• Home
  • Infomina
  • Sulap Parit Penuh Sampah, Kini Cantik dan Berwarna

Sulap Parit Penuh Sampah, Kini Cantik dan Berwarna

| Mon, 08 Nov 2021 - 20:59

Dahulu, sepanjang parit yang membelah Gubuk Daya hingga Gubuk Tengah Kelurahan Kelayu Utara Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur banyak ditemukan sampah yang hanyut. Sejak tahun 2020, Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Sejahtera Goge menyulap parit ini menjadi kolam panjang yang cantik dan bersih. Siapapun dilarang membuang sampah di sini, yang melanggar siap-siap saja namanya dipanggil kepala dusun setempat melalui corong mushala. 


Tidak mudah merubah perilaku seseorang, apalagi komunal yang disebut dengan masyarakat. Berbagai hambatan kerap ditemui, mulai dari acuhnya warga untuk tidak membuang sampah di parit hingga munculnya anggapan bahwa saluran air atau parit adalah cara yang paling mudah, hanya menuang sampah di parit lalu air akan menghanyutkan nya menjauh dari pemukiman. Sampah plastik, rumah tangga dan buangan MCK seluruhnya bermuara di parit. Bau dan sampah, menjadi santapan sehari-hari. 


Sejak tahun 2020, Nasrullah bersama pemuda lingkungan Gubuk Tengak, tergerak hatinya untuk merubah lingkungan mereka menjadi tempat yang sehat. Dengan modal patungan, mereka membeli bibit ikan dan pellet. Parit yang berhulu di Kokok Jenjek ini dibersihkan dari sampah agar bisa digunakan untuk memelihara ikan sistem air deras. Inilah cikal bakal terbentuknya Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Sejahtera Goge. 




Sebagai Kepala Lingkungan, Nasrullah, mengaku tidak gampang mengubah karakter masyarakat yang dipimpinnya. Masyarakat Gubuk Tengak yang dikenal ramah dan berpendidikan ini memerlukan keteladanan dan ketokohan yang disegani. Keberadaan pemuda-pemudi produktif yang masih menganggur, menjadi potensi yang dilihat Nasrullah bisa menjadi agen perubahan di tengah lingkungan mereka. Dengan modal patungan, pengelolaan sampah oleh pemuda mulai dilakukan.


Setiap hari, masyarakat dihimbau untuk mengumpulkan sampah rumah tangga yang dihasilkan di bak-bak sampah yang sudah disediakan di setiap rumah. Sekitar tiga gerobak sampah per hari dihasilkan lingkungan dengan penghuni 1.400 jiwa ini.  Sampah kemudian diangkut ke kontainer yang diambil oleh truk-truk pengangkut sampah milik Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Lombok Timur. 


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Di awal-awal penerapan, masih saja ada warga yang ngeyel. Bagi yang melanggar siap-siap saja namanya dipanggil kepala dusun setempat melalui corong mushala. Rupanya sanksi sosial ini menjadi punishment yang ampuh untuk memberikan efek jera ke warga. 


Menjadi saluran primer dari Kokok Jenjek, tentu banyak saluran buangan yang bermuara di parit. Masing-masing saluran menyumbang masuknya sampah plastik dan rumah tangga. Berada di wilayah aliran sungai, dan pemukiman padat serta kontur tanah yang menurun, maka tak ayal membuat Nasrullah harus memutar otak agar saluran buangan ini tidak membawa sampah yang akan mencemari kualitas air parit yang kini sudah dihuni ikan-ikan cantik berwarna warni. 


Jaring pun ditebar sebagai perangkap sampah ikutan yang akan masuk ke parit. Perbaikan saluran buangan dirancang agar tidak mengganggu lingkungan budidaya. Terutama ketika musim hujan datang, debit air dari hulu meningkat, banjir pun menjadi ancaman. Tidak adanya saluran pembuangan air ke Kokok Jenjek menjadi kendala dalam keberlangsungan budidaya di parit. Ikan terpaksa diungsikan ke kolam-kolam milik anggota. “Masih banyak yang harus dibenahi, terutama membuat saluran pembuangan air untuk mencegah banjir,” katanya.


Kini, warga dilarang membuang sampah sembarangan apalagi ke saluran air. Trotoar kampung didandani dengan mengecat dan memperbaiki papin blok yang bolong. Mural terlihat di beberapa titik. Pot-pot bunga diletak berjajar di depan rumah warga. Parit tidak lagi membawa air yang kotor dan bau. Air yang mengalir jernih, deras dan bening. Agar memiliki kedalaman standar untuk budidaya, pengerukan dasar saluran secara manual dilakukan bertahap oleh warga. “Agar saluran tidak dangkal dan kolom air lebih dalam untuk memelihara ikan,” jelas Nasrullah.


Secangkir kopi hitam di tangan, ditemani senyum warga dan anak-anak yang memilih menghabiskan waktunya di depan rumah dengan suara gemericik aliran air parit yang deras berisi ikan warna-warni berenang di dalamnya menjadi pemandangan yang menyenangkan. Tak perlu rumah besar, kolam ikan koi dengan rangkaian filter dan perangkat sistem sirkulasi yang menyedot budget untuk dapat menikmati terapi hati seperti ini.  


Dukungan dan simpati berbagai pihak datang. Pemerintah menganggap gerakan masyarakat ini bisa menjadi percontohan bagi kampung lainnya. Kemauan personal yang berubah menjadi gerakan komunal menjadi bukti, perubahan sikap dan pendapat masyarakat bukan suatu yang khayal. 


Berbincang di pagi Sabtu, 5 November 2021, dengan Penyuluh Perikanan Kecamatan Selong, Ida Fitriana, Bapak Nasrullah, mengutarakan keinginannya agar saluran air ini bisa menjadi salah satu titik pusat budidaya koi di Kota Selong. Keamanan lingkungan menurutnya saat ini bukan lagi menjadi masalah. Ikan konsumsi akan dibudidayakan dengan koi, sehingga bisa meningkatkan peluang usaha budidaya ikan hias. “Mimpi kami, sepanjang aliran sungai yang mencapai puluhan meter dari dua lingkungan gubuk daya dan tengak bisa dibudidayakan berbagai jenis ikan, bisa mendatangkan kesejahteraan warga dan keindahan lingkungan,” ucapnya. 

---


Penulis: Ida Fitriana

Profesi: Penyuluh Perikanan

Instansi: Kementerian Kelautan dan Perikanan


Artikel lainnya

LensaMina 

Success Story: Poklahsar Pusaka Hati

Minapoli

1071 hari lalu

  • verified icon2324
LensaMina 

Lobster untuk NTB

Minapoli

1090 hari lalu

  • verified icon2118
LensaMina 

Mencoba Peruntungan di Sungai Perkotaan

Minapoli

1069 hari lalu

  • verified icon1505