Early Mortality Syndrome atau EMS itu Penyakit Udang?
| Sat, 30 Mar 2019 - 07:22
Early Mortality Syndrome atau EMS menjadi ketakutan para petambak udang di seluruh dunia. Sindrom ini ditunjukan dengan kematian udang secara dini, bahkan sebelum DOC atau 30 hari setelah tebar benih udang. Persebarannya dimulai dari China pada tahun 2009 dan merambah ke berbagai daerah di Asia. Namun, penyebab kematian secara mendadak masih sangat misterius. Indikasinya juga masih belum diketahui secara pasti.
Udang Vannamei atau biasa disebut dengan udang putih, pada awalnya dianggap tahan terhadap serangan penyakit. Namun, dalam perkembangannya, jenis udang ini juga memiliki kecenderungan untuk dapat terserang berbagai jenis penyakit yang pada akhirnya dapat merujuk ke kematian mendadak seperti EMS. Sumber dari penyakit tersebut salah satunya dapat disebabkan oleh bakteri. Pada ulasan ini, Kabar Udang akan membahas penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang paling sering menyerang udang jenis ini adalah dari marga Vibrio (Vibrio spp.), diantaranya yaitu Vibrio harveyi, Vibrio vulnificus, Vibrio anguillarum, Vibrio alginolyticus, Vibrio parahaemolyticus, dan Vibrio fluvialis. Hal ini juga banyak dikenal dengan istilah vibriosis.
Baca juga: Waspada Penyakit Udang 2019
Penyakit yang
disebabkan oleh bakteri Vibrio yaitu White Feces
Syndrome/ Diseases (WFS/ WFD) dan Acute Hepatopancreatic
Necrosis Disease (AHPND), tepatnya diindikasikan oleh
bakteri Vibrio parahaemolyticus. Kedua penyakit ini memiliki
gejala yang sama, yaitu ditandai dengan kotoran atau berak putih dari
udang yang mengambang di tambak. Kotoran ini adalah kumpulan jaringan
pencernaan udang yang rusak, meluruh, kemudian membentuk agregat yang menyatu
dengan kotoran. Agregat ini menyerupai gregarin, sehingga, diagnosa penyebab
penyakit ini awalnya disebabkan oleh gregarin. Tetapi setelah diteliti lebih
lanjut, ternyata ada asosiasi kuat dengan keberadaan bakteri Vibrio
parahaemolyticus.
Ada sebuah indikasi lain bahwa WFS/WFD juga distimulasi oleh blooming BGA. Salah satu racun yang dihasilkan BGA bernama hepatotoksin turut menyebabkan rusaknya hepatopankreas dari udang sehingga berak udang berwarna putih. Selain itu, udang yang stres lebih mudah terkena penyakit. Stres dapat berasal dari kualitas air yang menurun. Kualitas air membutuhkan perhatian besar agar tidak terjadi blooming BGA dan mengganggu kenyamanan untuk tumbuh dan sehat.
WFS/WFD dan AHPND pada kondisi yang parah menyebabkan kematian di awal kultivasi yakni sekitar hari ke-35-45 dengan tingkat kematian 40-100% dalam 4 hari. Keberadaan EMS bukanlah penyakit tetapi hanya bentuk teknis dari AHPND, dan penyebab terkuatnya adalah Vibrio parahaemolyticus (Zorriehzahra and Banaederakhshan 2015). Udang yang terkena AHPND pada taraf yang parah akan mengalami kematian dini pada awal masa budidaya udang yaitu 10-30 hari pasca tebar dengan tingkat kematian hingga 100%. Peristiwa kematian akibat EMS terjadi saat temperatur lingkungan sedang tinggi.
Baca juga: Monitoring Kesehatan dan Pengelolaan Hama Penyakit Udang
Cara diagnosa terjadinya penyakit ini selain adanya kotoran putih yaitu pankreas mengecil, usus kosong, nafsu makan menurun, dan pertumbuhan menurun. Konfirmasi kehadiran penyakit ini adalah dengan membawa sampel udang dan sedimen untuk dilakukan uji di laboratorium. Cara pencegahan yang dapat dilakukan dengan menjaga stabilitas kualitas air, menerapkan sanitasi yang baik, manajemen induk dan benur yang berkualitas, dan kontrol pakan yang baik.
Tentang Minapoli
Minapoli merupakan marketplace++ akuakultur no. 1 di Indonesia dan juga sebagai platform jaringan informasi dan bisnis perikanan budidaya terintegrasi, sehingga pembudidaya dapat menemukan seluruh kebutuhan budidaya disini. Platform ini hadir untuk berkontribusi dan menjadi salah satu solusi dalam perkembangan industri perikanan budidaya. Bentuk dukungan Minapoli untuk industri akuakultur adalah dengan menghadirkan tiga fitur utama yang dapat digunakan oleh seluruh pelaku budidaya yaitu Pasarmina, Infomina, dan Eventmina.