Ketahui Proses Pembuatan Bioflok Pada Ikan untuk Memaksimalkan Produksi Akuakultur
| Tue, 10 Aug 2021 - 11:38
Ikan air tawar merupakan komoditas perikanan yang memiliki permintaan pasar cukup tinggi, sebut saja seperti ikan lele, ikan gurami, dan ikan nila. Seiring dengan berjalannya waktu, teknologi produksi budidaya ikan kian berkembang pesat, salah satu teknologi yang digemari pelaku usaha budidaya yaitu bioflok.
Teknologi bioflok lebih tepat dikatakan sebagai sistem budidaya terintegrasi, karena terjadi simbiosis antara mikroorganisme dan ikan sebagai komoditas utama budidaya. Bioflok sendiri merupakan sebuah sistem dengan menumbuhkan mikroorganisme.
Fungsi dari mikroorganisme tersebut ialah memanfaatkan limbah yang terdapat di kolam tempat ikan hidup. Bioflok didominasi oleh bakteri probiotik dan jamur.
Sebuah sistem bioflok dapat dikatakan berhasil jika terdapat gumpalan kecil yang melayang-layang di kolam budidaya. Sebenarnya membuat bioflok tidak terlalu susah, hanya perlu mempersiapkan bahan-bahan yang perlu dibutuhkan, berikut cara membuat bioflok dari probiotik untuk produksi budidaya air tawar!
Baca juga: Manfaat Berlipat dari Budidaya Nila Sistem Bioflok
Persiapan Operasional
1. Persiapan Kolam
Kolam yang akan digunakan untuk budidaya ikan air tawar sistem bioflok sebaiknya kolam yang berbentuk bundar, dengan diameter 1-3 meter, dan ketinggian minimal 2 meter. Kolam harus dalam keadaan steril, memiliki saluran pembuangan maupun masuknya air, dan aerasi lengkap.
2. Persiapan Air
Kolam diisi dengan air bersih, setelah itu diendapkan selama satu malam untuk menguapkan zat berbahaya. Sebelum mempersiapkan air, penting agar menghitung volume air yang dibutuhkan untuk kebutuhan bahan bioflok.
Cara Membuat Bioflok untuk Budidaya Air Tawar
1. Bahan Pembuatan Bioflok
Garam krosok 1 kg/m3.
Kapur tohor atau dolomit 150 gram/m3.
Probiotik (bisa menggunakan probiotik kemasan yang dikhususkan untuk ikan)
Yakult 1 Botol.
Prebiotik, bisa menggunakan molase 350 ml/m3 atau gula jawa 500 ml/m3.
Baca juga: Sistem Bioflok, Teknologi Budidaya Baru untuk Ikan Nila
2. Cara Pembuatan Bioflok
Campurkan bahan tersebut menjadi satu wadah, lalu diaduk. Masukkan kedalam air yang sudah diendapkan, tunggu hingga 14 hari. Pada saat memasukkan bahan, mulai operasikan sistem aerasi. Hal ini bertujuan agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal.
Sembari menunggu, lakukan pengecekan sehari sekali dengan meihat warna air (optimal cokelat), pH (optimal 6-8), dan oksigen terlarut (optimal 3 mg/L).
Setelah 14 hari atau saat bioflok telah siap digunakan, masukkan ikan yang ingin dibesarkan. Jika komoditasnya ikan lele, maka penebaran berkisar 1000-1500 ekor/ kolam dengan ukuran kolam diameter 1 meter. Untuk ikan nila dan mujair, kepadatanya sebesar 120 ekor/m3, sedangkan untuk gurame, kepadatanya sebesar 70-100 ekor/m3.
Perawatan Sistem Bioflok
1. Pengecekan dan Penggantian Air
Pada saat ikan sudah dalam kolam bioflok, lakukan pengecekan kualitas air sebanyak 2 kali sehari. Apabila terdapat gumpalan (flock) yang terlalu banyak atau air menjadi tidak sedap, maka diwajibkan untuk mengganti air separuh dari jumlah kolam.
Jika sedari awal tebar benih, air tidak mengalami gejala diatas, maka tidak perlu mengganti air hingga panen berlangsung, ini lah yang menjadi kelebihan dari sistem bioflok, karena dapat menghemat air.
2. Pemberian Pakan
Fungsi bioflok selain dapat memperbaiki kualitas air yakni dapat mengoptimalkan sistem pencernaan ikan, sehingga nutrisi yang masuk dari pakan akan lebih efisien terserap. Karena itu intensitas pemberian pakan harus dikurangi, selain dapat menekan biaya, pengurangan intensitas pemberian pakan juga akan menjaga kualitas air dari sistem bioflok itu sendiri.
Baca juga: Modal Rp 1,75 Juta Lele Bioflok, Setahun Bisa Balik Modal
Beberapa Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Pasokan Oksigen dan Listrik
Kebanyakan bioflok menerapkan sistem budidaya intensif dimana jumlah penebaran harus lebih banyak dibanding sistem ekstensif. Selain penebaran, bioflok juga memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan plankton.
Komoditas budidaya dan mikroorganisme dalam bioflok tersebut tentunya membutuhkan pasokan oksigen lebih besar. Pasokan oksigen yang besar tentunya hanya bisa didapatkan dari blower atau kincir.
Pengoperasian blower atau kincir tentunya menggunakan listrik dan harus menyala selama 24 jam penuh. Ini merupakan kekurangan dari sistem bioflok dimana harus bergantung pada listrik 24 jam. Patut diwaspadai apabila listrik mati mendadak atau dalam jangka waktu yang lama, karena akan mengakibatkan ikan mati lemas dalam beberapa jam.
2. Lokasi Budidaya
Dalam hal operasional, bioflok tidak cocok ditempatkan di ruangan full indoor karena terdapat mikroorganisme yang berfotosintesis, sehingga membutuhkan cahaya matahari. Buatlah kolam indoor yang selalu mendapat pasokan cahaya matahari, akan lebih baik jika kolam tersebut ternaungi dengan baik.
Sumber: De Heus