• Home
  • Infomina
  • Indonesia Shrimp Farmers Day, Perspektif Global untuk Tingkatkan Produksi Udang Nasional

Indonesia Shrimp Farmers Day, Perspektif Global untuk Tingkatkan Produksi Udang Nasional

| Tue, 20 Aug 2024 - 17:58

Shrimp Club Indonesia menyelenggarakan Indonesia Shrimp Farmers Day yang merupakan salah satu rangkaian acara dari Asian Pacific Aquaculture 2024 untuk pembudidaya udang nasional. Acara yang diselenggarakan pada 4 Juli 2024 di Ballroom Grand City Convention and Exhibition Hall, Surabaya dan dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang didominasi oleh pelaku usaha di industri budidaya udang.


Seminar ini menghadirkan tujuh narasumber lokal dan mancanegara yang berpengalaman di industri udang, untuk memberikan informasi serta perspektif lebih dalam terkait pasar udang global, hingga rekomendasi secara teknis dari sisi pakan, kualitas air, dan genetik untuk mendorong produktivitas udang Indonesia.


Acara dibuka oleh Haris Muhtadi, Ketua Shrimp Club Indonesia yang menyatakan kurang optimalnya situasi industri udang di Indonesia saat ini karena isu pasar ekspor udang di Amerika. “Saat ini, seperti kita ketahui bersama bahwa kondisi industri udang Indonesia sedang kurang baik. Oleh karena itu, harapannya acara ini bisa membantu para pembudidaya udang agar dapat menghadapi market dengan lebih mudah dan aman,” tutur Haris sekaligus membuka acara.

 



Foto Bersama Kyeong-Jun Lee, Haris Muhtadi, Anwar Hasan, dan Ronnie Tan


Sesi pertama dibuka oleh Ronnie Tan, Ph.D. sebagai Aquaculture Lead dari US Grains Council yang menyampaikan gambaran supply dan demand pasar udang secara global. Pada presentasinya, Ronnie memaparkan bahwa harga udang di pasar global pada akhir 2023 hingga kuarter pertama 2024 mengalami penurunan hingga di bawah harga pada masa pandemi COVID-19. Kondisi ini dipicu oleh adanya oversupply udang dari Ekuador. “Sisi supply menjadi key disruptor, disebabkan Ekuador yang meningkatkan produksinya hingga dua kali lipat selama lima tahun ke belakang,” tambah Ronnie.


Tantangan lainnya juga datang dari kondisi market share Indonesia yang hanya bisa menjangkau 38% dari keseluruhan pasar udang global. Rendahnya market share tersebut disebabkan oleh ketidaksesuaian kualitas udang Indonesia dengan kriteria impor dari pasar negara lain seperti Cina, Uni Eropa, dan Britania Raya.


Ronnie menutup presentasinya dengan menyampaikan proyeksi kondisi pasar udang global tahun 2024, di antaranya adalah adanya peningkatan demand khususnya pada pasar Amerika, walau tidak signifikan. Sedangkan dari sisi supply, Ekuador tetap akan meningkatkan produksi udang walau tidak sesignifikan sebelumnya. Di samping itu, harga udang pada 2024 diprediksi tidak mengalami perubahan yang drastis dari tahun sebelumnya.


Presentasi dilanjutkan oleh Kyeong-Jun Lee, Ph.D., dari Department of Marine Life Science, Jeju National University, Korea Selatan mengenai functional additives untuk mendorong pertumbuhan udang vaname yang telah teruji melalui berbagai penelitian. Functional additives merupakan bahan-bahan penting yang dapat ditambahkan ke dalam pakan untuk meningkatkan performa udang. “Beberapa kandungan yang akan saya tekankan dari functional additives adalah vitamin C dan E, probiotik, prebiotik, dan sinbiotik, serta asam organik,” jelas Lee pada awal presentasinya.


Jenis probiotik yang dapat bekerja baik dalam sistem pencernaan adalah Bacillus sp. untuk membantu meningkatkan performa enzim pencernaan. Sedangkan, prebiotik seperti oligosakarida yang dikombinasikan dengan probiotik untuk meningkatkan sistem imun udang. Akan tetapi, Lee menekankan bahwa penggunaan probiotik dan prebiotik ini perlu memperhatikan ukuran udang serta formulasi pakan yang digunakan.


Lee juga menambahkan asam organik seperti succinic acid, malic acid, monobutyrin, tributyrin, Poly-β-Hydroxybutyrate (PHB) memiliki kemampuan untuk menembus dinding sel bakteri yang berguna untuk  menghambat perkembangannya di dalam tubuh udang.


Sesi pertama ditutup oleh presentasi dari Anwar Hasan, M.Si., sebagai General Sales Manager dari CJ Shrimp Feed – Area Barat. Situasi saat ini yaitu harga udang di pasar global yang terus mengalami penurunan, sedangkan harga pakannya terus mengalami peningkatan, khususnya pada bahan baku seperti fish meal dan soybean meal. Rata-rata kandungan fish meal level pada pakan udang secara global saat ini adalah 12%, sehingga perubahan harganya akan berpengaruh signifikan pada keseluruhan biaya pembuatan pakan.


Tantangan penyakit udang juga terus menghantui pembudidaya, sehingga penting untuk menggunakan bahan baku yang dapat dicerna dengan baik untuk meningkatkan imun udang. “Hal yang dapat dilakukan oleh feedmill adalah mulai mengembangkan plant protein resource sebagai alternatif untuk menghindari tingginya harga bahan baku,” tutur Anwar. Ia juga menjelaskan bahwa penggunaan feed additive seperti asam organik dapat membantu kinerja enzim pencernaan di dalam tubuh udang.


Program pemberian pakan juga perlu mempertimbangkan kondisi perairan di lokasi tertentu. Sebagai contoh, pakan dengan kadar protein tinggi 36-38% masih bisa digunakan di daerah Sumbawa yang masih sedikit prevalensi penyakit. Namun, jika bergeser ke area Jawa Timur dengan tingkat penyebaran penyakit yang lebih tinggi, direkomendasikan menggunakan pakan dengan kadar protein 30-32% untuk mencegah protein leaching yang merusak kualitas air tambak.

 


Foto Bersama dengan Alberto Nunes, Matthew Briggs, dan Bawanta Suta 


Peningkatan produksi udang Ekuador juga didukung oleh manajemen dan kualitas pakan yang baik. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Dr. Alberto Nunes sebagai Professor dari LABOMAR pada presentasinya. Manajemen pakan yang dilakukan oleh petambak Ekuador adalah memberikan pakan protein tinggi di tahap awal budidaya. Setelah mencapai ukuran 8 gram, protein pakan kemudian akan diturunkan untuk menghemat biaya operasional budidaya.


Berbagai perusahaan pakan di Ekuador juga mulai menggunakan plant-based protein sebagai alternatif fish meal dalam pembuatan pakan. Namun, tantangan berikutnya adalah cara meningkatkan palatabilitasnya dan menjaga kandungan nutrisi penting lainnya di dalam pakan. 


“Jika Anda akan menggunakan sumber protein dari tumbuhan, maka Anda juga perlu mempertimbangkan palatabilitas dan kecernaan nutrien yang terdapat di dalamnya. Krill meal dapat membantu Anda dengan berperan sebagai atraktan, untuk meningkatkan palatabilitas, serta melengkapi nutrisi penting pada udang seperti fosfolipid, kolesterol, dan asam amino dalam taraf yang dapat dicerna udang,” tutup Alberto.


Matthew Briggs sebagai Solutions Manager of Novacq – Ridley kembali mengangkat topik mengenai pentingnya nutrisi untuk meningkatkan performa pertumbuhan serta kesehatan udang. NovaqPro sendiri merupakan feed additives yang dapat membantu meningkatkan feed intake dan kecernaan udang sehingga meningkatkan kelangsungan hidupnya. 


Pada skala bisnis, pakan dengan tambahan feed booster NovaqPro yang telah dikombinasikan dengan Propel menghasilkan biomassa rata-rata udang 24,2 gram dibandingkan udang yang diberi pakan biasa dengan biomassa rata-rata 20,6 gram. Ukuran udang diukur pada hari ke-74 pada uji coba di tambak Thailand. “Terdapat 30% kenaikan pada laju pertumbuhan udang yang diberikan feed booster NovaqPro + Propel dibandingkan udang kontrol pada uji coba skala bisnis yang kami lakukan pada tambak di Thailand,” jelas Matthew. 

 


Foto bersama Raynalfie Budhy Rahardj, Cristhian Robles, dan Laurentiu Juratu


Menjaga kualitas air dalam keadaan optimal, menjadi aspek yang tak kalah penting dalam menentukan keberhasilan budidaya udang. Laurentiu Juratu sebagai Area Sales Manager of Ultra Aqua membagikan informasi pentingnya melakukan disinfeksi untuk air pasok tambak. Hal ini disebabkan oleh adanya indikasi masuknya patogen ke dalam tambak melalui mikroplastik, Laurentiu menyatakan bahwa mikroplastik dapat menjadi substrat patogen untuk tumbuh dan memasuki tambak udang. 


Oleh karena itu, penting untuk melakukan kegiatan prefiltrasi untuk menghilangkan partikel mikro tersebut dari air pasok agar proses desinfeksi UV lebih efisien. Pemilihan UV yang berkualitas juga dapat membantu proses menerapkan biosekuriti tambak udang dalam jangka panjang.


“UltraAqua adalah perusahaan pertama yang mendesain sistem desinfeksi UV untuk tambak udang. Sebelumnya, kami juga telah berpengalaman mendesain sistem UV untuk budidaya salmon dengan market share mencapai 40% di negara-negara Skandinavia,” tutur Laurentiu.


Cristhian Robles, COO dari Blue Genetics menutup acara dengan menjelaskan bahwa pemilihan udang dengan genetik yang sesuai dengan lingkungan tambak adalah suatu langkah pencegahan terhadap serangan penyakit. Blue Genetics menyediakan dua jenis galur genetik udang yang memiliki kelebihan masing-masing: The Texas Line, galur genetik dengan laju pertumbuhan tinggi; dan The Golden Line, galur genetik dengan ketahanan terhadap penyakit yang tinggi.


Blue Genetics memproduksi benih udang dengan galur genetik yang diseleksi berdasarkan single-trait high diversity synthetic lines dengan performa yang stabil untuk jangka panjang. Performa tersebut dibuktikan dengan uji coba budidaya skala bisnis untuk galur genetik The Texas Line yang berhasil mencapai size 46  pada day of culture (DOC) 84 di tambak Probolinggo, Jawa Timur dan mencapai size 45 pada DOC 97 di tambak Donggulu, Sulawesi Tengah.


“Fokus utama kami dalam industri budidaya udang adalah membantu para petambak. Untuk itu, kami merekomendasikan memilih benih udang dengan genetik yang unggul, karena genetik udang berperan lebih dari 50% pada kesuksesan budidaya Anda,” Jelas Cristhian.





Gunakan layanan digital marketing Minapoli secara mudah dengan menghubungi marketing@minapoli.com. Konsultasikan juga strategi marketing perusahaan Anda dengan Minapoli disini!


Artikel lainnya