• Home
  • Infomina
  • Frekuensi Perendaman dalam Air Tawar Pada Kerapu Macan yang Terserang Ektoparasit

Frekuensi Perendaman dalam Air Tawar Pada Kerapu Macan yang Terserang Ektoparasit

| Thu, 21 Oct 2021 - 10:39

Kegiatan dipping (perendaman) ikan kerapu macan dalam air tawar merupakan salah satu kegiatan penanganan yang dilakukan untuk mengurangi parasit pada tubuh ikan dan diduga dapat meningkatkan nafsu makan pada ikan. Kegiatan ini dapat menyebabkan stres pada ikan yang dapat meningkatkan kebutuhan energi sehingga mengurangi tingkat pertumbuhan ikan. Tujuan perendaman bertujuan untuk mengetahui frekuensi perendaman optimum yang tidak menghambat pertumbuhan ikan.


Perlakuan yang diberikan yaitu perlakuan ikan direndam air tawar sebanyak 1 x 30 hari, selain itu juga dilakukan kombinasi perendaman dengan formalin. Enam ekor ikan dengan bobot berkisar 25,49 ± 0,78 gram, dipelihara dalam bak berukuran 40 x 60 x 45 cm yang diisi air laut dengan kisaran salinitas ppt dan ketinggian air 35 cm. Ikan diberi pakan 3 kali sehari secara at satiation selama 67 hari masa pemeliharaan. 


Kegiatan dipping (perendaman) juga merupakan salah satu kegiatan penanganan yang dilakukan dengan cara merendam biota kultur ke dalam larutan tertentu sebagai pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit akan membantu menunjang kelangsungan hidup dan peningkatan produksi. Kegiatan yang sering dilakukan pada biota kultur laut adalah dengan dipping di air tawar. Kegiatan seperti ini dilakukan di keramba jaring apung (KJA) secara rutin pada umumnya setiap seminggu sekali dengan lama perendaman ikan disesuaikan dengan kepadatan ikan serta penggunaan aerasi. Ikan yang akan direndam diangkut dari wadah pemeliharaannya dan ditempatkan pada ember/styrofoam yang sudah diisi dengan air tawar (Astriwana, 2010).




Perendaman dalam air tawar dilakukan selama 5-10 menit kemudian disemprot dengan air laut, sedangkan perendaman dalam formalin dengan konsentrasi 100 ppm selama kurang lebih 5 menit. Singkat atau lamanya waktu perendaman tergantung dari banyaknya dosis yang digunakan. Semakin tinggi dosisnya, maka semakin cepat waktu perendaman dengan formalin. Perlakuan terhadap lintah ini bisa dilakukan dengan perendaman dalam formalin 200-250 ppm selama 1 jam.


Pemakaian formalin dengan konsentrasi tinggi dapat mengganggu pernafasan ikan, oleh karena itu diperlukan aerasi yang kuat dalam perlakuan tersebut. Namun, penggunaan air tawar dipandang lebih aman karena perlakuan dilakukan hampir 5-7 hari sekali. Perendaman pun dilakukan hanya sebentar (kurang dari setengah jam) diikuti dengan pengurutan tubuh ikan dengan tangan untuk membantu melepaskan lintah (Mahardika dkk., 2018).

Yuk, ikuti juga: Kompetisi LensaMina, Membuka Cakrawala Akuakultur Indonesia


Selanjutnya diberikan perlakuan stres pertama pada ikan kerapu berupa perendaman dalam air tawar selama 15 menit tanpa aerasi. Perlakuan stres berupa perendaman dalam air tawar tanpa aerasi selama 15 menit dipilih karena pada umumnya treatment yang diberikan para pembudidaya di keramba jaring apung (KJA) untuk mengendalikan parasit kutu kulit (Benedenia sp. dan Neobenedenia sp.) pada kerapu adalah dengan perendaman dalam air tawar. Aplikasi perendaman ikan air laut pada air tawar dilakukan untuk melihat kondisi akibat pengaruh dari stressor terhadap kemampuan osmoregulasi ikan serta berguna untuk meningkatkan kelangsungan hidup ikan dalam menghadapi perubahan lingkungan.


Pengamatan terhadap ikan kerapu macan pasca dilakukan perendaman air tawar dengan kombinasi larutan formalin antara lain ikan menunjukkan perilaku berenang yang sangat lincah dan beraturan, warna insang menjadi lebih cerah serta nafsu makan meningkat, dan yang terpenting jumlah laporan kematian ikan kerapu macan sangat rendah. 

---


Penulis: Rahma Fitry Nur

Profesi: Staff QC

Instansi: PT. BATAM NARA





Artikel lainnya

LensaMina 

“Hantu” itu Berbentuk Jaring Ikan

Minapoli

1097 hari lalu

  • verified icon2354
LensaMina 

Saatnya Akuakultur Masuk Sekolah

Minapoli

1099 hari lalu

  • verified icon1583