KKP Mendorong Kawasan Digital Lele Pertama di Indonesia
| Sun, 24 Feb 2019 - 05:51
Indramayu – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengapresiasi inisiatif startup yang telah melakukan sebuah lompatan transformasi praktek budidaya ikan berbasis digital melalui program kampung perikanan digital di Desa Krimun dan Puntang Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu. Hal tersebut diungkap oleh Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto saat memberikan sambutan dalam kick off kampung sekaligus kawasan budidaya lele digital pertama di Indonesia tersebut, Selasa (19/02).
Slamet berharap kedepannya dapat terbentuk kampung-kampung digital baru dengan berbasis pada berbagai komoditas andalan daerah masing-masing. Dengan begitu pembudidaya benar-benar siap menghadapi revolusi industri 4.0 yang saat ini sedang hangat. Ia yakin, lewat program itu masyarakat pembudidaya bisa memanfaatkan aplikasi digital untuk meningkatkan efisiensi usahanya sehingga pendapatan mereka meningkat.
“Digitalisasi di perikanan budidaya akan membuat nilai jual yang lebih tinggi, mendapatkan kepastian pasar, sarana dan prasarana usaha yang lebih efisien, kemudahan akses teknologi produksi yang pada akhirnya membuat usaha budidaya makin efisien sehingga pendapatannya pun bisa meningkat. Investasi pun dapat dilakukan secara online, prosesnya makin efektif. Ini merupakan bukti positif dampak industri 4.0” ujarnya.
“Pembudidaya tinggal mengunduh aplikasinya di ponsel pintar miliknya, sehingga memudahkan mereka dalam mengatur waktu dan jumlah pemberian pakan ikan. Penggunaan authomatic feeder ini di sistem budidaya air tawar akan membuat penggunaan pakan lebih efisien sehingga nilai FCR dapat ditekan" imbuh Slamet saat menyinggung fungsi alat pemberi pakan otomatis yang dikembangkan oleh eFishery, startup pengembang IoT di bidang Perikanan.
Ia pun meyakinkan bahwa komoditas lele saat ini semakin menjadi primadona, seiring dengan meningkatnya konsumsi ikan di masyarakat. selain itu, lele saat ini telah menjadi salah satu komoditas ekspor.
Namun demikian, Slamet mengingatkan bahwa masifnya pengembangan usaha budidaya ikan jangan sampai melupakan prinsip keberlanjutan. Semangat budidaya ramah lingkungan harus terus dikedepankan.
”Penataan kawasan budidaya seperti pengaturan IPAL (instalasi pengolahan air limbah-red), sirkulasi keluar masuk air untuk budidaya berkelanjutan harus benar-benar diimplementasikan” tegasnya.
Kedepan ia mengingatkan pentingnya membentuk koperasi bagi pembudidaya ikan guna memperkuat kelembagaan ekonomi pembudidaya dan dapat dimanfaatkan mengakses berbagai dukungan dari pemerintah dan lembaga lainnya.
KKP sendiri telah menyalurkan berbagai dukungan bagi pengembangan perikanan budidaya khususnya untuk mendukung kawasan minapolitan di Indramayu seperti excavator, rehabilitasi saluran irigasi budidaya, program pakan mandiri dan budidaya lele sistem bioflok.
"KKP akan memberikan bantuan excavator untuk rehab saluran irigasi dan penataan kawasan budidaya serta pembuatan IPAL kepada koperasi pembudidaya lele" pungkasnya.
Sementara itu Gibran Huzaifah, CEO eFishery menjelaskan manfaat penggunaan alat pemberi pakan otomatis atau aplikasi eFishery bagi pembudidaya ikan. Khususnya bagaimana alat ini mampu membuat pemberian pakan makin efisien.
"Pembudidaya yang sudah menggunakan aplikasi ini bisa berhemat pakan, karena waktunya sudah diatur dan jumlahnya sudah ditakar secara otomatis, tinggal dioperasikan melalui ponsel, simple" katanya.
Gibran menambahkan bahwa sejak diperkenalkan tahun 2013 silam, saat ini sudah ratusan pembudidaya yang memanfaatkan aplikasi yang dirancangnya. Hasilnya pun sudah terbukti, pembudidaya ikan lele sudah mampu panen hingga empat kali setahun.
”Perikanan memiliki potensi menjadi industri yang besar, pembudidaya Indonesia juga terkenal ulet dan menjadi salah satu yang terbaik di dunia. Oleh sebab itu, saya yakin kita bisa menjadi pionir dalam implementasi teknologi dalam kegiatan budidaya ikan” ungkapnya.
eFishery lanjut Gibran, akan melakukan kerjasama pemanfaatan 300-an unit alat pemberi pakan otomatis dengan para pembudidaya lele melalui sistem sewa dan sebulan pertama diberi kelonggaran bebas sewa.
Dipilihnya Indramayu sebagai lokasi pertama percontohan budidaya lele berbasis teknologi digital bukannya tanpa alasan.
Kepala Bidang Perikanan Budidaya mewakili Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, Edi Umaedi menyampaikan bahwa Kabupaten Indramayu layak menjadi percontohan kampung perikanan digital karena memiliki lahan berupa kolam budidaya air tawar yang cukup luas yakni 560,87 hektar dimana 58,68 persennya atau 329,15 hektar digunakan untuk budidaya ikan lele. Sentra budidaya ikan lele meliputi kecamatan Losarang, Kandanghaur dan Sindang. Tahun 2018 lalu, volume produksi ikan lele dari sentra-sentra budidaya tersebut mencapai 85.496,85 ton naik 79,15 persen dari tahun sebelumnya sebesar 67.671,84 ton. Nilai produksinya pun meningkat dari Rp 996.975.580.000,- menjadi Rp 1.336.963.249.000,- atau naik 74,57 persen pada periode yang sama.