasuk lebih rentan terserang penyakit karena sistem imunnya yang tidak memiliki memori sehingga tidak mampu mengenali dan melawan kembali penyakit yang pernah menyerangnya.


Kenali Bahaya Penyakit AHPND Lebih Detail 


Stres Akibat Lingkungan

Kematian mendadak akibat kondisi lingkungan terjadi akibat keracunan zat toksik dalam air, ketidakmampuan beradaptasi terhadap fluktuasi kualitas air ekstrem, atau akumulasi stres yang berkepanjangan.


Kematian akibat faktor ini sering terjadi akibat dari beberapa hal yang bersifat akumulatif atau terjadi secara cepat. Salah satu contoh kematian akibat stres lingkungan yang terjadi secara cepat yaitu udang vaname yang tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan pH dan salinitas pada saat hujan lebat atau mendung berkepanjangan terjadi.


Selain itu, terdapat beberapa contoh kematian akibat faktor lingkungan yang bersifat akumulatif:

- Udang keracunan amonia atau nitrit dari lumpur dasar yang menumpuk

- Kurangnya kandungan oksigen terlarut akibat tingginya bahan organik

- Nafsu makan udang yang menurun akibat kondisi air yang kotor


Tips Budidaya Udang Vaname saat Musim Hujan


Blooming Algae

Fenomena yang sangat dihindari oleh petambak ini punya dampak yang signifikan dalam menyebabkan kematian massal pada populasi udang vaname. Penyebab utama dari fenomena ini biasanya adalah alga dari golongan Blue-Green Algae (BGA) yang memiliki kemampuan untuk mengeluarkan racun bagi hepatopankreas udang. Selain itu, tentunya ledakan populasi ini juga menurunkan kandungan oksigen terlarut di tambak secara drastis.


Ciri utama dari tambak yang akan atau telah mengalami blooming algae ini yaitu warna air yang hijau pekat atau hijau kebiruan dengan kecerahan yang sangat rendah.


Gagal Molting

Molting adalah fenomena pergantian kulit yang secara alami dilakukan oleh udang, termasuk pada saat fase budidaya. Oleh karena itu, petambak harus memantau dan mendukung aktivitas molting ini di tambak.


Molting umumnya terjadi pada kurun waktu serentak atau berdekatan oleh populasi udang vaname di tambak. Oleh karena itu, kematian akibat kegagalan proses molting ini tampak terjadi secara mendadak dan bersamaan di tambak.


Langkah untuk mencegah kematian mendadak udang akibat faktor-faktor tersebut adalah dengan memberikan asupan nutrisi yang cukup, menjaga kualitas air tetap stabil, dan melakukan monitoring kesehatan udang.


Bagaimana Cara Mengatasi Udang Gagal Molting? Cek di sini


Kematian Mendadak Akibat Penyakit

Dari ketiga faktor tersebut, penyakit menjadi aspek yang kian mengkhawatirkan karena tingkat dampak yang terjadi serta eskalasi penyebaran penyakit di industri udang vaname yang semakin tinggi.



Gambar: GDM Organik


Beberapa penyakit telah terbukti mampu menyebabkan kematian udang vaname secara mendadak dan massal dalam waktu relatif singkat, antara lain:

- AHPND/EMS: dapat menyebabkan kematian hingga 100% dalam waktu 30 hari budidaya

- WSSV: dapat menyebabkan kematian massal sejak hari ketiga udang terinfeksi

- IMNV:berpotensi menyebabkan kematian hingga 70% populasi di tambak 


Bila kematian mendadak sudah terjadi, maka langkah terbaik adalah mencegah penyebaran ke petak kolam lainnya.


Langkah mitigasi yang paling efektif adalah dengan melakukan deteksi penyakit pada udang vaname, bahkan sebelum terlihat adanya gejala.


Mitigasi dengan Deteksi Penyakit Dini

Deteksi penyakit sejak dini secara rutin dapat menjadi “sinyal” untuk memberikan perlakuan pada udang vaname.


Ketika jenis penyakit udang telah terdeteksi, bahkan sebelum muncul gejala, maka petambak dapat memberikan treatment yang sesuai agar dapat mencegah penyebaran penyakit sedini mungkin.


Semakin cepat penyakit udang terdeteksi, maka pencegahan terjadinya kematian massal dan mendadak semakin cepat dilakukan.


Kini, perkembangan teknologi telah mempermudah petambak hingga dapat melakukan cek penyakit langsung di tambak kurang dari 1 jam.


Bagaimana Cek Penyakit Udang Kurang dari 1 Jam? 


Teknologi LAMP PCR memungkinkan alat deteksi penyakit menjadi lebih ramping dan mudah dibawa dibandingkan PCR konvensional, memungkinkan deteksi on-site yang mudah dioperasikan oleh petambak sendiri.


Salah satu alat LAMP PCR yang berkualitas di Indonesia yaitu RAPID Test Kit dari Forte Biotech yang portable dan akurat hingga 92% tingkat ketelitian PCR.


Kasus Nyata Cegah Kerugian Massal dengan Deteksi Penyakit Dini

Langkah deteksi sejak dini terbukti dapat menyelamatkan salah satu perusahaan tambak udang vaname di Sarangani, Filipina, dari kerugian akibat kematian massal.


Perusahaan ini memiliki dua tambak yang beroperasi pada siklus yang sama, yaitu tambak A dan B.


Sayangnya, tambak A terpaksa harus dipanen secara darurat akibat adanya kematian massal yang terjadi karena komplikasi penyakit EHP dan EMS.


Ternyata, tambak B ternyata juga telah terinfeksi oleh penyakit yang sama. Bedanya, hasil ini didapatkan dari proses deteksi penyakit menggunakan alat RAPID Test Kit sejak sebelum muncul gejala.


Dengan hasil deteksi tersebut, manajemen tambak kemudian dapat treatment pencegahan sejak dini melalui pemberian probiotik dan memperketat biosekuriti.


Hasilnya? Udang vaname dari tambak B dapat tumbuh dengan normal, bahkan dapat dipanen mencapai target FCR.


Kasus ini menjadi contoh pembelajaran riil tentang urgensi deteksi penyakit udang sejak dini di tambak untuk mencegah kematian massal. 


Kemudahan Deteksi Penyakit Dini Langsung di Tambak

Kini, petambak bisa mendeteksi penyakit udang langsung di lokasi tambak hanya dalam waktu kurang dari 1 jam menggunakan RAPID Test Kit dari Forte Biotech.




Dengan kemudahan akses tersebut, petambak bisa mendapatkan hasil yang akurat dan cepat untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan.


RAPID Test Kit dari Forte Biotech mudah digunakan oleh petambak dan memungkinkan pengujian rutin setiap minggu, memberikan informasi identifikasi penyakit sebelum gejala muncul. 


Dengan RAPID Test Kit dari Forte Biotech, deteksi penyakit kini bisa menjadi lebih terjangkau dan menjaga hasil panen secara nyata. 


Dapatkan RAPID Test Kit di sini.

Artikel lainnya

Udang 

Panen, Indikator Evaluasi Usaha Budidaya

Minapoli

900 hari lalu

  • verified icon3428
Udang 

Kandungan Aquazyme & Fungsinya untuk Tambak Udang

Minapoli

226 hari lalu

  • verified icon1491
Udang 

Udang Jerbung, Efisien Dibudidaya Berpotensi Ekspor

Minapoli

2083 hari lalu

  • verified icon3554