Mengenal Akuaponik, Teknologi Pertanian Sederhana di Era Urban Farming
| Mon, 04 Apr 2022 - 09:46
Pernah mendengar istilah akuaponik? Atau kamu sendiri sedang menerapkan sistem akuaponik ini? Akuaponik sendiri merupakan gabungan dari kata akuakultur dan hidroponik. Akuakultur merupakan sistem budidaya atau beternak ikan. Sementara hidroponik merupakan budidaya tanaman dengan memanfaatkan air sebagai media tanamnya.
Secara umum, akuaponik adalah penggabungan antara sistem budidaya ikan (akuakultur) dan tanaman (hidroponik) secara bersamaan dalam sebuah ekosistem yang saling menguntungkan. Di mana tanaman akan membutuhkan sumber makanan dari kotoran ikan, sedangkan ikan akan membutuhkan air yang dimurnikan oleh tanaman. Konsep ini tentunya akan sangat menguntungkan karena kamu tidak perlu repot membeli pakan untuk keduanya. Bahkan kamu bisa panen tanaman beserta ikannya juga.
Akuaponik termasuk teknologi pertanian sederhana yang mampu meminimalisasi limbah nitrogen dari sisa metabolisme ikan melalui integrasi sistem produksi tanaman sayuran secara hidroponik ke dalam sistem akuakultur. Akar tanaman pada sistem akuaponik berperan sebagai filter yang dapat merubah amonia menjadi ion terlarut. Hal tersebut membuat akuaponik dinilai jauh lebih efektif dan modern.
Ketika kami ingin menerapkan teknologi akuaponik, hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan komoditas tanaman dan jenis ikan yang akan digunakan. Beberapa tanaman yang bisa dibudidayakan menggunakan akuaponik, yaitu selada, cabai, tomat, kangkung, terong, melon, timun, dan lain sebagainya.
Baca juga: Teori Dasar Akuaponik yang Perlu Dipahami
Sementara, jenis ikan yang pas untuk dikombinasikan dengan tanaman pada sistem akuaponik, yaitu ikan lele, mas, nila, koi, mujair, dan sebagainya. Biasanya ikan lele inilah yang banyak digunakan karena bisa memproduksi amonia yang tinggi, sebagai nutrisi untuk tanaman dan bisa bertahan pada air yang relatif kotor. Selain itu, ikan lele juga memiliki metabolisme tinggi. Baik digunakan sebagai sumber zat karbon, nitrogen dan fosfat untuk nutrisi tanaman.
Untuk pemilihan komoditas tanaman, yang perlu kamu perhatikan adalah jenis tanaman yang kamu pilih harus sesuai dengan tinggi media tanam dan jenis sistem pasang surutnya. Misalnya, jika tinggi media tanamnya 5-10 cm, maka yang bisa ditanam adalah tanaman berbatang pendek, contohnya selada, sawi, kangkung, dan seledri. Namun, apabila tinggi media tanamnya sekitar 20-30 cm, kamu bisa menanam tanaman seperti cabai atau tomat.
Kemudian, untuk media tanamnya sendiri sebaiknya pilih yang berupa lembaran, tidak terdekomposisi, tidak merubah komposisi kimia dalam air, dan bebas dari senyawa beracun bagi tanaman.
Dengan menerapkan sistem akuaponik kamu jadi bisa menghemat lahan. Jika pertanian dan peternakan tradisional menggunakan dua lahan, melalui sistem ini kamu hanya perlu satu lahan untuk membudidayakan keduanya. Produk tanaman yang kamu hasilkan pun termasuk dalam kategori organik. Sebab, tanaman mendapatkan nutrisi dari feses ikan tanpa harus menambah pupuk buatan pabrik.
Baca juga: Budidaya Ikan Akuaponik: Ini Cara Pilih Benih Ikan yang Sehat
Sementara itu, jika kamu ingin menerapkan sistem akuaponik, kamu harus siap bergantung pada listrik. Pasalnya, sistem akuaponik memilih sebuah komponen pompa air. Berfungsi untuk mengalirkan air menuju tanaman, kemudian kembali lagi ke kolam. Pompa air ini tidak akan berfungsi jika tidak dialiri listrik. Apalagi saat terjadi pemadaman listrik dalam waktu lama, sirkulasi air tentunya akan tergantung dan menyebabkan tanaman dan ikan akan mudah mati.
Meskipun kamu tidak perlu repot-repot memberikan pakan untuk tanaman dan ikan, tapi bukan berarti kamu bisa membiarkan keduanya begitu saja. Kamu dituntut untuk rajin merawat keduanya, termasuk memastikan pompa air berfungsi sebagaimana mestinya. Untuk itu, jika kamu ingin mencoba menerapkan teknologi yang satu ini, sebaiknya kamu perlu membekali diri dengan pengetahuan seputar akuaponik.
Sumber: Akurat.co