Saatnya Akuakultur Masuk Sekolah

| Mon, 15 Nov 2021 - 16:55

Sebagai seorang pendidik di jenjang Madrasah Tsanawiyah, sejujurnya bagi saya, akuakultur adalah kata yang asing terdengar di telinga dan memang baru beberapa hari ini saya membaca senarai info tentang akuakultur dari internet. Maka, logika sederhananya, jika pendidiknya saja baru mengerti tentang apa itu akuakultur? apalagi peserta didiknya, padahal jumlah mereka lebih banyak dan merekalah generasi penerus bangsa ini. Dengan segenap keprihatinan, melalui tulisan pendek dan sederhana ini saya pastikan bahwa di madrasah tempat saya mengabdi sekarang belum pernah membahas/mendiskusikan sedikit pun tentang akuakultur.


Dengan tulisan ini pula, dari lubuk hati paling dalam saya memohon agar kiranya materi-materi akuakultur bisa segera diintegrasikan ke dalam kurikulum pembelajaran mulai dari jenjang PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) hingga SMA (Sekolah Menengah Atas). Tentu, pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bisa berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementerian Agama (Kemenag).


Bobot materi akuakultur yang dimasukkan ke kurikulum pastinya diadaptasikan dan disesuaikan dengan jenjang pendidikannya. Mengapa permohonan ini saya anggap penting dan genting? Ada beberapa alasan yang ingin saya uraikan sebagai penguat penting dan gentingnya permohonan ini saya sampaikan kepada para pengambil kebijakan dalam dunia industri akuakultur, termasuk Minapoli. 




Pertama, bukankah materi pembelajaran tentang akuakultur ini telah lama ada di Perguruan Tinggi dan mungkin sebagian telah ada di jenjang SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) khususnya jurusan perikanan atau kelautan. Akan tetapi, materi ini tidak ditemukan di sebagian besar SMA, terlebih lagi di jenjang di bawahnya. Maka, sudah saatnya, ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi tentang akuakultur dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum di semua jenjang pendidikan di seluruh sekolah/madrasah di nusantara.


Materi yang berkaitan dengan pembinaan karakter, seperti: pembelajaran anti korupsi, anti narkoba, sekolah adiwiyata, moderasi beragama, gerakan literasi, dan lain-lain telah masuk ke kurikulum di sekolah dan dipraktikkan dalam proses pembelajaran. Maka, sekaranglah saatnya materi kecakapan hidup yang sangat penting untuk kesejahteraan dan masa depan peserta didik, yaitu tentang pembelajaran akuakultur ini diejawantahkan secara terstruktur, sistematis, dan masif.


Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Kedua, merujuk pada pendapat Chrisna Aditya, founder eFishery Academy, yang menyatakan bahwa salah satu kendala dan sekaligus tantangan yang cukup besar saat ini adalah bagaimana meningkatkan minat generasi muda untuk terjun dalam dunia industri akuakultur (https://www.pikiran-rakyat.com). Itu artinya minat generasi muda terhadap dunia industri akuakultur masih rendah. Menurut saya, ini suasana yang genting karena sesungguhnya potensi hasil laut dan perikanan kita adalah terbesar kedua setelah China, akan tetapi generasi mudanya tidak tertarik untuk menekuninya.


Oleh karenanya, sudah saatnya pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengintegrasikan dunia akuakultur dengan sistem pendidikan secara komprehensif. Dalam praktik sederhananya, misal: untuk peserta didik di jenjang PAUD adalah dengan menghadirkan kegiatan mengenalkan secara langsung kolam kecil di lingkungan sekolahnya, lalu dikenalkanlah macam-macam ikan, cara pemeliharaan, dan cara memanennya. Kegiatan ini tentunya sangat menyenangkan bagi peserta didik dan bukan sesuatu yang mustahil untuk dipraktikkan oleh pendidiknya.


Terlebih lagi bila kegiatan ini diaplikasikan secara berkelanjutan oleh peserta didik di jenjang yang lebih tinggi, tentunya akan sangat menarik, menyenangkan, dan sekaligus menantang. Mereka tidak sekadar belajar tentang pemeliharaan ikan, namun belajar banyak hal tentang penjualannya dan seterusnya.


Alasan terakhir, industri akuakultur di era sekarang pastinya membutuhkan kehadiran generasi-generasi milenial yang memiliki kemampuan teknologi yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Generasi milenial adalah mereka yang saat ini sedang belajar di jenjang Perguruan Tinggi hingga PAUD. Di tangan merekalah nantinya era industri 4.0 digenggam erat. Dalam konteks tulisan ini, saya mengutip istilah Akuakultur 4.0 yang dikenalkan oleh laman Government Europa.


Istilah ini merujuk pada kemampuan mengintegrasikan potensi peningkatan kualitas dan kuantitas budidaya kelautan/perikanan dengan perkembangan teknologi digital, internet of thing, kecerdasan buatan, dan lain-lain. Beberapa teknologi Akuakultur 4.0 antara lain: teknologi Resirkulasi Akuakultur Sistem (RAS), Integrated Multi Trophic Aquaculture (IMTA), teknologi pembenihan, teknologi pemberian pakan otomatis, sistem monitoring kualitas air dan lain sebagainya (https://www.hantulaut.web.id). Akuakultur 4.0 adalah sebuah keniscayaan bagi generasi milenial untuk mereka jalankan demi kesejahteraan bersama. Alhasil, saatnya pembelajaran akuakultur masuk sekolah, semoga!

---

Penulis: Eka Sugeng Ariadi
Profesi: ASN
Instansi:  MTsN 6 Pasuruan

Artikel lainnya

LensaMina 

Success Story: Poklahsar Pusaka Hati

Minapoli

1105 hari lalu

  • verified icon2410
LensaMina 

Sampah Plastik di Pelabuhan Brondong

Minapoli

1106 hari lalu

  • verified icon2116
LensaMina 

Meraih Keuntungan dengan Budidaya Teripang di Keramba Tancap

Minapoli

1153 hari lalu

  • verified icon2399