• Home
  • Infomina
  • Lapisan Tanah pada Tambak yang Perlu Anda Perhatikan

Lapisan Tanah pada Tambak yang Perlu Anda Perhatikan

| Thu, 08 Oct 2020 - 13:59

Tambak merupakan salah satu wadah akuakultur yang umumnya digunakan untuk budidaya udang. Penggunaan tambak sendiri biasanya berada di daerah pesisir yang dekat dengan laut, sehingga air yang digunakan pun adalah air payau atau air laut itu sendiri. Di dalam tambak udang biasanya terdapat suatu lapisan tanah yang mengendap di dasar kolam. Hal ini perlu diperhatikan sehingga pembudidaya dapat melakukan pengelolaan tanah pada tambak udang.


Udang pada dasarnya termasuk ke dalam hewan yang hidup di dasar perairan, sehingga memerhatikan kualitas air saja tidak cukup. Sebagai pembudidaya tentu perlu mengetahui dan mengerti mengenai kandungan serta lapisan-lapisan tanah dari tambak sehingga kita dapat mencegah kematian serta memantau pertumbuhan dari udang yang dibudidayakan. Selain itu kesuburan tanah juga akan menentukan kesuburan seluruh kolam budidaya, karena pertukaran substansi di dalamnya akan memengaruhi kualitas air secara langsung.


Tanah sebagai tempat pertukaran senyawa penting

Dalam tambak terdapat produk hasil dekomposisi aerobik (pakan) antara lain karbon dioksida, air, amonia, dan nutrien lain. Sedangkan pada lapisan sedimen anaerobik, terdapat beberapa mikroorganisme yang menguraikan bahan organik dengan reaksi fermentasi, sehingga menghasilkan alkohol, keton, aldehida, dan senyawa organik lainnya sebagai hasil metabolisme.


Beberapa hasil metabolisme tersebut khususnya H2S, nitrit dan senyawa organik tertentu dapat masuk ke air dan berpotensi menjadi racun bagi udang anda. Lapisan oksigen pada permukaan sedimen tanah tambak mencegah masuknya sebagian besar hasil metabolisme yang beracun ke dalam air tambak. Ini dikarenakan mereka dioksidasi menjadi bentuk yang tak beracun melalui aktivitas biologi ketika melewati lapisan aerobik atau disebut juga sebagai nitrifikasi.


Baca juga: 8 Langkah Persiapan Tambak Udang yang Baik dan Benar


Tingkat kesuburan tanah dasar tambak udang, mampu menentukan kesuburan tambak secara keseluruhan. Tanah sebagai central soil harus mampu berfungsi optimal sehingga proses dekomposisi dan pertukaran nutrien dapat berlangsung sempurna, untuk mendukung produktivitas tambak udang itu sendiri. Meskipun manajemen kualitas air dianggap salah satu faktor budidaya paling penting, tetapi banyak bukti bahwa kondisi dasar tambak dan pertukaran substansi antara tanah dan air sangat berpengaruh terhadap kualitas air (Boyd, 1995a,b).


Bahan organik pada dasar tambak

Bahan organik yang terakumulasi dalam dasar tambak dengan volume yang berlebihan juga akan berpengaruh tidak baik bagi tambak. Tanah sebagai dasar utama tambak dapat menampung bahan organik dari konsentrasi 0%‒100%. Bahan organik dalam tanah sedimen tambak terdiri dari 48‒58% karbon (Nelson & Sommers, 1982). Sedangkan konsentrasi karbon organiknya 1,9 kali bahan organik dalam permukaan tanah (Nelson & Sommers, 1982).


Bahan organik tanah yang tidak jenuh dalam waktu yang lama mampu mengandung karbon organik sampai dengan 20% dari berat keringnya (Soil Survey Staff, 1990). Sedangkan materi tanah yang jenuh dengan air, bahan organiknya lebih sedikit mengandung karbon organik. Secara umum, tanah terklasifikasi sebagai tanah organik jika di atas lapisan 80 cm masih banyak mengandung materi organik (Gambar 1).


Faktor yang mempengaruhi bahan organik pada tambak

Banyak faktor yang berpengaruh terhadap konsentrasi bahan organik dalam dasar tambak. Tidak hanya kualitas sumber air, mangrove, dan kepadatan biota budidaya, manajemen pemberian pakan juga sangat berpengaruh terhadap nutrien dan bahan organik tambak. Pakan yang diberikan pada tambak udang sistem intensif, hanya 17% yang dapat dimanfaatkan oleh biotanya sebagai nutrisi, selebihnya terbuang ke alam dalam bentuk pakan tak termakan dan sisa metabolisme biota (Primavera, 1994).


Hasil buangan berupa pakan tak termakan dan hasil metabolisme biota dapat mengalami dekomposisi dan akan menghasilkan bahan organik yang berbahaya bagi biota budidaya dan lingkungannya. Karena salah satu hasil sederhana dari dekomposisi oleh aktivitas bakteri tanah adalah unsur nitrogen, yang dapat berupa NH4+, NH3-, NO2, NO3, maupun N2.


Baca juga: Pentingnya Biosekuriti Tambak Udang


Selain itu, keberadaan bahan organik di tambak juga dapat dipengaruhi oleh pengambilan (crop) tanah dasar sehingga berpengaruh terhadap keberadaan aktivitas mikroba; saat pengairan air, terdapat sedimen luar yang terbawa ke dalam kolam/tambak; dan kemampuan dekomposisi bahan organik dalam tanah (Boyd, 1992).


Kandungan C-organik pada tambak dengan sistem intensif, sangat terpenagruh oleh tingginya aktivitas budidaya di dalamnya. Obat-obatan, kandungan pakan yang kompleks, penanganan yang terlalu intensif, dan kegiatan lainnya yang biasa diterapkan pada tambak intensif mampu berpengaruh terhadap keberadaan kondisi alam tambak sehingga bahan organik juga akan beragam kondisinya.


Lapisan tanah tambak mengandung berbagai  macam kandungan, tergantung pada sistem budidaya udang yang diterapkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hastuti et al. (2011) membahas kandungan-kandungan dalam tanah sesuai dengan sistem budidaya udang yaitu tradisional, semi intensif, intensif.


Tekstur tanah berdasarkan sistem budidaya


Berdasarkan hasil pengamatan terhadap parameter fisika sedimen tanah dasar tambak, diperoleh tekstur yang berbeda-beda dari setiap sistem budidaya udang. Pada penelitian ini, sistem budidaya tradisional teksturnya tidak terlalu mengalami perubahan, karena tidak adanya penambahan pakan tambahan yang masuk ke dalam tambak sehingga tidak ada sedimentasi yang berarti.


Untuk sistem semi intensif, secara konstan cukup mengalami perubahan selama 120 hari pemeliharaan sehingga menghasilkan tekstur dasar tanah yang beragam. Komponen debu yang berukuran halus cenderung berada pada lapisan paling bawah yaitu lapisan 10‒15 cm, selebihnya tekstur sedimennya berupa liat.


Pada hari ke-0 smpai ke-30 tekstur tanah dasar tambak sistem intensif adalah lempung liat berpasir, namun setelah hari ke-90 berubah menjadi liat dan pada hari ke-120 berubah menjadi berliat sangat halus.


Konsentrasi senyawa pada lapisan tanah tambak

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada semua sistem tambak yang digunakan (tradisional, semi intensif, dan intensif) nilai konsentrasi C-organik dan N-organik rata-rata terletak pada lapisan paling bawah yaitu lapisan 10‒15 cm (Tabel 2).


Baca juga: Efisiensi Pakan dengan Fermentasi dan Penggunaan Pupuk Organik Cair


Fakta ini menunjukkan bahwa diperlukan manajemen tambak yang baik (khususnya pada pakan) sangat berpengaruh terhadap masukan, dekomposisi serta keberadaan bahan organik dalam sedimen tambak. Pada tambak, peningkatan bahan organik biasanya terdapat pada lapisan atas yaitu 0‒5 cm (Boyd, 1992). Hal ini dimungkinkan, karena lapisan atas sedimen atau dasar tanah tambak adalah lapisan yang paling produktif. Bahkan tidak menutup kemungkinan lapisan ini masih sering dalam kondisi aerob.


Bahan organik dan kesuburan tanah

Mikroorganisme dalam kehidupannya membutuhkan berbagai macam nutrien dan banyak nutrien tersebut berupa bahan organik. Bahan organik dalam tanah dasar tambak dapat bermanfaat untuk menghasilkan kualitas tanah yang subur adalah C/N rasio. C/N rasio pada dasarnya adalah parameter perbandingan C-organik dan N-organik dalam tanah untuk mengetahui tingkat kesuburanny tanah.


Di dalam SNI rasio C/N kompos yang diijinkan adalah 10–20, sedangkan di dalam KepMenTan rasio C/N kompos yang diijinkan berkisar antara 20. Pada penelitian ini disebutkan bahwa rasio C/N pada tiga sistem tambak budidaya (tradisional, semi intensif, dan intensif) sudah lebih dari sepuluh. Hal itu berarti tanah yang dimiliki tiga tambak dan daerah mangrove tersebut sudah termasuk subur. 


Dibuat oleh Tim Minapoli

Sumber:

Hastuti YP, Novita L, Widiyanto T, RUsmana I. 2011. Profil bahan organic dalam berbagai kedalam tanah dasar Tambak Inti Rakyat, Karawang. Jurnal Akuakultur Indoensia. 10(2): 183-191

Boyd CE. 1992. Shrimp Pond Bottom Soil and Sediment Management. Alabama, USA: Alabama Agricultural Experiment Station. Auburn University

Primavera JH. 1994. Shrimp Farming in the Asia-Pacific: Environment and Trade Issues and Regional Cooperation. http://oldsite.nautilus.org/archives/papers/enviro/trade/shrimp.html

[Soil Survey Staff]. 1990. Keys to Soil Taxonomy. Virginia, USA: Virginia Polytechnic Institute and State University, SMSS Technical Monograph No. 19, Blacksburn.


Tentang Minapoli

Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis akuakultur terintegrasi. Dengan memanfaatkan teknologi, pembudidaya dapat menemukan produk akuakultur dengan mudah dan menghemat waktu di Minapoli. Platform ini menyediakan produk-produk akuakultur dengan penawaran harga terbaik dari supplier yang terpercaya. Selain itu, bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.


Artikel lainnya