Cara Menurunkan Biaya Budidaya Udang

| Wed, 25 Aug 2021 - 15:13

Pada strategi pengelolaan budidaya udang vaname dikenal panen parsial. Panen parsial berarti memanen atau mengambil sebagian udang dari tambak. Setidaknya ada dua pertimbangan dilakukannya panen parsial, yaitu untuk meningkatkan produktivitas dan perhitungan ekonomis.

 

Dalam hal meningkatkan produktivitas, panen parsial memungkinkan panen akhir didapatkan size udang yang besar. Panen parsial memberikan kesempatan pada udang yang tersisa di kolam tumbuh lebih besar.n Alasannya, dengan mengurangi biomassa udang di tambak sehingga daya dukung tambak membaik atau tidak berlebih. Setelah panen parsial dilakukan biasanya udang tumbuh lebih cepat. Selain itu dengan mengurangi kepadatan udang di kolam dapat menurunkan resiko terkena penyakit.

 

Kemudian dalam hal perhitungan ekonomis. Udang ukuran besar di akhir budidaya tentu mendapat harga yang lebih baik. Sehingga kemungkinan akan memperoleh keuntungan lebih dapat tercapai. Selain itu, bagi petambak yang memiliki modal terbatas panen parsial adalah strategi untuk kelangsungan biaya budidaya berikutnya.

 

Keuntungan lainnya, berkurangnya biomassa udang di tambak memberikan konsekuensi input pakan yang diberikan berkurang. Kandungan limbah seperti amonia yang dihasilkan akhir periode budidaya dapat diminimalisir.


Baca juga: Lebih Optimal dengan Pakan Fungsional

 

Berdasarkan hasil penelitian dari Romadhona dkk (2015) yang menyimpulkan bahwa panen parsial dapat meminimalisir sumbangan beban cemaran ke lingkungan dan memberikan keuntungan usaha lebih besar. Setelah panen diasumsikan ruang gerak udang semakin luas, oksigen terlarut (DO) lebih baik, amonia turun dan lebih stabil karena pakan turun dan limbah dari udang juga turun.

 

Faktor Keberlanjutan Harus Diperhatikan

Panen parsial berarti budidaya harus terus berlanjut. Maka penting memperhatikan beberapa hal dan kondisi.  Air tambak saat panen panen tidak seluruhnya dikeringkan atau sama sekali tidak dikurangi untuk menghindari udang stres. Panen parsial menggunakan alat tangkap pasif berupa jala lempar. Sehingga tidak perlu mengurangi volume air kolam. Pada panen parsial juga relatif tidak memerlukan banyak tenaga permanen, dengan ini dapat meminimalisir biaya panen.

 

Panen parsial dilakukan 1-3 kali dengan jarak antar panen 7-14 hari. Jumlah udang yang diambil 20-30% dari estimasi biomassa udang di kolam. Jumlah udang yang dipanen yaitu dengan mengurangi perkiraan biomassa udang yang masih bisa ditampung dalam dua minggu ke depan.

 

Panen parsial pertama biasanya dilakukan saat mencapai berat udang 10-13 gram per ekor atau saat udang mencapai size 100. Pertimbangannya adalah pada size tersebut udang dikatakan memiliki nilai jual yang cukup baik. Semakin besar udang semakin tinggi harganya.


Baca juga: Tantangan Mengembalikan Daya Dukung (Carrying Capacity) Lahan Tambak

 

Dua hal yang tidak kalah penting. Memastikan udang sedang kondisi sehat dan nafsu makan udang sedang baik. Penting agar udang yang tersisa tidak akan stres dan terganggu di kemudian hari.  Meskipun pada kasus lain, panen parsial adalah salah satu solusi pada nafsu makan udang yang menurun dikarenakan air sudah jenuh. Tapi pada kasus udang yang terganggu kesehatannya keputusan panen parsial justru dapat memperburuk keadaan.

 

Panen Parsial Harus Dilakukan

Dengan metode yang paling cepat. Metode yang lebih cepat akan mengurangi stres dan menghindari penurunan kualitas daging udang. Selain itu juga tetap memperhatikan kolam yang dipanen tidak ‘terusik’. Maka dibutuhkan metode yang cepat dan aman, berikut Jala memberikan tipsnya.

 

Secara garis besar, menurut Manuel Poulain, Project Manager (Shrimp Grow-out) INVE Aquaculture Thailand, protokol sistem nursery diringkas menjadi 10 poin tindakan untuk mendapatkan pengendalian maksimal terhadap bahaya biosekuriti.

 

Padat Tebar Benur

Pada percobaan ini, protokol mempertimbangkan penggunaan 1 juta benur (ukuran PL10), dengan padat tebar 2 PL/liter dengan mempertimbangkan mortalitas awal sebesar 5% akibat stres karena pengiriman dan saat stock. Angka ini adalah jumlah sebenarnya benur yang ditebar, termasuk setelah ditambah dengan “bonus” benur yang biasanya diberikan oleh hatchery.


Baca juga: Bahan Additive Dukung Kesuksesan Budidaya Udang Vaname

 

Target kelangsungan hidup nursery secara keseluruhan yang ditetapkan adalah 80% dengan tingkat mortalitas kronis selama molting akibat kanibalisme. Kenyataannya, berdasarkan pengamatan, tingkat kelangsungan hidup ternyata lebih tinggi, yaitu 90%. 


Untuk menghindari pemberian pakan berlebih (overfeeding), sebaiknya dilakukan pemberian pakan dengan acuan kelangsungan hidup sedikit di bawah standar. Total jumlah udang yang ditebar pada percobaan ini sudah diperhitungkan masih dalam tahap aman sampai masa akhir tahap nursery, yaitu maksimum pada angka biomassa udang sebesar 2 kg/m3 dan total maksimum pemberian pakan 100 gr/m3.

 

Patokannya, perbandingan maksimum antara total biomassa udang dan total pakan yang diberikan adalah 3 kg berbanding 150 gram untuk setiap m3 air tambak per hari. Menurut Manuel Polain, angka tersebut menjadi batas maksimum untuk mempertahankan tingkat resiko kegagalan yang masih dapat diterima. Sebaliknya, bila total biomassa udang lebih dari 3 kg untuk setiap m3 air, dan pemberian pakan udang per hari lebih dari 150 gr per m3 air kolam, risiko akan menjadi lebih tinggi karena keterbatasan oksigen terlarut dalam air, ungkap Manuel Polain.

 

Bobot Biomassa Udang

Pertumbuhan udang, terutama tergantung pada kualitas benurnya, genetis dan efisiensi pakan. Target pertumbuhan harus disesuaikan dengan kondisi benur dan efisiensi pakan yang digunakan. Selama percobaan, pengambilan sampel udang dilakukan setiap 3 hari, minimal 100 udang ditimbang secara massal untuk menentukan berat rata-ratanya.


Baca juga: Meningkatkan Performa Pakan Udang Melalui Penambahan Pellet Binder yang Tepat

 

Pengamatan visual didasarkan pada warna, kekerasan cangkang, tingkat kepenuhan saluran pencernaan (oleh pakan) dan variasi ukuran tubuh udang secara keseluruhan. Aspek yang terakhir sangat penting untuk menentukan apakah udang mendapat pakan dengan benar. Berat udang yang diamati akan dibandingkan dengan asumsi pertumbuhan baku yang ada dalam protokol, dan pemberian pakan disesuaikan dengan menggunakan baku pertumbuhan tersebut.

 

Standar Pemberian Pakan

Total pemberian pakan per hari dihitung sesuai dengan laju pemberian pakan yang diasumsikan, bersamaan dengan kenaikan baku pemberian pakan selama masa budidaya. Beban pakan yang ditambahkan dalam kolam tetap menjadi faktor utama untuk mengendalikan kondisi lingkungan budidaya.

 

Tidak dapat dipungkiri, sebagian besar pakan akan masuk ke dalam air tambak karena larut terbuang di air atau tidak dikonsumsi. Secara tidak langsungnya, hal tersebut karena pencernaan udang yang buruk. Kondisi demikian menyebabkan ekologi air tambak tidak mampu mengatasinya.


Baca juga: Probiotik Meningkatkan Kualitas Air Tambak

 

Sebaliknya, jika pemberian pakan dikurangi secara drastis, hal ini akan mengakibatkan berkurangnya nutrisi bagi perkembangan organisme yang berperan dalam pengendalian kualitas air. Sehingga, faktor baku peningkatan pakan perhari merupakan kunci untuk menyeimbangkan lingkungan tambak, dimana nitrifikasi multitrofik dan konsentrasi bakteri berhubungan langsung dengan tingkat pemberian pakan.

 

Pemberian Molase

Pada percobaan ini menggunakan 30 liter molase yang ditambahkan dalam tiga tahap. Molase ditambahkan setelah penambahan air untuk menunjang perkembangan bakteri heterotrofik (probiotik) yang bermanfaat. Hal ini sangat penting untuk membentuk “air coklat” (bacterial base) daripada air hijau (fitoplankton base).

 

Sumber: Juara.co.id

Artikel lainnya

Udang 

Mengenal Molting Pada Budidaya Udang

Indah Sari Windu (ISW)

1207 hari lalu

  • verified icon3166
Udang 

Pentingnya Cek Penyakit Udang Secara Berkala

CeKolam

151 hari lalu

  • verified icon436
Udang 

Kemudahan Tambak Milenial untuk Pemula

Aqua Indonesia Magazine

716 hari lalu

  • verified icon2292