Desa Inovasi, Penopang Ekonomi Masyarakat Kelautan Perikanan
| Fri, 29 May 2020 - 15:07
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM), tengah mempersiapkan skema Desa Inovasi di Kabupaten Aceh Tamiang.
Langkah ini diambil mengingat adanya ketidakstabilan sistem pra produksi, sistem produksi, sistem pemasaran dan distribusi barang pada pusat produksi dan pasar perikanan karena dampak dari Pandemi Covid-19.
“Pada pusat-pusat perikanan tertentu, seperti tempat pendaratan ikan, sistem produksi tetap berjalan, namun sistem distribusi dan pemasaran terganggu, sehingga suplai hasil perikanan pada sentra produksi melimpah,’’ tutur Kepala BRSDM, Sjarief Widjaja, Rabu (20/5)
Dengan adanya Desa Inovasi pada pusat-pusat perikanan tersebut, diharapkan dapat menciptakan keseimbangan baru dalam berbisnis hasil perikanan. Termasuk dalam hal bertransaksi maupun berproduksi, sehingga tercipta relasi sosial maupun jaringan sosial baru yang terbentuk di desa-desa pusat perikanan tersebut.
Untuk membangun Desa Inovasi, Balai Besar Riset Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan (BBRSEKP), yang merupakan unit pelaksana tugas (UPT) BRSDM, tengah mendata dan mengolah informasi pada desa-desa pusat kegiatan perikanan. Dalam pengumpulan data, peneliti BBRSEKP dibantu oleh Penyuluh Perikanan Kabupaten Aceh Tamiang. Realisasi kerja sama pengumpulan data dilakukan melalui Zoom Meeting dengan penyuluh dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan yang dilakukan sesuai dengan protokol penanganan Covid-19.
Di Aceh Tamiang, terdapat 6 desa yang tengah diambil datanya, yakni Desa Kampung Seuneubok Aceh Kecamatan Bendahara; Desa Kampung Bandar Khalifah Kecamatan Bendahara; Desa Kampung Matang Seuping Kecamatan Banda Mulia; Desa Kampung Alur Nunang Kecamatan Banda Mulia; Desa Kampung Alue Sentang Kecamatan Manyak Payed; Desa Kampung Ujong Tanjong Kecamatan Manyak Payed; Desa Kampung Sungai Kuruk III Kecamatan Seruway dan Desa Kampung Baru Kecamatan Seruway.
“Penyuluh perikanan berperan penting untuk membantu pengumpulan data dan informasi (sekunder dan primer) dalam situasi kondisi daerah yang dilanda Covid-19. Tentu, informasi data dan informasi yang dikumpulkan telah disiapkan dengan baik oleh tim peneliti,” papar Peneliti Utama BBRSEKP Armen Zulham.
Nantinya, pada desa inovasi itu, penyuluh perikanan menjadi tokoh sentral pendorong partisipasi pelaku usaha memanfaatkan inovasi. Dan tak kalah pentingnya, penyuluh menjadi pengawal desa inovasi serta menjadi mitra peneliti BRSDM untuk menyampaikan kendala pemanfaatan inovasi dan bersama peneliti ikut memperbaiki inovasi tersebut. Agar rencana pembangunan Desa Inovasi dapat terwujud, tentu peneliti BBRSEKP akan membangun kelembagaan implementasi model inovasi pada desa inovasi.
Data dan informasi yang dikumpulkan menjadi acuan dalam membangun desa inovasi di Kabupaten Aceh Tamiang. Melalui Desa Inovasi perikanan juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat perikanan di masa depan maupun dalam situasi bencana. Terlebih masyarakat perikanan beraktivitas pada usaha informal yang sangat rentan karena pengaruh pandemi Covid-19. Sebagian mereka dalam keseharian tidak memiliki aset dan kehidupan mereka tergantung pada aktivitas dan upah harian. Kondisi ini sangat rentan dan mengganggu keberlanjutan usaha serta pendapatan mereka.
Lebih lanjut dijelaskan Armen, skema Desa Inovasi Perikanan terbagi dalam dua alternatif. Alternatif pertama yakni budidaya udang organik, yang meliputi pembentukan entitas pembudidaya udang organik, pembentukan entitas masyarakat yang memproduksi probiotik (Rica dan Udang), serta membangun kerja sama blockchain udang organik (sertifikasi kawasan udang organik dan pembelian hasil produksi).
Alternatif kedua yakni budidaya udang windu, yang meliputi pembentukan entitas pembudidaya udang windu, pembentukan entitas pembudidaya yang menerapkan manajemen pola tanam serentak & manajemen pengelolaan air, serta membangun kerjasama dengan pengusaha e-dagang dalam pengadaan input dan penjualan hasil.
Sumber: KKP News