Bappenas-UNDP Ajak Kaum Muda Bangun SDA Kelautan Berkelanjutan
| Wed, 02 Oct 2019 - 14:44
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN-Bappenas) dan Badan Pembangunan PBB
(UNDP) mengajak kaum muda milenial di Indonesia ikut terlibat dalam membangun
sumber daya alam (SDA) kelautan berkelanjutan.
"Generasi muda milenial di Indonesia usia 20-35 tahun saat ini mencapai 24
persen. Jumlah mereka diperkirakan bertambah pada kurun waktu 2015-2030 menjadi
1,9 miliar. Ini potensi besar untuk diajak mengelola SDA kelautan dengan
prinsip 'sustainable'," kata Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas Sri
Yanti Wibisana Dr Sri Yanti Wibisana di IPB International Convention Center
(IICC) Kota Bogor, Jawa Barat, Selasa sore.
Saat membuka "Youth Forum SDGs-14 Sustainable Fisheries" yang diikuti
Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan (BEM-FPIK)
se-Indonesia yang juga dihadiri Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Perikanan
dan Kelautan Indonesia (FP2TPKI) Prof Dr Lucky Adrianto, ia menegaskan kembali
strategisnya posisi generasi muda milenial dalam perspektif Sustainable
Development Goals (SDGs), khususnya Tujuan-14 mengenai ekosistem lautan, yang
telah diatur melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia No 59 tahun 2017
tentang pelaksanaan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Pada kegiatan yang digagas atas kerja sama UNDP melalui pembiayaan oleh Global
Environment Facility (GEF) pada Proyek Global Sustainable Supply Chains for
Marine Commodities (GMC) itu, ia meminta mahasiswa generasi muda dari Sabang
sampai Merauke yang hadir dari 11 perguruan tinggi perikanan dan kelautan itu
untuk menyumbangkan sumbangsih pemikirannya dalam forum itu.
"Kita berupaya terus melakukan pembelajaran dan inovasi yang kita peroleh
dari manapun, maka sumbangkanlah di forum pertemuan ini, sehingga ada warga dan
beragam inovasi di dalamnya dari berbagai daerah di Tanah Air," kata Sri
Yanti Wibisana.
Sementara itu, Ketua Forum FP2TPKI yang juga Dekan FPIK IPB Lucky Adrianto
sebagai pembicara kunci dalam ajang itu memaparkan bahwa dalam kaitan SDGs-14,
dalam era saat ini bukan hanya sekadar persoalan yang dibahas mahasiswa dari
FPIK.
"Ada unsur diplomasi internasional dan juga hukum, jelas itu adalah domain
dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip), Fakultas Hukum, dan
Fakultas Ekonomi," katanya
"Maka, untuk agenda SDGs-4 perlu menggandeng disiplin ilmu-ilmu yang
lainnya," katanya. Karena itu, ia memastikan bahwa kolaborasi adalah sebuah keniscayaan dalam
menghadapi agenda-agenda SDGs-14
Lucky Adrianto pada bagian penutup paparan menyatakan bahwa pencapaian target
SDGs-14 dan perikanan berkelanjutan memerlukan pendekatan adaptif agar sektor
perikanan dan kelautan tetap menjadi lokomotif pembangunan bagi negara kelautan
terbesar di dunia kita ini
Dalam konteks ekonomi, katanya, maka pencapaian target SDGs-14 memerlukan
pendekatan "inclusive benefit-cost analysis" di mana manfaat untuk
ekosistem dan masyarakat harus semaksimal mungkin dalam kondisi keseimbangan
biaya yang optimal.
Selain itu, kata dia, adaptasi terhadap revolusi industri 4.0 maupun society
5.0 akan menghasilkan banyak kesempatan khususnya dalam optimalisasi
"benefit and cost".
Kemudian, ekosistem sains dan teknologi harus dikembangkan sedemikian rupa
sehingga adaptasi dan aplikasi revolusi industri 4.0 maupun society 5.0 dapat
diterapkan dengan baik di perguruan tinggi di Indonesia.
Sedangkan Project Coordinator GMC UNDP Indonesia, Jensi Sartin menambahkan
bahwa sektor kelautan dan perikanan, tentunya tidak terlepas dari peran
generasi muda dan komunitas/kelompok masyarakat dalam proses pembangunannya.
"Pemuda merupakan garda terdepan dalam pembangunan bangsa, terlebih untuk
memasuki era Revolusi Industri 4.0. Apalagi, ditambah dengan demografi
Indonesia saat ini," katanya.
Ia mengatakan sudah muncul banyak inisiatif dan gerakan yang dimotori generasi
muda dalam pembangunan kelautan dan perikanan di Indonesia, baik untuk
meningkatkan efisiensi rantai suplai, menurunkan tekanan terhadap ekosistem dan
stok perikanan, mengoptimalkan teknologi dalam produksi usaha perikanan, serta
menyalurkan aspirasi pemuda terkait isu kemaritiman.
Terkait hal tersebut, sebagai salah satu bagian penting platform multi
stakeholder perikanan berkelanjutan, diadakan forum untuk mengakomodasi solusi,
inovasi, masukan dari generasi muda dan komunitas masyarakat.
Melalui proyek GMC (2018-2021) yang dikoordinasikan oleh Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan dukungan teknis UNDP dan
pembiayaan oleh GEF tujuannya untuk membantu transformasi pasar makanan laut
dari sisi kebijakan dan perencanaan dengan mengarusutamakan keberlanjutan dalam
rantai pasokan komoditas perikanan dari Indonesia.
Salah satu fokus proyek ini adalah menggagas pembentukan platform
multi stakeholder untuk perikanan berkelanjutan. Platform ini telah diluncurkan
pada 25 Juli 2019.
Pertemuan itu juga dirangkai dengan pemaparan tiga narasumber dari generasi
milenial, yakni Utari Octavianty dari Aruna (Fisheries Entrepreneur), Sila
Kartikasari dari Reef Check Network Indonesia (RCNI), sebuah komunitas anak
muda, dan Bhirawa Ananditya Wicaksana, dari BEM-FPIK IPB.
Kemudian juga diadakan diskusi interaktif yang dipandu Project Coordinator GMC
UNDP Indonesia, Jensi Sartin dengan menghadirkan sejumlah narasumber, yakni
Rully Setya Permana dari DIGIFISH Network, Rahyang Nusantara, dari Gerakan
Indonesia Diet Kantong Plastik, Dhini Sastroatmojo dari Asosiasi Pemuda Maritim
Indonesia, Enggi Dewanti, pengampanye SDGs UNDP dan Vania Herlambang, Putri
Indonesia Lingkungan 2018.
Sumber : Antara News