Apartemen Cacing Tingkatkan Produktivitas
| Thu, 12 Dec 2019 - 14:14
Dengan sistem budidaya berupa apartemen dan menggunakan resirkulasi air, produksi cacing sutera tidak lagi terganggu oleh musim
Bukan sekali-dua kali para pembenih dan pendeder ikan lele mengeluhkan ketersediaan cacing sutera (Tubifex sp.). Padahal cacing halus ini sangat dibutuhkan sebagai pakan alami di masa awal pemeliharaan benih ikan. Tidak hanya oleh pembenih ikan lele, cacing ini juga banyak dicari oleh pembenih ikan patin dan ikan gurami. Karena ketersediaan cacing sutera bagi pembenih ikan merupakan salah satu kunci keberhasilan produksi.
Sementara kondisi di lapangan, pasokan cacing sutera yang masih bergantung pada alam ini sering alami fluktuasi. Baik dari jumlah pasokannya, juga harganya. Hal ini disampaikan oleh peneliti dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Susi Roselia, dalam acara Forum Perbenihan Ikan Nasional (FPIN) 2019 di Balai Kartini-Jakarta Selatan beberapa waktu lalu.
Dalam membuka presentasinya, Susi mengungkapkan besarnya potensi cacing sutera untuk dikembangkan ke arah budidaya yang efektif dan efisien. Ketersediaan cacing sutera yang berasal dari hasil tangkapan di alam, seperti kebanyakan saat ini, kerap tidak menentu. Baik di musim hujan maupun musim kemarau.
Pada musim hujan, jumlah cacing di sungai-sungai berbahan organik tinggi, yang menjadi habitat alaminya, bisa sedikit karena banyak yang terbawa arus sungai. Sementara pada musim kemarau, jumlahnya juga bisa sedikit karena substrat tempat tumbuhnya menjadi kering. “Jadi hilang dari peredaran. Dengan kondisi ini akhirnya ketersediaannya jadi fluktuatif. Kadang banyak kadang sedikit,” ungkapnya.
Apartemen Cacing
Karena kondisi itulah, Susi mencoba mencari solusi agar pasokan cacing sutera selalu ada tanpa dipengaruhi oleh kondisi musim. Ia kemudian mengembangkan sistem budidaya menyerupai konsep apartemen. Sistem ini, kata Susi, merupakan pengembangan dari sistem-sistem budidaya yang sudah di riset sebelumnya.
Ia menjelaskan bahwa di balai tempatnya bekerja, sudah sejak 2009 mengembangkan sistem budidaya untuk cacing. Mulai dengan sistem resirkulasi, sistem air mengalir, penggunaan limbah budidaya pembesaran ikan, hingga dengan menggunakan kolam-kolam kecil. “Nah pada 2018 sampai sekarang, kita menerapkan sistem apartemen,” katanya.
Sistem tersebut didesain dengan menempatkan bak-bak budidaya tersusun secara vertikal dengan menggunakan rak besi. Setiap rak bisa menampung lima wadah secara vertikal (lima tingkat). Tujuan utamanya untuk memperluas area budidaya pada lahan terbatas. “Desain ini dibuat sedemikian rupa sehingga bisa efisien dalam pemanfaatan lahan,” ujarnya.
Pada uji cobanya kali ini, Susi menggunakan wadah budidaya dari kayu yang dilapisi dengan terpal. Dimensi setiap wadahnya adalah 1,8 (panjang) x 0,8 (lebar) x 0,2 (tinggi) meter kubik (m3). Tetapi ia juga menyatakan jika ukuran tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan.
Selain bisa menghemat lahan budidaya, sistem apartemen ini juga memiliki keunggulan melalui pengurangan penetrasi langsung cahaya matahari ke dalam wadah budidaya. Karena menurut Susi, cahaya matahari yang berlebih pada budidaya cacing bisa meningkatkan keberadaan lumut, teritip, dan keong yang bisa mengganggu proses produksi.
Artikel Asli : Trobos Aqua