Lombok, Surganya Pecinta Ikan
| Wed, 17 Nov 2021 - 16:54
Sumatera Selatan memiliki beberapa kabupaten. Setiap kabupaten memiliki kekhasan tersendiri, seperti OKU Selatan. Sebagian orang mungkin sudah tahu bahwa salah satu kekhasan OKU Selatan terletak pada keindahan alamnya. Salah satunya adalah danau Ranau. Danau Ranau merupakan danau terbesar kedua setelah danau Toba tentunya. Letaknya ada di OKU Selatan sampai perbatasan dengan Lampung Barat. Salah satu tempat yang terkenal dengan kerambanya adalah desa Lombok.
Penduduk di sekitar danau sangat bergantung pada air yang ada di sana. Airnya yang jernih dan terlihat biru itu membuat pengunjung terpesona. Apalagi ditambah gagahnya gunung Seminung di depan danau.
Selain untuk menyegarkan pikiran, danau Ranau ini memiliki arti penting lain bagi penduduk setempat, yaitu sebagai penghasilan. Hasil tangkapan ikan air tawar (ikan Nila/mujair) bisa dijadikan penghasilan selain berkebun kopi, merica, kayu manis, cengkeh, cabai Jawa, dan beragam sayuran.
Melihat potensi yang ada pada danau ini, beberapa penduduk pun membuat keramba di pinggir danau. Keramba yang ada diisi dengan ikan nila atau mujair. Ikan ini dibudidayakan dan setelah siap panen akan dijual ke pasar.
Ada beberapa penduduk yang di samping membudidayakan ikan mujair atau nila di pinggir danau, mereka juga melihat peluang usaha. Peluang itu akhirnya menghasilkan lesehan. Para pengunjung bisa memancing sendiri atau minta dipancing, lalu dimasak di sana.
Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia
Pengunjung menunggu masakan siap sambil berfoto-foto. Setelah terhidang nasi dan ikan bakar, para pengunjung siap menyantapnya. Asyik bukan.
Peluang pertanian ikan mujair ini sepertinya membuka peluang yang sangat besar untuk mendapatkan penghasilan. Bahkan ada penduduk yang lumayan jauh dari danau sengaja menjual ikan mujair hidup di depan rumahnya dengan membuat kolam.
Untuk memulai usaha tersebut, penduduk tidak terlalu dibebani modal besar. Yang penting ada bak seukuran 1x1 m dan air yang terus mengalir. Keluarga Bapak Awaluddin adalah satu penduduk desa Gunung Raya, OKU Selatan yang memiliki usaha ini. Usahanya ini sudah ada sejak 3 tahun yang lalu. Dia menyatakan bahwa jika sedang ramainya, dalam satu hari bisa menghabiskan 20-50 kg ikan. Hitung saja jika harga ikan 30 ribu/kg, berapa omsetnya dalam sebulan? Wow, bukan!
Kebutuhan ikan bagi penduduk lumayan tinggi. Ditambah dengan keadaan pasar yang hanya dibuka seminggu sekali. Dengan adanya penjual ikan hidup, penduduk tidak terlalu susah mencari ikan.
Kekayaan alam Indonesia banyak memberikan peluang untuk berbisnis. Dengan jeli melihat peluang itu, saya yakin penduduk Indonesia tidak akan kekurangan untuk pangan. Kendati demikian, banyak yang enggan repot dengan semua pernak-pernik untuk mengawalinya.
Bagi kamu yang mau memulai usaha di bidang perikanan, ikan mujair atau nila bisa menjadi pilihan loh. Sebab kamu tidak butuh modal yang banyak. Asal ada kesepakatan dengan nelayan, bisa kok.
---
Penulis: Meliana Aryuni
Profesi: Guru TPA
Instansi: TPA Darussalam