Pengelolan Air di Tambak
| Mon, 09 Sep 2019 - 12:46
Kegiatan budidaya udang selalu menyisakan limbah, seperti sisa pakan, kotoran udang, serta kulit udang yang molting, agar budidaya optimal diperlukan teknik pengelolaan air tambak yang benar. Pengelolaan air media pemeliharaan selama proses produksi meliputi pergantian dan penambahan air, pengukuran kualitas air, penyiponan dan aplikasi probiotik. Sumber air untuk pergantian air harus berasal dari air tandon yang telah siap pakai dan steril atau dari sumur bor, setiap air masuk ke dalam petakan selalu menggunakan saringan air dengan ukuran sekitar 200 mikron. Air dalam tandon disterilisasi dengan kaporit 20 – 30 mg/liter.
Pada pemeliharaan sistem tertutup, pergantian air hanya mengganti air yang hilang karena penguapan dan bocoran (penambahan air), namun ada juga tambak yang melakukan pergantian air sekitar 10 – 20 %. Penambahan volume air pada umur 30 – 60 hari bertujuan untuk menambah volume air akibat rembesan dan evaporasi (penguapan) sedangkan pada umur lebih dari 60 hari bertujuan untuk pengenceran kelimpahan plankton yang berlebihan (terlalu pekat), kelimpahan populasi bakteri yang merugikan, memperbaiki kondisi parameter khususnya bahan organik yang terlalu pekat dan memperkecil gas – gas beracun.
Baca juga: Mencegah Penyakit Udang Berdasarkan Warna Air Tambak
Monitoring kualitas air sebaiknya dilakukan minimal dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Hasil monitoring tersebut dijadikan sebagai dasar dalam menentukan tindakan pengelolaan kualitas air misalnya, pada kondisi air pekat (salinitas tinggi dan kelimpahan plankton sangat tinggi) sebaiknya dilakukan pengenceran dengan memperbanyak pergantian air. Salinitas yang terlalu tinggi (melebihi batas normal) dapat menyebabkan pertumbuhan udang terhambat karena proses osmoregulasi terganggu. Apabila demikian, udang lebih banyak mengeluarkan energi untuk proses osmoregulasi dibandingkan untuk pertumbuhan. Osmoregulasi adalah proses pengaturan dan penyeimbangan tekanan osmosis antara dalam dan luar tubuh udang.
Saat kelimpahan plankton rendah (kecerahan tinggi) tindakan pemupukan, inokulasi plankton dan pergantian air sebaiknya diperjarang. Udang yang dibudidayakan dengan sistem tertutup, setelah berumur 60 hari banyak ditemukan endapan di dasar petakan. Bahan organik ini berasal dari plankton yang mati, sisa pakan, feses, obat – obatan dan lainnya. Untuk itu, perlu dikeluarkan dengan cara disipon menggunakan pompa air. Pada tambak dengan umur lebih dari 30 hari sudah mulai terlihat banyak plankton yang mengendap dan mati. Pada awalnya terlihat banyak yang mengapung dan mengumpul dipojok petakan karena tiupan angin dan gerakan arus air. Kandungan berbagai organisme ini mengandung berbagai kadar yang dapat menimbulkan gas beracun.
Kotoran ini apabila tidak segera diangkat akan mengendap dan mengalami perombakan (dekomposisi) yang menghasilkan gas beracun seperti H2S, NH3 sehingga cepat menurunkan kualitas air. Pengangkatan dengan menggunakan serok datar dengan diameter 30 cm dapat membantu mempercepat memindahkan plankton yang mati.
Baca juga: Budidaya Udang Berbasis Lingkungan Menjadi Tumpuan Ekspor Perikanan
Vitamin C merupakan salah satu jenis vitamin yang mudah rusak bila terkena panas dan mudah larut dalam air. Selain meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit, mencegah kelainan bentuk tubuh, mencegah stress lingkungan, mempercepat penyembuhan luka dan meningkatkan laju pertumbuhan pada udang. Pemberiannya dapat dicampurkan pada pakan dengan dosis 5 – 7 gram/kg pakan.
Akumulasi limbah organik yang terlalu tinggi berupa sisa
pakan, kotoran udang, serta kulit udang yang molting, akan berakibat fatal
karena menyebabkan timbulnya masalah kesehatan ikan sampai membahayakan
kelangsungan hidup udang. Untuk mengurangi akumulasi limbah organik dapat
dilakukan dengan cara memasukkan beberapa jenis probiotik. Jenis bakteri yang
biasanya diberikan yaitu Bacillus, Nitrobacter dan Nitrosomonas untuk
menguraikan bahan organik di dasar tambak. Selain itu dapat juga Lactobacillus untuk
membantu proses pencernaan dalam tubuh udang.
Pengelolaan air budidaya udang vaname juga dilakukan dengan aplikasi probiotik. Tujuan pemberian probiotik adalah untuk membantu proses dekomposisi dengan mengurai bahan organik yang ada di tambak. Jenis bakteri yang digunakan adalah Bacillus sp. Selain fungsi dekomposisi probiotik juga dapat menjaga kualitas air tetap baik. Efektifitas kerja probiotik yang diberikan ke tambak ditandai dengan pH air yang cenderung turun (≤ 7). Selain itu terlihat bahwa dalam air tambak terbentuk gumpalan kecil – kecil berupa plankton dan organisme lain (flock). Selama pemeliharaan probiotik diberikan dengan dosis 0,5 – 1 ppm.
Baca juga: Evaluating Compensatory Growth in Pacific White Shrimp in a Biofloc System
Efektifitas kerja probiotik yang telah diberikan ketambak ditandai dengan pH air yang cenderung turun (<7). Penebaran pemberian probiotik dilakukan secara berkala setiap dua hari sekali pada waktu pagi hari yaitu pada pukul 07.00 dengan kondisi kincir dinyalakan. Selain probiotik, pembudidaya juga menggunakan sumber C – organik yang digunakan untuk menumbuhkan flok di tambak. Sumber C-organik yang digunakan dapat berupa molase. Molase yang akan di tebar harus dilarutkan dulu dalam air, kemudian disiramkan keseluruh permukaan tambak secara merata.
Pemberian molase dilakukan pada pagi hari. Molase digunakan karena memiliki kandungan C-organik tinggi tetapi tetap rendah protein, tersedia cukup banyak dan harganya murah. Selain molase juga dapat digunakan tepung tapioka, tepung sagu, dan sebagainya. Bahan tersebut mengandung C-organik antara 40 – 60%.
Pengapuran juga dilakukan selama proses pemeliharaan udang di tambak. Fungsi kapur adalah untuk menaikkan pH air dan menambah kandungan kalsium yang terlarut di air sebagai bahan untuk memperkeras kulit udang. Pemakaian kapur sangat tergantung dengan kondisi udang dan air. Apabila terjadi hujan lebat dalam waktu yang lama maka kapur diberikan adalah 10 mg/l, apabila kulit udang banyak yang lembek akibat molting maka dapat diberi kapur untuk membantu proses pengerasan kulit udang.
Sumber : Info Akuakultur
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis perikanan budidaya terintegrasi, sehingga pembudidaya dapat menemukan seluruh kebutuhan budidaya disini. Platform ini hadir untuk berkontribusi dan menjadi salah satu solusi dalam perkembangan industri perikanan budidaya. Bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku budidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.