FKPA Terus Berupaya Atasi Pandemi Penyakit Udang
| Fri, 03 Dec 2021 - 09:58
Para pelaku usaha tambak udang di Lampung dan Bengkulu terus berupaya mengatasi pandemi penyakit udang vaname. Salah satu di antaranya adalah dengan sharing informasi mengenai kiat-kiat mencegah penyakit udang berdasarkan kearifan lokal.
Ha itu dikupas pada seminar dengan topik “Transformasi Kearifan Lokal Menuju Eksistensi Budidaya di Tengah Pandemi AHPND” yang digelar Forum Komunikasi Praktisi Akuakultur (FKPA), di Hotel Bukit Randu, Bandarlampung, Rabu (1/12).
Seminar dibuka Kadis Kelautan dan Perikanan Kota Bandarlampung Erwin. Pembukaan seminar ditandai dengan dengan pemukulan gong dan penyerahan cinderamata kepada sejumlah pejabat oleh mantan Ketua Umum FKPA Hanung Hernadi.
Seminar yang digelar dalam dua sistem, offline dan online tersebut dihadiri sekitar 100-an peserta dari berbagai pemangku kepentingan udang dan ikan secara langsung di lokasi dan 100-an peserta lainnya mengikutinya secara virtual melalui kanal zoom meeting.
Baca juga: Cukupkan Mineralnya, Sukses Budidaya Udangnya
Pada kesempatan Erwin menyatakan, pihaknya mengapresiasi kegiatan yang dihelat FKPA tersebut. Ia berharap dari seminar tersebut, peserta memperoleh informasi yang berguna untuk mengembangkan budidaya udang di Lampung.
“Saya berharap seminar ini bermanfaat agar budidaya udang vaname di daerah ini berjalan lancar sehingga memberikan kontribusi bagi daerah dan masyarakat,” ujarnya pada pembukaan seminar.
Kerja Keras
Sementara Pelaksana Tugas Ketua Umum FKPA Ery Brahmantyo menyatakan, pihaknya baru sekarang melakukan kegiatan berskala besar setelah hampir dua tahun vakum karena pandemi Covid-19.
“Selama hampir dua tahun pula udang mengalami pandemi penyakit, terutama penyakit AHPND. Berkat kerja keras kawan-kawan pelaku usaha tambak, berbagai kendala mulai bisa diatasi,” ujarnya.
Baca juga: Manfaat Bergabung Kelompok Pembudidaya
Melalui seminar ini, lanjutnya, dikupas kiat-kiat dari tim FKPA dari masing-masing kawasan dalam mengatasi penyakit udang. Sebab, meskipun didera pandemi penyakit, masih ada tambak yang tetap survive menjalankan budidaya udang.
Ery mengakui, diperkirakan di daerah ini terdapat 50 persen tambak yang berhenti beroperasi akibat pandemi penyakit, terutama penyakit AHPND sehingga menurunkan devisa yang diperoleh negara.
“Terutama di Rawajitu, Kab Tulangbawang; Padangcermin, Kab Pesawaran; Punduh Pidada, Kab Tanggamus banyak tambak yang sempat tidak ditebar benur. Namun kini kondisinya sudah berangsur pulih. Tambak udang di Rawajitu sudah kembali panen, begitu pula di daerah lainnya,” ungkap Ery.
Miliki SOP
Tampil menjadi pembicara pada seminar tersebut Teguh Setyono, S.Si, Manajer Budidaya PT Dua Putra Perkasa (DPPP) Kaur, Bengkulu dengan materi “Upaya Menjaga Budidaya Berkelanjutan” dan Sekjen Asosiasi Pembenih Udang (APU) Waiso, S.Pi. dengan materi “Jurus Sukses Tanpa Stress, Tidak Bikin Kantong Kempes” dengan moderator Dedy Ryanto.
Baca juga: Urgensi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dalam Budidaya Udang
Pembicara pertama Teguh Setyono mengawali pemaparannya dengan mengatakan, dalam menjalankan budidaya teknisi harus memiliki SOP teknis budidaya berkelanjutan. Lalu perencanaan produksi harus disesuaikan dengan sarana dan prasarana pendukung yang dimiliki.
Lalu setiap tambak harus memiliki lab mini sehingga bisa mengukur berbagai parameter air secara berkala. Khusus untuk pemeriksaan udang melalui PCR, tambak bisa bekerja sama dengan pabrikan pakan yang sudah banyak menyediakan lab mobile.
Kemudian teknisi tambak harus menguasai teknis budidaya, terutama manajemen kualitas air. Jika ada penurunan produksi segera recovery (penanganan penyakit dan kualitas air). Tentukan strategi berikutnya, lakukan analisis usaha dan selalu memperbaiki kinerja dengan roadmap budidaya selanjutnya.
Sementara Waiso, S.Pi. memotivasi pelaku usaha tambak untuk selalu berpikir positif meski di tengah pandemi penyakit udang. “Kita harus selalu yakin bahwa usaha kita akan sukses. Bahkan bayangkan seolah-olah budidaya udang yang kita sedang tangani berjalan lancar. Dan jalani hari-hari dalam membesarkan udang dengan ceria. Sebab jika kita ceria dan bahagia, udang juga akan senang dan semangat makan pakan. Sebaliknya jika kita pengelola tambak galau maka udang juga stress sehingga mudah diserang penyakit,” ungkapnya.
Baca juga: Sistem Tandon, Teknik Jitu dalam Budidaya Udang
Waiso khawatir ketika setiap waktu pelaku usaha tambak membahas penyakit tiada henti-hentinya maka penyakit juga tidak akan hilang. “Buktinya ketika media massa, termasuk medsos sudah jarang memberitakan pandemi Covid-19, virusnya hilang dengan sendirinya,” ungkap Waiso.
Kini, ajaknya, mari kita lakukan hal itu pada udang. Jika selama ini kita sebut penyakit Myo, penyakit WSSV dan penyakit AHPND, kini kita ubah menjadi nasihat Myo, nasihat WSV dan nasihat AHPND. Saya yakin tak lama semuanya bakal hilang seperti Covid-19,” Waiso mengingatkan.
Sumber: lampung.siberindo.co