Budidaya Multi-trofik Tingkatkan Efisiensi Tambak
| Wed, 22 Sep 2021 - 10:34
Dengan sistem IMTA, tambak yang awalnya ditebar udang dan bandeng, ditambah dengan nila salin, kerang dan rumput laut mampu meningkatkan efisiensi tambak dan pendapatan petambak.
Dalam berbudidaya, terang independent freelance consultant, Roel H Bosma, ada kalanya usahanya belum mampu meningkatkan penghasilan dan mengatasi penyakit udang serta pencemaran. Karena itu untuk meningkatkan penghasilan tambak adalah menebar ikan yang memakan jenis makanannya yang berbeda, seperti tambak polikultur dan Integrated Multi-trophic Aquaculture for Sustainability (IMTA).
Mengenai IMTA, tambah Sri Rejeki, Guru Besar Departemen Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro (FPIK Undip), banyak digunakan di keramba jaring apung (KJA) di laut dengan sistem jaring bertingkat. Tetapi KJA tersebut sulit diadopsi petambak kecil karena berbiaya besar.
Lalu, pihaknya pun memperkenalkan IMTA guna meningkatkan efisiensi tambak ekstensif tradisional. Sistem ini dipandang bisa meningkatkan efisiensi tambak karena satu petak tambak tradisional dengan kedalaman 50-70 centimeter (cm), bisa membudidayakan lebih dari tiga spesies. Dulu dikenal dengan polikultur, antara bandeng dan udang atau di Brebes ada three in one (udang, bandeng dan rumput laut).
Baca juga: Implementasikan Teknologi Polikultur Ikan Kakap Putih dan Kerang Hijau
“Dengan IMTA kita menjalankan budidaya tanpa limbah, dan tetap memproduksi udang yang sehat. Selama 4 bulan pemeliharaan udang bisa dipanen 10-25 ekor per kilogram (kg), bandeng 3-5 ekor per kg, juga kekerangan yang juga bagus harga jualnya. Harga kerang hijau di Semarang bisa mencapai Rp 15 ribu per kg, kerang dara Rp 17-25 ribu per kg. Juga Gracilaria (sejenis rumput laut), komoditas yang mempunyai harga jual tinggi yang banyak dibudidayakan di Kabupaten Brebes-Jateng,” jelas Sri dalam Zoom meeting yang digelar FPIK Undip bekerja sama dengan sejumlah sponsor, baru-baru ini.
Pemilihan Spesies
Lebih lanjut tentang faktor penting untuk IMTA dijelaskan oleh Lestari Lakhsmi Widowati, dari FPIK Undip. Ia menyatakan, pemilihan lokasi sangat menentukan kelangsungan hidup spesies.
Terdapat 3 parameter yang dipertimbangkan dalam pemilihan lokasi. Lokasi yang digunakan yang tepat untuk banyak spesies, seperti kekerangan, bandeng, rumput laut dan udang. Parameter untuk budidaya rumput laut perlu kecerahan yang lebih tinggi daripada bandeng. Lalu faktor kimia, kekerangan bisa beradaptasi pada salinitas yang lebih tinggi. Bandeng dan rumput laut memiliki toleransi salinitas yang lebih rendah.
“Selanjutnya adalah waktu. Dimana, kalender musim dibutuhkan karena kapan penebaran yang tepat berkaitan dengan cuaca yang mempengaruhi kualitas air di dalam tambak. Perlu diperhatikan dengan mengetahui kapan penebaran yang tepat sebab hasil akhir proses budidaya yakni panen yang maksimal,” sebut Dosen Departemen Akuakultur FPIK Undip ini.
Baca juga: Polikultur Udang Galah dengan Bandeng
Dijelaskannya, kerang hijau/dara tidak bisa pada salinitas rendah sehingga ditebar pada musim kemarau. Jika waktu penebaran tidak tepat, spesies tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan. Pada salinitas tinggi, nila terluka kulitnya sehingga sakit. Lalu bandeng rendah pertumbuhannya pada salinitas tinggi dan banyak kematian sehingga hasil panen rendah.
Pembicara lainnya Restiana Wisnu Ariyati, M.Si menguraikan soal faktor penunjang keberhasilan IMTA, yaitu bagaimana menentukan biota budidaya dan menentukan metode dan padat tebar. “Kita gunakan Gracilaria sebagai produsen trofik level pertama dengan metode persebaran, kerang hijau dengan metode tali gantung pada trofik level berikutnya. Selanjutnya nila, bandeng sebagai trofik level kedua dan terakhir udang vannamei.
Di sini, lanjutnya, bisa disatukan beberapa biota dalam satu kolam dengan cara menentukan metode budidayanya. Sebab tujuan yang ingin dicapai dalam sistem IMTA, adalah bagaimana menggunakan lahan secara efisien dan efisiensi penggunaan pakan. Pada IMTA hanya satu kultivan saja yang diberi pakan, yakni udang sebagai kultivan pertama. Atau bisa juga bandeng atau nila maka yang diberi pakan adalah bandeng atau nila. Cara ini untuk meningkatkan produksi dengan budidaya banyak biota serta mengurangi risiko kegagalan panen.
Sumber: TROBOS Aqua