Manajemen Blind Feeding pada Fase Awal Budidaya Udang
| Fri, 23 Dec 2022 - 16:35
Biaya operasional terbesar dalam berbudidaya udang berasal dari pakan. Untuk menyiasati itu diperlukan penerapan manajemen atau pola pemberian pakan yang tepat, dalam hal ini yaitu tepat jumlah dan waktu pemberian pakan yang akan memengaruhi behavior (kebisaaan makan udang). Pakan buta atau yang lebih familiar dikenal sebagai blind feeding adalah pakan yang diberikan di awal budidaya pasca benur ditebar. Berbeda dengan manajemen pemberian pakan terprogram yang dihitung berdasarkan ADG (pertumbuhan harian), FR (Feeding Rate) dan IP (Index Pakan), pakan ini khususnya diberiikan pada awal 30 hari budidaya tanpa mengacu pada hal tersebut.
Artikel terkait: 4 Pilihan Pakan untuk Benur Udang Vaname Tumbuh Optimal
Udang muda yang masih pada tahap juvenil mengonsumsi plankton sebagai pakan utamanya. Sebab masa hidupnya yang mengalami perpindahan dari hatchery ke kolam budidaya, sehingga pemberian pakan disesuaikan terlebih dahulu dengan kebiasaan sebelumnya saat di tempat penetasan.
Benur yang masih berukuran sekitar 8-12 cm di hari pertama tebarnya hanya mampu mengonsumsi pakan alami sesuai bukaan mulut yang berukuran kecil. Sebelum benur dimasukkan, air budidaya dipersiapkan lebih dahulu selama kurang lebih satu bulan untuk menumbuhkan plankton.
Dalam proses adaptasi makanan ini, pakan buatan berbentuk pelet diberikan melalui pola blind feeding untuk membiasakan dan memancing benur terhadap aroma dan bentuk pakan artifisial. Selama fase awal budidaya, diet udang belum bisa dikontrol—dalam hal ini belum diketahui kebutuhan dan nafsu makannya—sehingga wajar jika kebanyakan pelet yang ditebar memang tidak termakan.
Baca juga: Memilih Benur Vaname dengan Keunggulan Genetik yang Tepat
Teknisi tambak udang vaname area Jember, Bagus Ihsaan Indramaulana, merasakan banyak pakan yang tidak termakan terutama di DOC 10-15 hari awal kultur. Namun, menurut apa yang ia terapkan, setiap teknisi punya tujuan lain dari pemberian blind feeding itu. “Selain kita manfaatkan untuk pakan udang, di sisi lain blind feeding itu biasa kita gunakan untuk membentuk air melalui penumbuhan plankton. Karena pada 30 hari pertama, masih dilakukan proses pembentukan air untuk menuju kondisi air yang stabil,” jelas Bagus saat diwawancarai Aqua Indonesia melalui sambungan telepon, Kamis (22/9).
Menurutnya, karena pakan mengandung nitrogen, hal itu menyebabkan terjadinya proses nitrifikasi dalam air, membentuknya menjadi nitrat, yang kemudian menutrisi plankton untuk tumbuh. Hal itu yang ia dan teknisi lain harapkan agar kondisi airnya stabil yaitu dengan menumbuhkan plankton.
Ini juga selaras dengan artikel yang terbit pada laman jala.tech, di mana pemberian pakan buta tidak memerhatikan program pakan dan berhubungan langsung dengan ketersediaan pakan alami di kolam. Sejumlah pakan akan dimakan oleh udang, selain itu kebanyakan sisanya yang tidak termakan akan menjadi pupuk untuk air budidaya.
Seputar udang: Mempersiapkan Tambak dan Manajemen Pakan Udang Galah
“Mungkin blind feeding memang ada polanya, tapi tidak ada pakem pastinya. Biasanya pola yang digunakan antara 3-2-4-6 atau 2-2-4-6. Yang kita lakukan di sini benar-benar di bawah itu. Karena menurut kita, banyak atau sedikitnya tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan udang,” jelasnya lebih jauh.
Bagus memberi klaim bahwa penerapan blind feeding tersebut kembali ke kondisi di lapangan masing-masing, sehingga metode ini tidak bisa disamakan ke seluruh lokasi budidaya. Perlu dilakukan pengujian kembali apakah metode yang sama cocok untuk diterapkan.
“Kita pernah melakukan perbandingan di tambak ini, salah satu teknisi menggunakan pola blind feeding 2-2-4-6 dengan memberikan seluruh jatah pakan butanya berdasarkan perhitungan pola tersebut secara konsisten terus-menerus (anggap 100%). Sedangkan saya sendiri mencoba mengaplikasikan blind feeding dengan pola yang sama sebanyak 80% dari jatah sebenarnya, pakan dikurangi 20% dari pemberian seharusnya,” terusnya.
Informasi lainnya: Nafsu Makan Udang Menurun, Coba Gunakan Cara Ini
Ketika melakukan sampling pertama di umur 30 hari, ternyata hasil timbangan bobot udang tidak berbeda jauh. Untuk saat ini, paling tidak ia merasa di lokasinya berbudidaya tidak terlalu berpengaruh pada pertumbuhan udang.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pakan yang dimakan oleh benur hanya sebagian kecil dari total pakan buta yang diberikan, dan jumlah konsumsinya tetap sama meskipun diaplikasikan 100% atau 80%. Sisa pakan yang tidak termakan—jumlahnya banyak atau sedikit—teralihkan untuk membentuk air. Perbedaan 20% itu lebih tepatnya berpengaruh terhadap kualitas air kolam budidaya. *Wartawan Aqua Indonesia
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh aquaindonesia. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.