Efisiensi Pakan dengan Fermentasi dan Penggunaan Pupuk Organik Cair
| Thu, 30 Jan 2020 - 10:01
Layaknya jamu atau obat-obatan herbal yang diandalkan manusia, cara-cara herbal dan alami pun masih menjadi andalan untuk para pembudidaya ikan. Tak terlepas juga bagi pembudidaya udang. Didik Budi Nursanto, Koordinator Instalasi Pembenihan Udang Gelung- Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Situbondo-Jawa Timur (Jatim) mengungkap, hal ini tercermin dari kegiatan petambak udang di berbagai daerah. Khususnya di Jatim secara umumnya, dan Situbondo secara khususnya.
Baca juga: Meningkatkan Performa Pakan Udang Melalui Penambahan Pellet Binder yang Tepat
Laki-laki yang akrab disapa Didik ini menyebut, untuk Situbondo, aplikasi herbal ini antara lain dengan menggunakan pupuk organik cair (POC) serta fermentasi pakan. Dan saat ini sudah diterapkan untuk 12 petak tambak ukuran rata-rata 2.500 meter persegi (m2) yang dioperasikan instalasi budidaya udang di Gelung. Ketika ditemui TROBOS Aqua di petak tambak Gelung beberapa waktu lalu, tampak pemeliharaan udang dengan memanfaatkan metode ini sudah memasuki siklus kedua.
“Pemanfaatan ini kita aplikasikan untuk efisiensi pakan dan saat ini rasio konversi pakan kita (FCR) di angka 1,1. Selain itu bila siklus sebelumnya kita temukan White Feces Disease (WFD) atau berak putih, tapi di aplikasi ini tidak kita temukan,” terang Didik yang menerapkan padat tebar maksimal 150 ekor per m2 tiap petaknya.
Serapan nutrien lebih banyak
Penjelasan lebih diberikan Ujang Komarudin yang saat itu menjabat sebagai Kepala BPBAP Situbondo. Ia mengungkap alasan memanfaatkan POC dan fermentasi untuk tambak udang karena terkait erat dengan efisiensi pakan.
Khususnya untuk fermentasi pakan, adalah terkait dengan efisiensi asam amino yang diserap udang. Secara teoritis, terang Ujang, protein yang dibutuhkan udang dalam pakan tidak dicerna dalam bentuk protein, melainkan dalam bentuk asam amino. Sementara, kemampuan usus udang itu terbatas untuk menyerap protein, terlebih ukuran ususnya pendek.
Baca juga: Lebih Bergizi dengan Fermentasi
Sehingga, tidak semua protein pakan akan diserap, yang menyebabkan adanya sisa pakan yang terbuang ke lingkungan. Dampaknya, lanjut Ujang, nutrien yang diserap udang pun terbatas dan sisa pakan menyebabkan lingkungan cepat kotor.
Disisi lain, inovasi ini memanfaatkan fermentasi yang dilakukan terhadap pakan. “Prinsip sederhananya, jelas Ujang, yakni memanfaatkan bantuan bakteri probiotik. Dalam bahan-bahan yang terkandung di fermentasi ini, pakan akan diperam selama kurang lebih tiga hari dengan kondisi anaerob (tanpa oksigen).
“Kondisi ini seperti di dalam perut sehingga asam amino diuraikan saat fermentasi. Saat diberikan ke udang, ususnya tidak perlu bekerja keras mencerna karena proses itu sudah dikerjakan saat fermentasi. Jadinya makin banyak nutrien yang bisa diserap oleh udang,” ungkap Ujang.
Manfaatnya pun sudah dirasakan. Menurut Ujang, dari sisi limbah, ada pengurangan sisa pakan yang terbuang. Sementara itu, tata cara ini bisa mengurangi terjadinya penyakit berak putih. “Sementara sebelumnya sempat ditemui ada berak udang yang ngambang permukaan. Ini kan indikator pencernaan makan tidak sempurna,” tutur Ujang.
Kontrol
Dalam perkembangan tata cara herbal ini, Didik pun berbagi cerita. Pengembangan awalnya, ungkap Didik, lebih dulu diterapkan di Instalasi Budidaya Air Payau (IBAP) Prigi-Jatim. Dimana POC dimanfaatkan dari larutan pupuk yang dicairkan dan dicampur dengan pakan. POC ini kemudian ditebarkan di kolam sebelum tebar benur atau sekitar 15 hari sebelum tebar benur.
Artikel Asli: Trobos Aqua
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis perikanan budidaya terintegrasi, sehingga pembudidaya dapat menemukan seluruh kebutuhan budidaya disini. Platform ini hadir untuk berkontribusi dan menjadi salah satu solusi dalam perkembangan industri perikanan budidaya. Bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku budidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.