Lampung Pelopori Budidaya Udang Vaname Air Tawar Ramah Lingkungan
| Wed, 03 Nov 2021 - 13:29
Siapa yang tak mengenal udang? Tahukah anda bahwa memelihara udang bisa dilakukan pada salinitas rendah bahkan air tawar. Kawasan yang mempelopori budidaya udang pada salinitas rendah adalah Lampung Selatan sebagai salah satu sentra produksi udang terbesar di wilayah Lampung. Banyak kegiatan produksi yang dilakukan mulai dari pembenihan hingga pembesaran.
Edy Sofyan sebagai pelopor usaha benur udang vaname air tawar menjelaskan awalnya ide ini muncul karena beliau melihat peluang usaha yang menjanjikan jika udang vaname dapat dikembangkan pada air tawar.
“Usaha ini saya mulai karena melihat banyaknya kolam-kolam dan lahan-lahan budidaya yang terbengkalai. Selain itu masih maraknya penyakit infeksi yang terjadi pada budidaya udang vaname air asin. Sehingga harapannya dengan adanya terobosan ini dapat meningkatkatkan perekonomian masyarakat desa,” ujarnya.
Kendala yang dihadapi sampai saat ini adalah masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap usaha ini. Untuk mengatasi hal tersebut pak Sofyan membangun kerjasama dengan seorang petambak di daerah Palas bernama pak Mahfud Pranoto.
“Sampai saat ini benur yang yang saya produksi belum banyak dipercaya oleh petambak alasannya karena para petambak berfikir risiko yang dihadapi akan lebih besar. Oleh karena itu saya mengajak seorang petambak di daerah Palas bernama Mahfud untuk bekerjasama membesarkan benur yang saya produksi,” ujar pak Sofyan.
Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia
Dari kerjasama yang dilakukan terbukti bahwa hasil yang diperoleh tidak berbeda jauh dengan budidaya udang vaname air asin. Budidaya udang vaname air tawar ini memiliki beberapa kelebihan seperti daging udang yang lebih padat, biaya produksi lebih rendah, lebih sedikit menggunakan bahan kimia, dan limbah yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
“Sejauh ini kegiatan produksi berjalan dengan baik, dimana untuk tambak ukuran 900 m2 dapat menghasilkan udang sebanyak 1,6 ton setara dengan pendapatan 46 juta per siklus. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi dapat dimanfaatkan oleh pertanian di sekitar tambak,” ujar pak Mahfud.
Agar usaha ini dapat berjalan dengan maksimal ketersediaan mineral yang cukup menjadi faktor utama keberhasilan usaha budidaya ini. Selain itu, dukungan dari berbagai pihak terutama pemerintah sangat dibutuhkan agar terobosan ini dapat berkelanjutan dan semakin baik dalam pelaksanaan nya.
---
Penulis: Titi Khusnul Khotimah
Profesi: Mahasiswa
Instansi: Universitas Lampung