• Home
  • Infomina
  • Konsep Revolusioner Pakan untuk Memberi Makan Udang

Konsep Revolusioner Pakan untuk Memberi Makan Udang

| Wed, 20 Apr 2022 - 13:02

Selama masa budidaya udang, umumnya jenis pakan yang digunakan berbeda. Masing-masing pakan berbeda dalam bentuk  fisik dan ukuran. Sangat umum bahwa dalam budidaya udang setidaknya ada tiga jenis ukuran pakan starter dan antara dua dan tiga pakan grower diberikan kepada udang. Dalam kebanyakan kasus, pakan starter dan pakan grower memiliki nilai nutrisi yang sama dalam kategori starter/grower yang sama. Perbedaannya hanya pada tampilan fisik yaitu segi panjang pelet dan diameter pelet atau crumble.


Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa baik panjang pelet maupun diameter pelet tidak berdampak pada performa udang.  Di sisi lain, pakan starter dalam bentuk remahan (crumble) yang hancur merupakan penyebab pencemaran air dan dapat diantisipasi dengan menggantinya dengan pakan starter berbentuk pelet.


Perilaku (Kebiasaan) Makan Udang

Kurangnya pemahaman tentang perilaku makan telah menyebabkan persepsi yang salah bahwa udang menelan pakan seperti yang dilakukan ikan. Karena kesalahpahaman tentang perilaku makan udang ini, sejumlah besar jenis pakan yang berbeda telah berevolusi.


Literatur yang ada tidak memberikan informasi mengapa pakan udang harus memiliki panjang dan diameter yang berbeda. Namun dapat diduga bahwa selama ini beberapa petambak udang telah meminta pakan udang dalam berbagai ukuran. Tetapi ada kemungkinan bahwa satu atau beberapa pabrik pakan udang telah menciptakan diferensiasi ini.


Baca juga: Industri Pakan Udang, Perlu Sinergi dan Kolaborasi


Sebagai konsekuensi dari penilaian yang salah ini, produsen pakan telah mengadaptasi produksi pakan dengan ukuran pelet/crumble yang berbeda. Oleh karena itu, jumlah jenis pakan udang yang banyak menjadi “keharusan”, meskipun belum pernah dilakukan analisis kebutuhan secara mendalam.


Mengingat bahwa udang memakan segala sesuatu yang menarik mereka, terlepas dari ukuran makanannya, apakah itu besar atau kecil, perilaku makan udang telah dipelajari. Untuk menelan makanan, udang menggunakan sepasang kaki capit kedua mereka untuk memegang dan memotongnya dengan mandibula. Ini berarti bahwa udang menggigit makanan dan tidak menelannya langsung seperti pada ikan.


Sebagai konsekuensi dari perilaku makan tersebut, pakan udang harus memiliki daya tahan (stabilitas) dalam air yang cukup. Umumnya, pakan dikonsumsi dalam waktu dua jam setelah aplikasi. Namun, ditemukan juga bahwa 50% dari pakan yang diaplikasikan akan dikonsumsi dalam waktu 30 menit.


Pembentukan perilaku makan udang memiliki konsekuensi logis untuk mempelajari apakah kinerja udang akan terpengaruh secara negatif, jika diberi makan dengan satu starter dan satu pakan grower saja, bukan tiga starter dan dua pakan grower.


Baca juga: Strategi Hadapi Tantangan Industri Pakan


Satu Pakan Starter VS Tiga Pakan Starter

Dalam uji coba selama 60 hari di Unit Litbang The Waterbase Ltd, di Nellore, India, satu kelompok udang vaname juvenil diberi makan dengan tiga pakan starter (crumble) remuk dengan diameter berbeda sementara kelompok lainnya diberi satu pakan pelet. Uji coba telah dilakukan di enam akuarium 150 liter dengan masing-masing kelompok memiliki tiga ulangan. Udang diberi pakan empat kali sehari dan takaran pakan harian sebesar 10% dari bobot berat udang.


Dari tahap awal percobaan, udang juvenil yang diberi pakan pelet tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan kelompok yang diberi pakan crumble. Tren ini berlanjut hingga seluruh periode percobaan selesai. Setelah 60 hari, kelompok pelet mencapai pertambahan bobot hidup rata-rata 3,78 g yang secara statistik signifikan 20,4% lebih tinggi dari kelompok crumble. Tingkat konversi pakan yang meningkat secara statistik atau 22,0% adalah hasil dari pemberian pakan pelet, bukan remahan (crumble).


Dalam penelitian terkait ditemukan bahwa udang juvenil yang diberi makan pelet lebih seragam daripada udang yang diberi pakan remahan. Hal ini disimpulkan dari standar deviasi yang lebih rendah untuk yang pertama, meskipun pada awal percobaan sebaliknya.


Alasan untuk Performa Hasil yang Berbeda

Nilai gizi pakan kedua kelompok eksperimen dan jumlah pakan harian yang diberikan dalam empat kali pemberian pakan adalah sama. Satu-satunya perbedaan adalah sifat fisik pakan – dan itulah alasan mengapa udang juvenil memiliki performa yang sangat berbeda.


Baca juga: Cermat Pilih dan Kelola Pakan, Kunci Keberhasilan Budidaya


Crumble diperoleh dengan pembuatan pelet dan kemudian dihancurkan menjadi ukuran partikel yang diinginkan. Akibat proses ini permukaan pelindung pellet menjadi rusak sehingga air mudah meresap ke dalam butiran sehingga cepat hancur. Oleh karena itu, daya tahan air dari pakan crumble sangat minim atau rendah.


Selain penetrasi air yang mudah ke dalam pakan yang hancur, nutrisi, termasuk kemoatraktan akan larut lebih cepat dan mudah hilang di dalam air. Akibatnya udang  tidak dapat menemukan pakan. Rendahnya konversi pakan kelompok crumble mengacu pada kondisi tersebut.


Di sisi lain, pelet memiliki daya tahan air yang lebih baik minimal 2 jam. Permukaan pelindung mengurangi penetrasi air ke dalam pelet. Hal ini juga memastikan peluruhan (leaching out) bahan kimia dan nutrisi yang lebih lambat dan karenanya konsumsi pakan lebih baik sehingga pertumbuhan akan lebih cepat.


Biasanya proses penghancuran akan dimulai hanya pada saat pelet pakan sudah dimakan. Oleh karena itu sifat fisik pakan, bertanggung jawab atas performa yang lebih baik dari udang yang diberi pakan pelet daripada udang yang diberi pakan crumble.


Baca juga: Lebih Optimal dengan Pakan Fungsional


Satu Pakan ‘Grower’ VS Dua Pakan ‘Grower’

Uji coba lanjutan memiliki tujuan untuk mempelajari dalam percobaan 60 hari pada udang vaname, kemanjuran atau efikasi pemberian satu pakan grower vs dua pakan grower. Yang terakhir diberi makan selama 30 hari pertama dengan pakan grower 1, diikuti oleh pakan grower 2. Yang pertama hanya menerima satu pakan grower untuk seluruh periode percobaan. Kedua jenis pakan memiliki komposisi yang sama dan nilai gizi yang identik.


Uji coba telah dilakukan di enam akuarium kaca dengan kapasitas masing-masing sekitar 450 ltr. Padat penebaran sebesar 11 ekor/m2. Setiap kelompok memiliki tiga ulangan. Laju pemberian pakan harian adalah 6,0% dari berat udang, dibagi menjadi empat kali pemberian pakan.


Sejak awal percobaan, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam perkembangan berat badan antara kedua kelompok. Pada akhir masa percobaan 60 hari, kenaikan berat badan relatif masing-masing adalah 36,1% dan 37,3%. Pertumbuhan relatif yang sedikit lebih baik sebesar 3,1% dicapai untuk kelompok yang hanya menerima satu pakan untuk seluruh periode percobaan. Namun, ini secara statistik tidak signifikan.


Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara pemberian makan dua pakan grower dan hanya satu pakan grower feed. Hal yang sama berlaku untuk parameter lain yang dicatat seperti konsumsi pakan, konversi pakan dan efisiensi protein. Perbedaan kecil antara kelompok, bagaimanapun, secara statistik tidak signifikan.


Baca juga: Penggunaan Tambahan Pakan Non-Nutritif untuk Optimalisasi Pakan Dan Keberhasilan Budidaya Udang Vaname


Pertimbangan Ekonomi

Eksperimen yang dibahas telah menunjukkan bahwa adalah layak untuk mengurangi jumlah jenis pakan dan mendapatkan hasil yang sama. Pengurangan jenis pakan menjadi satu pakan pelet starter dan satu pakan pelet grower memiliki keuntungan ekonomis. Kebutuhan pakan untuk satu periode budidaya dapat direncanakan jauh lebih baik. Selain itu, satu pakan starter berbentuk pelet lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan menggunakan tiga pakan starter berbentuk crumble.


Kesimpulannya, konsep ini membuat, pembudidaya udang dan produsen pakan menjadi lebih mudah dan nyaman. Konsep ini merupakan mata rantai penting untuk budidaya udang yang berkelanjutan.  Konsep revolusioner ini adalah sebuah pilihan, yang layak untuk dievaluasi di tingkat petambak dan produsen pakan.


Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Fenanza. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terkandung di dalamnya bukan tanggung jawab Minapoli.


Artikel lainnya