Begini Pembenihan Patin Ala BPBAT Jambi

| Thu, 21 Jan 2021 - 17:55

Pembenihan ikan patin siam (Pangasinodon hypophthalmus) merupakan salah satu proses budidaya yang penting. Ikan patin siam merupakan salah satu ikan introduksi dari Thailand pada tahun 1972. Komoditas ini cukup cepat beradaptasi dalam upaya domestikasinya di perairan Indonesia, bahkan sudah dapat dibudidayakan di lahan-lahan marginal.


Hal tersebut karena ikan patin siam mempunyai kelebihan bisa hidup dan berkembang di perairan dengan kualitas air ekstrim, seperti pH dan kandungan oksigen yang sangat rendah.


Produksi patin siam semakin meningkat setiap tahun karena permintaannya yang tinggi, oleh karena itu perlu diiringi dengan peningkatan kegiatan budidaya yang berkelanjutan.


Pemeliharaan induk

Induk dipilih dari ikan patin yang sehat dan tidak cacat dengan ukuran 3-5 kg dan umur leih dari 2 tahun untuk induk betina. Sedangkan patin jantan memiliki bobot 1,5-3 kg dan umur di atas 1 tahun.


Kemudian induk dipelihara dengan kepadatan 0,7 – 1 kg/m2 untuk di kolam dan 6-7 kg/m3  di karamba. Pakan yang diberikan pellet dan kadar protein minimal 30% sebanyak 1-3% / bobot biomassa / hari. Frekuensi pemberian pakan dilakukan 2 kali per hari pada pagi dan sore hari.


Seleksi Induk

Pengecekan tingkat kematangan gonad induk dilakukan dengan cara sebagai berikut


Induk betina: 

- Perut membuncit dan lunak

- Daerah sekita lubang genitalnya memerah

- Telur diambil melalui kateter dan diamati kematangannya secara visual.

- Induk yang dipilih yang memiliki telur berdiameter 1 – 1.2 mm, seragam, berwarna pekat, dan posisi inti telur di tengah


Induk jantan:

- Bagian perut terlihat biasa

- Bentuk alat kelamin menonjol dan berwarna kemerahan

- Bila perutnya dipijit ke arah lubang genital akan mengeluarkan cairan sperma berwarna putih susu. 


Pemijahan

Pemijahan dilakukan secara buatan dapat dilakukan dengan penyuntukan hormone ovaprim dengan dosis 0,5 cc/kg induk,


Induk terlebih dahulu ditimbang beratnya untuk menentukan hormon yang digunakan. Penyuntikan dilakukan dua kali dengan interbal waktu 6 jam.


Penyuntikan pertama 1/3 dari dosis. Sedangkan yang kedua 2/3 dosis. Penyuntikan dilakukan secara intra muscular di bagian kiri/kanan belakang sirip punggung (dorsal).


Untuk mengurangi stress pada ikan dapat dilakukan pembiusan pada induk dengan menggunakan benzocaine dengan dosis 100 ppm yaitu 100 cc larutan stok dilarutkan dalam 100 liter air. Pembiusan dapat dilakukan pad seleksi, penyuntikan dan stripping induk.


Waktu obulasi terjadi antara 6-8 jam setelah penyuntukan kedua. Telur dan sperma induk dikeluarkan dengan cara memijat perut ke arah lubang genital dan ditampung di wadah mangkuk/baskom. 


Pembuahan buatan dimulai dengan cara mencapurkan telur dengan sperma yang telah diencerkan dengan larutan soium chloride 0,9% ditambah air bersih. Kemudian diaduk dengan bulu ayam salama ± 3 menit. Selanjutnya telur ditetaskan dalam akuarium atau corong penetasan.


Penetasan telur di akuarium

Telur yang sudah dibuahi dapat ditetaskan dalam akuarium yang berukuran (60x50x40) cm3. Jangan lupa untuk sebelumnya membersihkan akuarium. Anda dapat memasang pemanas air bila suhu air terlalu rendah dengan water heatertermostat. 


Padat peneberan telur sebanyak 25 cc/akuarium atau 6-10 butir/ cm2. Penetasan telur berlangsung selama 20-26 jam pada kisaran suhu 27-30⁰C.


Peenetasan telur di corong

Setelah proses pembuahan buatan, selanjutnya dilakukan penghilangan daya rekat telur dengan menambahkan larutan tanah merah (suspense) secukupnya, diaduk perlahan, kemudian dibilas 3x sampai bersih.


Selanjutnya dimasukan ke dalam corong penetasan dengan kepadatan 500 – 750 cc/corong. Penetasan berlangsung 18-22 jam pad suhu 27-30 ⁰C.


Panen Larva

Setelah telur menetas seluruhnya, larva dihitung dengan cara sampling volumetric. Kemudian dipindahkan ke wadah pemeliharaan larva yang telah disiapkan dan diisi air bersalinitas 2 ppt.


Wadah pemeliharaan bisa berupa akuarium, fiber, atau bak kayu yang dilapisi karpet plastic. Pemindahan larva dilakukan 6-8 jam setelah menetas (akuarium) dan 2-3 jam menetasi (di corong) dilakkan dengan disifon atau dengan menggunakan serok halus yang ditambung sementara dalam ember. 


Kemudian ditebar dengan kepadatan 40 ekor/liter. Padat tebar dapat mencapai 70 ekor/liter, tergantung dari keterampilan dan kemampuan teknis pemeliharan larva.


Pemeliharaan larva

Naupli artemia diberikan padalarva umur 2-8 hari, sedangkan moina atau cacing rambut diberikan setelah larva berumur 7 hari.


Frekuensi pemberian artemia dilakukan 5 kali per hari yaitu pada ppukl 07.00, 11.00, 15.00, 19.00 dan 23.00 WIB sesuai takaran yang ditentukan.


Penyifonan dilakukan setiap hari paapda pagi hari sebelum pemberian pakan dan penggantian airsebanayak 30-50 % per 2 hari.


Lama pemeliharaan larva 12-15 hari, dan setelah alrva beruur 6 hari penurunan salinitas dilakukan secara bertahap sampai bersalinitas 0 ppt pada hari ke 10. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari dan ditebar di kolam pendederan. 


Pemelihraan larva di hatchery bisa dilakukan hanya 7 hari, yaitu sampai selesai pemberian artemia. Untuk selanjutnya larva umur tujuh hari bisa didederkan di kolam. 


Pendederan benih di kolam

Persiapan kolam meliputi pengeringan kolam, peraikan pematang, pengolahan tanah dasar kolam, pembuatan caren (kemalir), pengapuran, pemupukan, dan pengisian air, dan inokulasi Moina sp.


Pupuk yang digunakan adalah kotoran ayam dengan dosis 500/m2, tepung ikan BS dengan dosis 50 gram/m2, dedak dengan dosis 100 gram/m2. Sedangkan pengapuran dengan menggunakan kapur hidup (CaO) dengan dosis 25-100 gr/m2.


Persiapan kolam dilakukan selama 2 hari dan pengisian air dilakukan secara bertahap sampai ketinggian 90 cm. inokulasi Moina sp hidup dengan padat tebar2 kg untuk kolam seluars 500 m dilakukan sehari setelah pemupukan.


Kolam didiamkan selama 3-4 hari agat ekosistem kolam mencapai keseimbagan dan moina dapat berkembang biak.


Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari. Benih yang dapat ditebar berukuran 1-1,5 cm dengan padat penebaran 100-200 ekor/m2. Pemeliharaan berlansgun 3-4 minggu sampai benih berukuran 2-3 inci. Pakan yang diberikan palet yang dihancurkan dengan kandungan protein 28% sebanyak 30% dan menurun sampai 15%/berat biomassa/hari.


Frekuiensi peberian pakan 2-3 kali/hari pada pagi, siang, dan sore hari. Smapling dilakukan seminggu sekali. Selama pemeliharaan kualitas air tentu akan menurun, maka perlu dilakukan pergantian air sebanyak 20-30%.


Pemanenan

Pemanenan di lakukan setelah 3-4 minggu pemeliharaan di kolam. wadah dan alat yang digunakan adalah hapa halus untuk penampungan ikan, waring halus untuk pengambilan ikan, saringan aluminium untuk seleksi ikan serta pompa air dengan diameter 2 dan 3 inci.


Sebaiknya pemanenan benih dilakukan pada pagi hari sekitar jam 07.00-09.00 WIB cengan cara dijaring sebagian, sedangkan sisanya ditangka[ dengan menggunakan seser/serok halus setelah kolam dikeringkan.


Benih yang tertangka[ ditampung dalam hapa dan diberik selama 1 (satu) hari sebelum dilakukan seleksi. Benih hasila seleksi ditampung dalam wadah pemberokan dan diberi garam dengan dosis 3-5 ppt untuk pencegahan penyakit karena penaganan selama panen. 



Sumber: BPBAT Jambi

Artikel lainnya

Patin 

Biskuit Ikan Patin, Inovasi Pengembangan Produk Perikanan

Minapoli

691 hari lalu

  • verified icon2099
Patin 

Tantangan Pengembangan Induk Patin Berkualitas

Trobos Aqua

1426 hari lalu

  • verified icon3441
Patin 

Patin: Yuk, Budidaya Pustina!

Minapoli

1184 hari lalu

  • verified icon3604
Patin 

Ciri-ciri Induk Patin yang Sudah Siap Dipijahkan

Minapoli

1067 hari lalu

  • verified icon6200