Mitigasi Penyakit Ikan dan Udang

| Wed, 29 Dec 2021 - 17:23

“Penyakit ikan dan udang saat ini telah menjelma menjadi salah satu faktor pembatas dalam keberlanjutan usaha budidaya perikanan. Tindakan pengendalian dan penanggulangan penyakit yang tepat dapat membantu meminimalisir tingkat kerugian ekonomi dan meningkatkan tingkat kelulushidupan ikan dan udang yang dibudidayakan.”


Demikian disampaikan Pemimpin Redaksi Majalah Info Akuakultur, Ir. Bambang Suharno saat membuka webinar Outlook Penyakit Ikan dan Udang 2022, pada hari Sabtu, 18 Desember 2021.


Majalah Info Akuakultur bekerjasama dengan Indonesian Network on Fish Health Management (Infhem) menyelenggarakan Webinar Outlook Penyakit Ikan dan Udang 2022 dengan mengusung Tema “Mitigasi Resistensi Antimikroba untuk Keberlangsungan Produksi Bisnis Ikan dan Udang di Indonesia.”


Ketua Infhem, Dr. Ir. Murwantoko, dalam sambutannya mengatakan bahwa, pencapaian target peningkatan produksi perikanan budidaya dihadapkan pada berbagai potensi tantangan dan permasalahan, diantaranya serangan penyakit ikan/udang dan penurunan kualitas lingkungan budidaya.


Baca juga: FKPA Terus Berupaya Atasi Pandemi Penyakit Udang


Lebih lanjut, Murwantoko yang juga merupakan Dosen Budidaya Perikanan Fakultas Pertanian di Universitas Gadjah Mada memaparkan, upaya yang dapat dilakukan diantaranya penggunaan obat ikan seperti jenis antimikroba. Memperhatikan besarnya potensi masalah terkait resistensi antimikroba karena penggunaan yang tidak tepat atau tidak sesuai ketentuan perlu mendapat perhatian seluruh stakeholders.


Peserta yang hadir sekitar 140 orang dari berbagai kalangan diantaranya dari pemerintah, swasta, pembudidaya, asosiasi, akademisi dan stakeholder perikanan.


Direktur Kawasan dan Kesehatan Ikan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian dan Kelautan Perikanan, Tinggal Hermawan, S.Pi, M.Si, mengingatkan bahwa seluruh pihak harus mewaspadai, mengantisipasi potensi dan melakukan tindakan pengendalian terhadap penyebaran penyakit ikan/udang terutama yang berpotensi menyebabkan kegagalan produksi perikanan budidaya.


Seminar Nasional Outlook Penyakit Ikan dan Udang 2022, menghadirkan narasumber yang ahli di bidangnya yaitu Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Prof. Dr. Ir. S. Budi Prayitno, M.Sc yang menjelaskan Kebijakan dan Peraturan Penggunaan Antimikroba dalam Akuakultur.


Pemateri kedua, Peneliti di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar dan Penyuluhan Perikanan Bogor BRSDMKP, Dr. drh. Angela Mariana Lusiastuti, M.Si  yang membahas mekanisme kerja antimikroba dan aplikasinya dalam budidaya ikan.


Baca juga: Teknik Pengendalian Penyakit Berak Putih pada Budidaya Udang Vaname


Pemateri ketiga, Head Divisi Free Market Technical Service Shrimp and Laboratory Service PT Central Proteina Prima, Dr. Ir. Heny Budi Utari, M.Si yang membahas Antimikroba dan Pengendalian Penyakit udang.


Webinar ini dipandu oleh Sekretaris Infhem, Dr. Muhammad Rifqi, S.Pi, M.Si. Menurutnya prinsip pencegahan dalam proses budidaya dengan mengoptimalkan kualitas air dan kondisi komoditas (ikan/udang) lebih baik daripada pengobatan adalah cara yang paling tepat untuk meminimalisir penggunaan antimikroba.


Sehingga penerapan manajemen kesehatan ikan dengan mengedepankan prinsip pencegahan menjadi upaya penting dalam mitigasi resistensi antimikroba.


Prof. Budi Prayitno dalam presentasinya mengatakan bahwa antimikroba resistan merupakan ancaman, tidak saja terhadap kualitas dan keamanan produk perikanan akan tetapi juga terhadap kesehatan masyarakat serta ancaman silent killer.


Lanjutnya, efektifitas aksi penanggulangan AMR tergantung 3 (tiga) aspek yaitu kesungguhan pemerintah, partisipasi stakeholders dan alternatif pengganti penggunaan antimikroba.


Baca juga: Kenali Penyakit Lele, Sebelum Mengobati


Menurut Angela Mariana Lusiastuti, penggunaan antibiotika harus taat azas yaitu tepat sasaran patogen, tepat waktu pemberian, tepat dosis & tepat cara aplikasi. Pesan Angela yang lebih akrab disapa Nana, “Infhem terus aktif berperan dalam acara outlook dengan isu-isu trending topic agar masyarakat pembudidaya segera memperoleh penjelasan yang akurat,” ungkapnya.


Harapan Nana, mencegah lebih baik daripada mengobati, sehingga penggunaan vaksin dan probiotik adalah tindak pencegahan yang tepat.


Heny Budi Utari menambahkan sebaiknya untuk budidaya udang hindari penggunaan antimikrobial/antibiotik, gunakan manajemen air, kesehatan, pakan dan limbah. Kesannya, materi Outlook up to date, sangat bermanfaat dan mencerahkan, semoga menjadi tambahan ilmu dan wawasan untuk berbudidaya yang beradab, lestari dan berkelanjutan


Kesan dan Pesan dari Rifqi, diluar prediksi ternyata diskusi terkait resistensi antimikroba banyak peminat dan mendapat respon dari berbagai pihak (praktisi, pelaku usaha, akademisi/peneliti dan pemerintah). Webinar untuk topik lain yang berkaitan dengan tantangan dan permasalahan dalam pencapaian target produksi perikanan budidaya perlu dilanjutkan.


“Kompleksitas permasalahan yang dihadapi karena multidimensi hanya akan efektif diselesaikan dengan pendekatan “kita” bukan lagi saya, kami ataupun kamu. Peran aktif seluruh pihak terkait (stakeholders) termasuk pembudidaya kunci sukses mitigasi resistensi antimikroba di bidang perikanan budidaya,” pungkas Rifqi yang juga menjabat sebagai Analis  Perencanaan pada Kelompok Program Sekretariat Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan.


Sumber: Info Akuakultur

Artikel lainnya

Terkini 

Cobia Farming Techniques

Minapoli

1449 hari lalu

  • verified icon3469
Terkini 

KKP Gandeng FAO Kendalikan Resistensi Antimikroba

DJPB KKP

1426 hari lalu

  • verified icon2732