Peran Genetik dalam Mendukung Peningkatan Produksi Udang Nasional
| Fri, 25 Mar 2022 - 10:00
Pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menargetkan pertumbuhan nilai ekspor udang sebesar 250 persen dari USD1,7 miliar pada tahun 2019 menjadi sekitar USD4,25 miliar pada tahun 2024. Dengan target sebesar itu, dibutuhkan rata-rata peningkatan nilai ekspor 20 persen atau rata-rata peningkatan volume ekspor sebesar 15 persen setiap tahunnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Ketua Umum Forum Udang Indonesia (FUI) Budhi Wibowo dalam sambutannya di acara webinar BincangUdang #2, Selasa (24/3).
Dalam webinar yang digagas oleh FUI dan FKPUI (Forum Komunikasi Pembenih Udang Indonesia) ini, Budhi menyampaikan empat poin penting yang harus diperbaiki guna mencapai target peningkatan nilai ekspor 2,5 kali lipat itu. Pertama, perbaikan induk dan benur agar lebih tahan penyakit dengan produktivitas yang tetap tinggi. Kedua, perbaikan formula pakan agar lebih murah dan lebih efisien. Ketiga, perbaikan SOP budidaya. Dan terakhir, peningkatan nilai tambah di bagian hilir atau processing.
“Webinar kali ini adalah hal pertama bagaimana kita mengupayakan perbaikan induk, perbaikan benur, supaya lebih tahan penyakit, sehingga produktivitasnya lebih tinggi,” ujarnya.
Baca juga: FUI Sarankan Sejumlah Langkah agar Peningkatan Nilai Ekspor Udang 250 Persen Tercapai
Hal senada disampaikan oleh Ketua FKPUI Agus Somamihardja. Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa perbaikan genetik induk memegang peranan penting dalam perkembangan budidaya udang. Menurutnya, dulu jangankan mencapai average daily growth (ADG) 0,2 gr/ekor, untuk mencapai ADG 0,15 gr/ekor saja cukup sulit. Namun dengan perkembangan genetik, mempercepat pertumbuhan menjadi sangat mungkin.
Agus juga mengapresiasi dengan mulai hadirnya para pelaku usaha di segmen broodstock, di forum-forum diskusi perudangan seperti BincangUdang ini. Karena menurutnya proses peningkatan produksi bukan hanya pekerjaan di hatchery atau tambak saja, tapi juga melibatkan semua pihak termasuk para produsen induk.
Ia berharap komunikasi antar pelaku usaha di setiap segmen dari induk sampai petambak bisa berlangsung dua arah. Produsen induk bisa menyampaikan keunggulan induknya kepada hatchery, kemudian hatchery meneruskan ke para petambak. Sebaliknya, para petambak bisa memberikan evaluasi performa udang yang dibudidaykannya kepada hatchery yang kemudian diteruskan ke produsen induk. “Supaya induk bisa dikembangkan,” katanya.
BincangUdang merupakan serial webinar tentang udang yang diinisiasi oleh FUI dan FKPUI bekerjasama dengan Minapoli
Keunggulan Genetik yang Seimbang
Seperti telah diulas dalam webinar BincangUdang #1 bahwa kondisi lingkungan dan isu penyakit di pertambakan di Indonesia sangat beragam. Hal ini membutuhkan benur udang dengan performa yang bisa beradaptasi di kondisi lingkungan yang berbeda-beda tersebut.
Baca juga: Memilih Benur Vaname dengan Keunggulan Genetik yang Tepat
Untuk menjawab tantangan itu, Country Manager Syaqua Indonesia Purnomo Hadi dalam paparannya menyampaikan bahwa pihaknya tengah mengembangkan induk dengan keunggulan genetik yang seimbang. Yakni dengan mengombinasikan performa agar mendapat genetik dengan tingkat ketahanan atau kelulushidupan yang tinggi tanpa mengompensasi pertumbuhan terlalu jauh.
“SyAqua mulai breeding sejak sekitar 2002 sampai saat ini. Dan akhir-akhir ini sedang fokus pada balance-nya. Beberapa riset kita lakukan untuk ke arah resistensi tanpa mengurangi banyak di growth-nya,” ungkap Hadi.
Pemilihan salah satu keunggulan genetik dalam tubuh udang memang tidak bisa dihindari untuk saat ini. Hal ini disampaikan oleh Production Manager Broodstock Multiplication Center Kona Bay Indonesia Teddy Pietter. Menurutnya, secara alami udang memiliki keterbatasan dalam mengakomodir semua keunggulan. Sehingga akan ada yang keunggulan lain yang dikorbankan dalam level tertentu.
Namun demikian, untuk karakter pertambakan Indonesia yang beragam tadi, Teddy turut merekomendasikan udang dengan keunggulan genetik yang dibuat seimbang antara ketahanan dan pertumbuhan. Udang pada kelompok ini memiliki keunggulan pertahanan yang lebih baik dibanding udang dengan keunggulan genetik pertumbuhan saja, dan memiliki keunggulan pertumbuhan yang baik dibanding udang dengan keunggulan genetik ketahanan saja.
Baca juga: Budidaya Tradisional-plus sebagai Jalan Pintas Peningkatan Produksi Udang Nasional
Faktor-faktor Pendukung
Genetik udang yang terus dikembangkan agar lebih baik adalah satu hal, dan bagaimana udang itu dipelihara adalah hal lain. Sehingga menurut Hadi dan Teddy, meski genetik udang sudah diperbaiki sedemikian rupa, tetapi performanya di lapangan tetap dipengaruhi oleh faktor lain.
Nutrisi adalah salah satu faktor pendukung optimalisasi ekspresi genetik pada udang. Menurut Hadi, pakan menjadi salah satu lingkungan pertama yang terekspos oleh udang di mikro selulernya. Sehingga pemberian nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan udang, tentu akan mengoptimalkan ekspresi genetik unggulnya.
Sedangkan menurut Pitter, selain dipengaruhi oleh genetik, keberhasilan budidaya udang juga dipengaruhi oleh teknik pemeliharaan yang meliputi manajemen SOP dan sumber daya manusia (SDM); faktor lingkungan yang meliputi kondisi alam, penyakit, dan kualitas air; hingga dipengaruhi juga oleh faktor keberuntungan.
---
Webinar BincangUdang #2 selengkapnya dapat disimak ulang di sini: