Udang: Kecil-kecil Menguntungkan
| Tue, 10 May 2022 - 15:16
Usaha budidaya udang identik membutuhkan modal besar. Tetapi, mengandalkan modal terbatas ternyata juga bisa lo!
Muhammad Arief, pembudidaya udang di Lampung, sukses merintis budidaya udang dengan modal terbatas, di bawah Rp20 juta. Menggunakan kolam kecil-kecil berukuran 200 – 1.000 m2 berbentuk kotak dan kolam bulat diameter 3-8 m serta memanfaatkan pekarangan rumah atau lahan sempit, ulas Arief, bisnis budidaya udang menjadi lebih terbuka bagi siapa saja. Bagaimana caranya?
Budidaya di Kolam Kecil
Arief memulai budidaya udang tahun 2015 dengan membuat kolam kotak ukuran 20 x 20 m di Kab. Lampung Timur. Kolam ini berada di atas daratan yang dibentuk menggunakan rangka baja ringan berlapis plastik terpal. Dengan lahan sewa, ia menilai, penggunaan baja lebih efisien karena menyesuaikan kantong sehingga memudahkan dipindah saat masa sewa habis. “Di satu sisi modalnya masih terjangkau, di satu sisi lebih efisien,” ujarnya kepada AGRINA.
Pria kelahiran Palembang, Sumsel, 26 Juli 1983 itu menjelaskan, sebenarnya sudah lama berkecimpung dalam budidaya udang. Tepatnya, pada tahun 2002 saat menyusun tugas akhir kuliah jurusan Analisis Kualitas Perairan Laut, ia ditempatkan di tambak udang daerah Padang Cermin, Kab. Pesawaran, Lampung. Lulus kuliah, Arief meniti karir sebagai pengelola tambak udang di Medan, Sumut hingga tahun 2010.
Baca juga: Cara Praktis Budidaya Udang Air Tawar dengan Portable Pond System
Kemudian saat bergabung di pabrik pakan udang sebagai tim marketing, barulah Arief terpikir untuk berbudidaya karena waktunya lebih banyak digunakan buat keliling ke tambak-tambak udang dan mendampingi pembudidaya sebagai technical support. “Sebenarnya untuk melatih biar nggak lupa ilmu tambak. Jadi, bukan sekadar finansial saja. Kalau sering mengasah budidaya udang, selama itu juga akan ingat terus. Jadi, apa salahnya saya coba,” bukanya.
Karena lokasinya jauh dari laut, Arief menerapkan budidaya udang vaname salinitas rendah, di bawah 5 ppt. “Jaraknya sekitar 1-2 km dari laut sehingga menggunakan sumber air dari sumur bor yang salinitasnya cenderung rendah,” ucapnya. Bahkan, Ia menambahkan, di Lampung Timur banyak tambak yang sudah mendekati daratan sehingga budidaya udangnya ada pada salinitas rendah.
Perlahan, ia berhasil mengembangkan budidaya udang skala rumah tangga. Saat ini di Pesisir Barat Lampung setidaknya ada 25 kolam dengan variasi ukuran 200-1.000 m2 sedangkan di Lampung Timur ada satu unit kolam HDPE ukuran 1.000 m2, 2 kolam tanah 200 m2, 3 kolam bulat diameter 8 m, dan 2 kolam bulat diameter 5 m.
“Ukurannya kecil-kecil karena semua rata-rata sumur bor (sumber airnya) jadi mengikuti debit air. Dan menurut saya lebih efisien kolam kecil, pengawasannya lebih enak,” ulasnya. Benur udang yang ditebar pun sedikit mengikuti ukuran kolam, sekitar 50 ribu hingga 200 ribu benur per kolam.
Baca juga: Lampung Pelopori Budidaya Udang Vaname Air Tawar Ramah Lingkungan
Kolam Bulat
Suami Clara Susi ini menerangkan, mulai membuat kolam bulat atau bundar tahun 2019 memanfaatkan fasilitas yang ada. “Awalnya buat kolam bulat itu karena memanfaatkan lahan. Ada lahan kosong tidak terpakai di samping rumah,” ungkapnya. Kemudian, ia ingin mengedukasi masyarakat yang tidak mampu namun ingin budidaya vaname dengan modal terbatas dan tidak punya lahan luas.
“Buat saja kolam bulat diameter 5 atau 3 m, isi udang. Ditambah lagi, budidaya udang nggak harus air asin atau payau, mendekati tawar pun bisa,” katanya yang menyebut ketinggian kolam bulat 1,5 m dengan tinggi air 1,2 m.
Menurut Arief, kolam bulat idealnya berdiameter 3-5 m, tergantung luasnya lahan. Lahan seluas 100, 500, atau 1.000 m2, ia menganjurkan untuk memakai 70%-nya sebagai kolam budidaya, 30% untuk infrastruktur berupa tandon, IPAL (Instalasi Pembuangan Air Limbah), instalasi pipa pembuangan, rumah blower, dan lainnya. “Saya full blower, nggak pakai kincir. Kalau pakai kincir, arusnya kuat sekali. Arus terlalu kuat, nggak terlalu efisien karena yang dibutuhkan oksigen terlarutnya,” ulas dia.
Jika menggunakan kincir, diameter kolam bulat setidaknya 15 m. “Karena jarak kincir 10 m tendangannya,” imbuh lulusan Universitas Lampung ini. Berdasarkan pengalaman memakai kolam bulat, Arief menerangkan, memudahkan dalam pemantauan serta pemberian pakan dan obat-obatan. “Kalau pakan awal di kolam besar, start 3 kg. kolam bulat tebaran 100 ribu ekor, pakan awalnya hanya gram-graman, nggak bisa langsung banyak. Jadi, efisiensi pemberian pakannya bisa terkontrol, sedikit-sedikit,” paparnya.
—
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh Agrina. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.