Recirculating Aquaculture Systems (RAS): Seberapa Pentingkah untuk Meningkatkan Jumlah Produksi?
| Sun, 08 May 2022 - 22:30
Dalam beberapa tahun terakhir, industri akuakultur indonesia mengalami pertumbuhan yang pesat dari berbagai sisi, mulai dari kenaikan angka produksi, bertambahnya jumlah lahan, dan hadirnya teknologi teknologi terbaru yang dapat memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha. Salah satu teknologi yang saat ini sedang populer yaitu Recirculating Aquaculture Systems (RAS).
Teknologi RAS sendiri mulai diperkenalkan pada tahun 2014, pada saat itu Food and Agriculture Organization (FAO) menerbitkan kaidah-kaidah dasar dalam penerapan RAS. Sejak saat itu sistem ini mulai memasuki ranah industri, hal ini tidak lepas dari manfaat RAS yang begitu banyak.
Salah satu manfaat yang banyak dirasakan yaitu terjadi peningkatan jumlah produksi yang signifikan. Tidak hanya itu, teknologi ras juga sangat fleksibel dan sangat mudah disesuaikan dengan budget produksi.
Mengenal Teknologi RAS
Seperti yang diketahui, RAS sendiri merupakan sebuah sistem yang mengacu pada teknologi filtrasi. RAS merupakan rangkaian teknologi yang diterapkan dalam sistem budidaya intensif dengan menggunakan infrastruktur yang memungkinkan pemanfaatan air secara terus menerus (resirkulasi air).
Baca juga: Cara Kerja Recirculating Aquaculture System yang Perlu Anda Ketahui
Dalam pelaksanaanya, teknologi RAS menerapkan prinsip fisika, kimia, biologis. Ketiga prinsip tersebut meliputi filter, media karbon, sinar ultraviolet (UV), dan generator oksigen yang berfungsi untuk mengontrol dan menstabilkan kondisi lingkungan ikan.
Prinsip dasar RAS, yaitu memanfaatkan air media pemeliharaan secara berulang-ulang dengan mengendalikan beberapa indikator kualitas air agar tetap pada kondisi prima.
Sistem ini di bagi menjadi 2 macam, yaitu resirkulasi tertutup dimana air akan di daur ulang 100% oleh sistem serta sistem resirkulasi semi tertutup yaitu ketika hanya sebagian air buangan yang di daur ulang, sehingga masih membutuhkan penambahan air dari luar.
Mekanisme Teknologi RAS
Sistem RAS dimulai saat air dari tangki kultur yang mengandung banyak kotoran akibat hasil dari metabolisme serta pakan ikan dialirkan secara gravitasi menuju bak filter melalui pipa yang terhubung. Terjadi proses terpenting dari sistem akuakultur resirkulasi yaitu proses biofilter dalam bak penampungan ini.
Baca juga: Mengenal Lebih Jauh Sistem Akuakultur Resirkulasi (Recirculating Aquaculture System)
Bak filter terdiri dari beberapa macam penyaringan seperti penyaringan mekanis (fisika), biologi, kimia, dan bak sterilisasi.
Pada filter mekanis bagian atas menggunakan saringan yang berfungsi untuk menyaring kotoran yang berukuran besar, seperti kotoran ikan ataupun sisa pakan. Pada bagian bawah menggunakan cangkang kerang air tawar, sebagai alternatif dapat juga digunakan arang atau kerikil ukuran besar sehingga air menjadi jernih.
Setelah air melewati filter biologi, dimana pada bagian pertama memanfaatkan cangkang kerang sedangkan pada bagian kedua menggunakan kerikil lebih kecil atau ijuk untuk memperluas permukaan yang memungkinakan tempat penempelan bakteri nitrifikasi.
Dalam filter ini, limbah dari pencernaan ikan yang menjadi amonia akan menjadi makanan bagi bakteri nitrifikasi yaitu Nitrosomonas sp., sehingga menghasilkan nitrit. Selanjutnya nitrit akan dilahap oleh bakteri Nitrobacter sp. untuk dikonversi menjadi nitrat. Hal tersebut dapat menetralkan kandungan amonia yang larut dalam air.
Tahapan akhir, air terus dialirkan menuju bak sterilisasi. Di dalam bak sterilisasi dilakukan penyinaran dengan sinar ultraviolet (UV) untuk mematikan parasit atau bakteri yang terdapat dalam air sehingga tidak membahayakan ikan yang dibudidayakan. Selanjutnya, air dipompa dan didistribusikan kembali kedalam wadah budidaya (kolam atau tangki kultur).
Baca juga: Protein Skimmer dalam Teknologi Recirculating Aquaculture System (RAS)
Keunggulan Teknologi RAS
1. Lingkungan Budidaya Sangat Terkontrol
Sistem budidaya dengan menggunakan teknologi RAS sangat cocok menggantikan budidaya ekstensif maupun semi intensif. Dengan penerapan budidaya intensif, maka kualitas kolam dapat dikontrol sesuai keinginan.
2. Minimalisir Pemanfaatan Air Bersih Secara Berlebihan
Teknologi RAS memiliki tujuan utama untuk penghematan air. Tidak ada air yang dibuang hingga akhir siklus budidaya, air yang pertama masuk kedalam kolam akan dipurifikasi dan digunakan secara terus menuerus.
3. Cocok untuk Lahan Terbatas
Teknologi RAS sangat tepat dan sesuai bahkan untuk daerah yang memiliki sumber air yang kecil serta lahan yang terbatas. Salah satu contohnya yaitu pada perkotaan, atau wilayah padat penduduk lainya.
Hal ini tidak terlepas dari keunggulan sistem RAS yang hanya membutuhkan kolam berukuran kecil dengan kepadatan tebar yang melebihi kolam-kolam yang tidak menggunakan RAS.
4. Pemanenan yang Mudah
Dibandingkan sistem konvensional, teknologi RAS juga memiliki keunggulan dalam pemanenan ikan. Keunggulan tersebut tidak terlepas dari ukuran kolam yang kecil, sehingga mudah dijangkau ketika proses pemanenan berlangsung.
Baca juga: Sistem RAS dan Empat Spesies Udang Air Tawar Jadi Poin Baru dalam Sertifikasi ASC
5. Kemudahan dalam Mengontrol Penyakit
Penyakit merupakan suatu permasalahan yang rumit dalam siklus budidaya, biasanya banyak kasus lebih dari satu penyakit menyerang ekosistem budidaya. Dalam sistem RAS, deteksi penyakit akan lebih mudah diketahui penyebabnya, dikarenakan mudahnya melakukan manajemen lingkungan.
Hubungan RAS dengan Peningkatan Jumlah Produksi
1. Peningkatan Produksi Budidaya Ikan Lele
Berdasarkan laporan dari Journal of the Bioflux Society tahun 2013, kolam budidaya ikan lele dengan menggunakan sistem RAS memiliki standar kualitas air yang cukup baik dari awal hingga akhir siklus.
Disamping itu pada pengukuran specific growth rate (SGR), terjadi peningkatan dengan rata-rata 0.7 gram/hari. Hal ini berbeda dibanding sistem budidaya tanpa RAS dengan nilai SGR paling tinggi hanya mencapai 0.4 gram/hari.
2. Peningkatan Produksi Udang Vaname
Menurut laporan dari Jurnal Teknologi Akuakultur (JTA), sistem RAS dapat diterapkan pada budidaya udang vaname tingkat intensif hingga super intensif. Dengan memanfaatkan filter biologis berupa kerang darah, kinerja produksi udang terbaik pada perlakuan padat penebaran kerang darah 3 kg/m3 dengan produktivitas 0.64 kg/m2, survival rate 55.83%, growth rate sebesar 0.11 gr/hari, dan SGR 3.82%/hari.
Baca juga: FisTx Luncurkan Sistem RAS untuk Tingkatkan Produktivitas Udang
3. Cocok untuk Tingkatkan Produksi Pendederan Ikan Kakap Putih
Aplikasi sistem resirkulasi (RAS) dapat dilakukan pada pendederan ikan kakap putih, menurut penelitian dari Jurnal Riset Akuakultur (JRA) sistem RAS dapat dilakukan dengan penerapan kepadatan 3.000 ekor/m3 benih ikan kakap putih. Tentunya ini menjadi kelebihan dibanding tidak memakai sistem RAS yang hanya dapat menampung 1000 ekor/m3, karena padat tebar yang tinggi dapat menambah keuntungan produksi.
4. Teknologi RAS Meningkatkan Keuntungan Produksi Budidaya Ikan Nila
Pemerintah juga sudah mulai melakukan riset terkait teknologi RAS, salah satunya dilaksanakan di UPT Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Tatelu, Sulawesi Utara. Komoditas ikan yang dibudidayakan yaitu ikan nila berukuran 2 - 3 cm dengan padat tebar 5.000 ekor/m3.
Biaya investasi awal senilai kurang lebih Rp 80 juta dengan biaya penyusutan mencapai 13,3 juta setiap tahunya. Ditambah biaya operasional berkisar 1,5 juta per bulan, maka akan meraup pendapatan kotor hingga 100 juta/tahun atau lebih dari 8 juta/bulan. Dibandingkan budidaya tanpa menggunakan RAS, selisih keuntungan yang didapatkan dengan menggunakan RAS mencapai 100%.
Berikut merupakan keuntungan dari penggunaan sistem RAS. Sistem ini sangat penting dalam meningkatkan keuntungan dan jumlah produksi, penggunaan RAS juga dinilai ramah lingkungan karena dapat menghemat penggunaan air dan meminimalisir limbah amonia yang dikeluarkan.
—
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh deHeus.id. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.