Terapkan Efisiensi Budidaya Ikan Tawar
| Fri, 17 Dec 2021 - 16:23
Relatif minimnya margin usaha budidaya ikan air tawar, mengharuskan pembudidaya menerapkan efisiensi dalam usaha budidayanya
Budidaya ikan air tawar termasuk usaha yang ikut terdampak di masa pandemi Covid-19. Untuk bisa usahanya berkelanjutan perlu efisiensi, sebab margin keuntungannya tipis mengingat harga jual ikan yang rendah dan harga pakan yang terus melambung.
Dalam upaya meningkatkan efisiensi budidaya ikan tawar, baru-baru ini, Dinas Perikanan Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung menggelar pelatihan manajemen budidaya ikan air tawar secara virtual. Pelatihan dibuka Bupati Pringsewu Sujadi yang menampilkan tiga pembicara yakni, Nono Hartanto, Direktur Perbenihan Ditjen Perikanan Budidaya KKP RI; Dr Supono, Kepala Program Studi S2 Manajemen Wilayah Pesisir dan Laut Unila, dan Budhi Adhi Utomo, staf pada Balai Besar Budidaya Perikanan Air Tawar Sukabumi.
Efisiensi Budidaya
Dalam sambutan Sujadi mengatakan, sebagai sentra budidaya ikan tawar di Provinsi Lampung, Kab Pringsewu memiliki potensi yang cukup besar, diantaranya lele, patin, nila, gurame, mas, gabus dan bermacam ikan hias. Potensi luasan budidaya ikan air tawar Pringsewu mencapai 1.070, 22 ha, dengan pemanfaatan baru 516 ha atau 49 %.
Baca juga: Efisiensi Pakan dengan Fermentasi dan Penggunaan Pupuk Organik Cair
Jenis ikan lele mendominasi yakni sebesar 40 % dari total produksi ikan Pringsewu tahun 2020 sebesar 11.777,36 ton. “Namun tingginya produksi tersebut belum diiringi dengan peningkatan konsumsi ikan warga yang baru mencapai 7,75 kg/kapita/tahun, masih di bawah angka konsumsi ikan provinsi dan nasional,” ujar Bupati.
Selain itu terdapat sejumlah permasalahan, diantaranya rendahnya nilai tambah, SDM, kelembagaan, pelayanan, regulasi dan partisipasi masyarakat. Termasuk harga pakan yang mahal, penyakit, ketersediaan benih dan induk yang kurang. Pasar dan harga jual yang belum optimal membuat margin keuntungan pembudidaya kecil, bahkan cenderung merugi juga menjadi persoalan pembudidaya.
engawali pemaparannya pembicara pertama Nono Hartanto mengatakan, dalam budidaya ikan pembudidaya harus memperhatikan kelangsungan usaha secara ekonomi dan lingkungan. Keduanya harus sama-sama diperhatikan, tak bisa hanya salah satu saja.
“Sustainabilitas secara ekonomi, artinya usaha tersebut menguntungkan. Ada profit dari budidaya tersebut sehingga pembudidaya bisa secara terus-menerus berusaha di bidang budidaya ikan,” ujar Direktur pada webinar dengan moderator Kadis Perikanan Kabupaten Pringsewu Debi Hardian ini. Diterangkan Nono, dalam meningkatkan profit sangat erat hubungannya dengan manajemen budidaya yang benar. Di sini harus ada efisiensi dari semua tahapan dan komponen budidaya.
Baca juga: Manajemen Budidaya Ikan Lele di Pedesaan Skala Kecil Bisa Panen Cuan Fantastis Setiap Bulan
Manajemen budidaya dimulai dari hulu sampai hilir. Di sektor hulu perlu diperhatikan benih. Jika ingin mendapatkan pertumbuhan yang baik dan tahan penyakit maka pilih benih yang berasal dari induk yang unggul. Penggunaan benih unggul menjadi salah satu faktor efisiensi dalam budidaya ikan.
Lalu pengetahuan tentang pemberian pakan yang baik bagi ikan juga penting. Tidak bisa memberi pakan apa adanya dan seberapa ada. Jika sedang ada bisa berlebih dan jika tidak ada pakan, ikan tidak diberi pakan sebab akan menghambat pertumbuhan ikan.
Pemberian pakan juga ada hubungannya dengan lingkungan. Jika terjadi kelebihan maka ada sisa pakan akan menimbulkan pembusukan sehingga merusak air sebagai media budidaya dan berpengaruh terhadap pertumbuhan, bahkan bisa menimbulkan kematian ikan. “Pemberian pakan yang tepat harus dipahami pembudidaya, sebab akan memberikan dampak terhadap efisiensi dan berpengaruh kepada keuntungan,” tambah Nono.
Ditambahkannya, sekitar 60 persen dari komponen biaya produksi berupa pakan. Sehingga pemerintah melalui Ditjen Perikanan Budidaya mendorong produksi dan penggunaan pakan mandiri dengan memanfaatkan bahan baku yang tersedia di suatu tempat. Dengan adanya pakan mandiri, sumber protein dan sumber karbohidrat dari lingkungan setempat maka biaya pakan bisa ditekan.
Sumber: TROBOS Aqua