• Home
  • Infomina
  • Probiotik, Pencegah Penyakit dan Pendorong Produksi Perikanan Budidaya

Probiotik, Pencegah Penyakit dan Pendorong Produksi Perikanan Budidaya

| Tue, 01 Dec 2020 - 13:54

Pengembangan industri perikanan budi daya secara nasional masih sangat bergantung pada penggunaan pakan ikan sebagai sumber utama bahan baku produksi. Selain itu, tidak sedikit di antara para pelaku usaha budi daya ada yang menggunakan pupuk untuk proses produksi.


Banyaknya para pelaku usaha budi daya perikanan menggunakan pupuk, karena didasarkan pada kenyataan bahwa ketersediaan pupuk bersubsidi di pasaran sudah semakin sulit didapatkan. Akhirnya, para pelaku usaha budi daya terpaksa membeli pupuk non subsidi, meski dengan harga sangat mahal.


Penggunaan pupuk yang berlebihan seperti Urea dan triple super phosphate (TSP), menurut Kepala Pusat Riset Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Yayan Hikmayani sangatlah tidak bagus. Hal itu, karena pupuk anorganik bisa menimbulkan masalah pada kualitas lahan budi daya dan air.


Agar persoalan tersebut tidak muncul, diperlukan penanganan tepat yang dilakukan para pembudi daya ikan. Salah satunya, adalah penggunaan probiotik Research Insitute for Coastal Aquaculture (RICA) diproduksi oleh Balai Riset Perikanan Budi daya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan (BRPBAPPP) Maros, Sulawesi Selatan.


“Perlu adanya suatu langkah perubahan untuk mengatasinya. Salah satunya dengan penggunaan probiotik RICA,” ungkap dia belum lama ini saat berada di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Sulsel.


Dia menjelaskan, probiotik RICA adalah bakteri probiotik yang diproduksi BRPBAPPP dan bersifat non patogen. Bakteri tersebut juga memiliki kemampuan menghambat perkembangbiakan organisme patogen, dan berfungsi sebagai bakteri pengurai dan penetralisir kualitas air.


“Serta memungkinkan sebagai makanan di dalam perairan,” tambah dia.


Baca juga: Alasan KKP Minta Pembudidaya Ikan Gunakan Produk Hasil Riset Probiotik RICA

 


Panen percontohan polikultur udang vaname dan ikan bandeng dengan menggunakan probiotik RICA hasil inovasi BRPBAPPP Maros, Sulawesi Selatan. Foto : BRPBAPPP Maros

 

Agar penggunaan probiotik bisa menyebarluas di kalangan pelaku usaha budi daya, penyuluh perikanan diharapkan bisa berperan dengan baik dalam proses tersebut. Dengan demikian, segala proses produksi dan setelahnya bisa diawasi dengan baik dan kemudian dilakukan evaluasi.


Dengan adanya penyuluh perikanan, maka proses alih teknologi kepada para pelaku usaha budi daya perikanan bisa berjalan dengan baik. Melalui proses tersebut, maka penerapan tambak yang sehat dengan menggunakan probiotik bisa dilakukan para pelaku usaha budi daya.


Bersama penggunaan pakan berbahan murah, probiotik diyakini akan bisa mendorong percepatan produksi ikan atau udang dengan biaya murah dan berkualitas. Selain itu, dengan alih teknologi dari penyuluh, maka proses produksi sendiri diharapkan bisa dilakukan para pelaku usaha.


Pencegah Penyakit

Direktur Jenderal Perikanan Budi daya KKP Slamet Soebjakto pada kesempatan terpisah mengatakan, saat ini sudah ada 80 merek probiotik untuk ikan ataupun udang yang terdaftar dan beredar di Indonesia. Kehadiran probiotik diharapkan bisa membantu mengatasi persoalan yang ada selama ini.


Menurut dia, penggunaan probiotik menjadi salah elemen sangat penting untuk mengatasi dan mencegah penyakit yang menyerang sistem budi daya perikanan. Dengan demikian, diharapkan kegagalan usaha yang biasa dihadapi para pembudi daya bisa dikurangi sebanyak mungkin.


Dengan menggunakan probiotik, maka manajemen lingkungan budi daya perikanan diharapkan bisa berjalan dengan baik dan juga itu bisa menjadi awal pencegahan masuknya penyakit yang biasa menyerang saat proses produksi.


“Dengan probiotik, maka permasalahan penyakit pada sistem budi daya dapat tertanggulangi. Penyakit menyebabkan 20 persen dari hasil produksi budi daya akan berpengaruh,” jelas dia.


Baca juga: Probiotik dalam Akuakultur

Panen percontohan polikultur udang vaname dan ikan bandeng dengan menggunakan probiotik RICA hasil inovasi BRPBAPPP Maros, Sulawesi Selatan. Foto : BRPBAPPP Maros

 

Slamet menilai, penggunaan probiotik akan berdampak sangat besar secara berkelanjutan untuk usaha perikanan budi daya. Selain meningkatkan produksi, probiotik juga menjamin keamanan produk dan mutu yang bebas dari residu, antibiotik, dan bebas dari kontaminan.


Dengan segala keunggulan dan manfaat, penggunaan probiotik diharapkan akan bisa mendorong percepatan produksi budi daya udang secara nasional. Jika itu terwujud, maka target peningkatan ekspor udang nasional hingga 250 persen pada 2024 diyakini akan bisa tercapai.


“Kita harapkan produk udang nasional dapat diterima di pasar global. Probiotik ini salah satu komponen untuk peningkatan udang nasional maupun komoditas budi daya yang lainnya,” sebut dia.


Sedangkan Kepala Balai Besar Perikanan Budi daya Air Payau (BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah, Sugeng Raharjo mengungkapkan, di antara keunggulan yang dimiliki probiotik adalah mampu memperbaiki kualitas air dan juga bisa mengendalikan infeksi bakteri yang masuk dalam sistem budi daya perikanan.


Menurut dia, secara ilmiah probiotik sudah terbukti ikut berperan besar dalam perbaikan sistem pencernaan dan meningkatkan toleransi terhadap stres yang dialami pada ikan ataupun udang. Dengan demikian, probiotik akan mampu meningkatkan produksi budi daya dengan sangat baik.


Seperti halnya BRPBAPPP Maros, pengembangan probiotik juga dilakukan di BBPBAP Jepara sejak lama. Di Jepara, pengembangan sudah dilakukan sejak 2007 dengan melalui beberapa tahapan proses. Termasuk, pengembangan probiotik kering pada 2020 ini.


“Juga dilakukan kaji terap di lapangan, dan peningkatan kapasitas produksi,” ucap dia.


Sugeng mengatakan, saat ini pihaknya sudah mengoleksi bakteri hingga 50 isolat dan 20 persen di antaranya sudah digunakan. Dalam proses pengembangan, Jepara mengkaji terap pada udang Vaname, Marguensis, Indicus, ikan Lele, dan Patin.


Baca juga: Probiotik Herbal Kreasi Mahasiswa KKN Undip, Panen Ikan Lele Hanya 1 Bulan


 

Bubuk probiotik untuk perikanan budidaya yang dikembangkan BBPBAP Jepara, Jateng. Foto : BBPBAP Jepara

 


Peningkatan Produksi


Kepala BRPBAPPP Maros Indra Jaya menjelaskan bahwa probiotik RICA yang diproduksinya sudah melewati tahapan uji coba dan dipergunakan secara luas oleh masyarakat. Secara umum, probiotik RICA berhasil meningkatkan produksi udang dengan baik.


“Hasil survei di Pinrang, Pangkep, dan Luwu Timur menunjukkan indikasi positif,” tegas dia.


Percontohan Polikultur Udang Vaname dan ikan Bandeng dengan probiotik RICA dilaksanakan di lahan tambak seluas 0,75 hektare yang berlokasi di Desa Manakku, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep. Kegiatan tersebut melibatkan 2 kelompok binaan penyuluh perikanan.


Ketua Asosiasi Perusahaan Sarana Akuakultur Indonesia (Aspakindo) Junaedi Ispinanto berpendapat bahwa penggunaan probiotik membawa manfaat yang banyak untuk proses produksi budi daya perikanan. Hal itu, karena probiotik bisa memperbaiki kualitas air, meningkatkan daya tahan udang dan memperbaiki rasio konversi pakan.


Adapun, untuk saat ini beberapa probiotik yang beredar di pasaran adalah berasal dari spesies bakteri Bacillus, yaitu B. subtilis, B. licheniformis, B. Pumilus. Selain itu, ada juga yang berasal dari spesies bakteri fotosintesa, seperti Rhodobacter, Rhodococcus, dan spesies bakteri nitrifikasi.



Produk probiotik untuk perikanan budidaya yang dikembangkan BBPBAP Jepara, Jateng. Foto : BBPBAP Jepara


Dia menjelaskan, penggunaan probiotik di Indonesia, khususnya pada usaha budi daya udang sudah berlangsung sejak awal periode 1990-an. Saat itu, hampir semua pelaku usaha skala intensif sudah mengenal, mengaplikasikan, dan memasukkan unsur prebiotik pada prosedur operasional standar (SOP).


Diketahui, penggunaan probiotik dalam usaha budi daya udang pada tambak intensif bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama, menerapkan cara pada media budi daya (air) dengan cara ditebar langsung melalui proses aktivasi atau fermentasi.


Kedua, aplikasi probiotik dasar tambak dengan menggunakan selang ke dasar tambak, dicampur dengan zeolite granular atau dolomite kasar, dan kemudian ditebar di daerah-daerah berlumpur. Ketiga, melalui melalui pakan dengan cara pencampuran probiotik ke dalam pakan.


Proses berikutnya, bakteri probiotik akan mengurai senyawa kompleks menjadi lebih sederhana, sehingga akan berpengaruh dalam saluran pencernaan ikan atau udang. Dengan demikian, proses penyerapan makanan akan berjalan lebih baik.


Sumber: Mongabay


Artikel lainnya

Terkini 

Menteri KKP: Akuakultur Jadi Ujung Tombak Perikanan Nasional

Minapoli

1820 hari lalu

  • verified icon2760
Terkini 

New Method Documents Feed Nutrient Utilization

Minapoli

1912 hari lalu

  • verified icon2568