FAO: “Potensi Magot BRBIH Sangat Menarik”
| Mon, 10 Feb 2020 - 07:18
Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) pada 4 Februari 2020
menerima kunjungan Food and Agriculture Organization (FAO) Representatives
Indonesia. Kunjungan ini sebagai tindak lanjut dari pertemuan bilateral Menteri
Kelautan dan Perikanan dengan FAO pada tanggal 13 Januari 2020 lalu. Dimana
salah satu hasil pertemuan tersebut adalah untuk meningkatkan kerja sama
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dengan FAO dalam peningkatan kualitas
pengelolaan magot di Indonesia.
Pada kesempatan ini, FAO (Stephen Anthony Rudgard dan Ageng S. Herianto)
bersama dengan Tim Biro Humas dan Kerjasama Luar Negeri Kementerian Kelautan
dan Perikanan (Agung Tri Prasetyo), Kabag Multilateral dan Regional (Rifky
Setiawan), Kepala Bagian Kerja Sama, Hubungan Masyarakat dan Data (Andi
Soesmono), beserta staff ingin melihat secara langsung pengelolaan magot di
BRBIH. Tak hanya melihat pengelolaanya tapi juga membahas potensi
mengembangannya, karena memang BRBIH memiliki teknologi inovasi riset dalam
pengelolaan magot termasuk difusi pengelolaan sampah organik berbasis magot
untuk perikanan budidaya.
Kunjungan ini diterima oleh Kepala BRBIH Dr. Idil Ardi, Dr. Melta Rini
Fahmi selaku peneliti magot, pejabat struktural, para peneliti BRBIH, serta PT.
Biomagg (startup binaan BRBIH). Idil Ardi dalam sambutannya menjelaskan magot
saat ini telah menjadi isu yang hangat di beberapa daerah di Indonesia menjadi
sumber pakan ikan. Adanya kunjungan dari FAO melihat teknologi magot di BRBIH
diharapkan menjadi awal yang baik dan diharapkan ada follow up dalam bentuk
kerja sama untuk pengembangan teknologi magot di Indonesia secara terintegrasi
agar menjadi lebih tepat sasaran.
Dr. Melta Rini Fahmi dalam pemaparan serta di sesi tanya jawab menyampaikan
proses penelitian mangot ini sudah dimulai sejak tahun 2004 bersama Institut De
Recherche Pour Le Developpment (IRD) Perancis, serta meyampaikan inovasi magot
baik dari sisi pengelolaan hingga sisi ekonomi dan bisnis. Selain itu juga
dilakukan kunjungan langsung ke tempat pengelolaan sampah organik berbasis
magot untuk penggunaan pakan ikan di BRBIH. Stephen Rudgard menyampaikan “Saya
sangat tertarik melihat potensi dan peluang besar dalam pengelolaan
magot, karena selain menyelesaikan masalah lingkungan terkait sampah, KKP dapat
menangkap ini sebagai peluang lebih, yakni dijadikan pakan ikan”.
Pada akhir pertemuan Ageng S. Herianto menyampaikan “Untuk koneksi project
selanjutnya, kami akan berkoordinasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) Dirjen Pengelolan Sampah dan Limbah, sebagai alternatif bagi
Indonesia untuk pengelolaan sampah dan lingkungan, sampah organik sisa makanan
dapat dijadikan potensi yang lebih bermanfaat yakni menjadi pakan ikan. Ini
adalah salah satu cara untuk memperkuat hubungan antara Kementerian dan Lembaga”.
Setelah melakukan kunjungan langsung Stephen Rudgard sangat antusias
melihat project yang dilaksanakan oleh BRBIH. “Project ini sangat menarik, saya
berterima kasih kepada KKP yang sudah menjalankan project ini, dan saya sangat
berharap FAO bisa ikut memajukan project ini” tutupnya.
Sumber: kkp.go.id