Intensifikasi Budidaya Lele
| Thu, 03 Feb 2022 - 15:24
Inovasi teknologi budidaya super intensif dapat memaksimalkan lahan terbatas dengan hasil produksi berlipat ganda
Beragam teknologi dalam bidang akuakultur kian berkembang saat ini, khususnya untuk komoditas-komoditas perikanan yang memiliki pangsa pasar luas seperti ikan lele. Hingga saat ini, dalam budidaya lele segmen pembesaran pun kian beragam sistem budidaya yang diaplikasikan di kalangan pembudidaya.
Mulai dari yang paling sederhana atau pola konvensional, sistem bioflok, hingga yang terbarukan mengaplikasikan sistem Recirculating Aquaculture System (RAS). Beberapa waktu lalu, perusahaan dari Belanda memperkenalkan sistem RAS di acara farmer training di sarana percontohan milik kemitraan beberapa perusahaan Belanda yang bergerak di sektor akuakultur di daerah Majalengka Jawa Barat.
Produktivitas
“Aplikasi sistem RAS memiliki beberapa keunggulan, diantaranya meningkatkan produktivitas budidaya. Sehingga penggunaan lahan yang minim bisa produksi maksimal,” terang Betta Cevanagh selaku Direktur PT Clarity Research Indonesia siang itu.
Baca juga: Nila RAS, Optimalkan Produktivitas & Kualitas
Imbuh wanita yang cukup fasih berbahasa Indonesia tersebut, dalam lahan yang terbatas hanya menggunakan lahan sekitar 20 x 40 meter persegi (m2), produksi budidaya lele segmen pembenihan bisa menghasilkan 50 - 100 ribu benih lele, dan segmen pembesaran bisa mencapai 30 - 50 ton per siklus produksi.
Untuk segmen pembesaran sendiri, media budidaya yang digunakan ukurannya kurang lebih sekitar 10 x 10 m2. Dengan demikian, pemanfaatan lahan lebih maksimal jika dibandingkan dengan sistem konvensional yang pada umumnya hanya menerapkan padat tebar sekitar 200 – 250 ekor per meter kubik (m3).
Sedangkan di sistem RAS yang diterapkan disini padat tebarnya bisa mencapai 30 ribu – 50 ribu ekor per media kolam tersebut. “Kenapa bisa sangat padat? Karena aplikasi sistem yang dirancang dengan baik agar kualitas air yang digunakan dalam memelihara ikan akan selalu baik, tentunya ada sentuhan teknologi berupa filter-filter dan lainnya,” ungkap Betta di sela-sela acara tersebut.
Senada dengan Betta, Victor yang merupakan bagian tim pembentukan percontohan RAS tersebut ikut angkat bicara mengenai perkembangan teknologi budidaya. Ia menggambarkan, berdasarkan penelitian jika dengan sistem konvensional untuk menghasilkan ikan dengan kapasitas 5 ribu ton/tahun membutuhkan lahan seluas 2 ribu Hektar (ha).
Baca juga: Menghapus Stigma Buruk Terhadap Budi Daya Lele
Sedangkan untuk yang sudah lebih intensif hanya membutuhkan lahan 5 - 50 ha per tahun. Terlebih lagi jika ditingkatkan kembali ke hyper intensif penggunaan lahannya lebih sedikit hanya sekitar 1,5 ha per tahun.
“Dengan semakin berkembangnya teknologi budidaya kearah intensif, memang sudah pasti memerlukan biaya investasi tinggi. Namun, walaupun demikian nilai ekonomis dan produktivitas kian meningkat,” ucapnya saat pemaparan.
Harapannya, sambung Betta, dengan diadakan pelatihan ini minimal bisa menambah wawasan mengenai budidaya lele dan memberikan inspirasi bagi para pembudidaya lele di sekitar. Dan semoga kedepannya pembudidaya disekitar dapat meniru atau menjalankan budidaya lele dengan baik dan ramah lingkungan.
Sumber: TROBOS Aqua