Masyarakat Akuakultur Indonesia Dorong Hasil Riset Menjadi Inovasi untuk Industri
| Mon, 20 May 2024 - 09:15
Budidaya ikan maupun udang yang semakin kompleks dikarenakan perubahan lingkungan serta serangan penyakit yang semakin marak, perlu dihadapi dengan inovasi yang efektif menangani persoalan ini. Banyaknya hasil riset dari para ahli di Indonesia berpeluang untuk dikembangkan sehingga menjadi produk yang dapat digunakan oleh pembudidaya.
Denny D Indradjaja sebagai Sekretaris Jenderal Masyarakat Akuakultur Indonesia juga menuturkan bahwa webinar kali ini merupakan langkah awal Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) untuk mewadahi dan mendorong para akademisi maupun peneliti untuk bisa menghasilkan produk dari hasil risetnya yang berpeluang untuk dikembangkan. “Acara ini juga dapat menjadi forum untuk pengusaha, praktisi, maupun investor untuk bisa melihat peluang yang disajikan oleh para peneliti dan akademisi untuk dapat dijadikan inovasi dan produk lebih lanjut. Sehingga dapat digunakan untuk usaha perikanan” tutupnya.
Ir. Denny D. Indradjaja, M.Sc - Sekretaris Jenderal Masyarakat Akuakultur Indonesia
Prof. Dr. Ir Rokhmin Dahuri, MS selaku Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia menjabarkan pentingnya sektor akuakultur bagi Indonesia, karena selain dapat mendukung perekonomian bangsa, akuakultur juga dapat membantu penyerapan tenaga kerja, kedaulatan pangan, dan kedaulatan energi. “Sistem bisnis akuakultur terdiri dari sub sistem hulu, on farm, hilir, dan pendukungnya. Sedangkan untuk subsistem on farm sendiri terdapat 7 variabel yang perlu dikuasai seperti penentuan lokasi kolam, benur unggul, pengelolaan hama dan penyakit yang inovasi Biofarmaka akan berperan penting disini. Kemudian managemen pakan, kualitas tanah dan air, dan biosecurity. ”
Prof. Dr. Ir Rokhmin Dahuri, MS - Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia
Prof Esti Handayani sebagai Guru Besar Universitas Mulawarman mengingatkan kembali bahayanya penggunaan antibiotik pada ikan maupun udang yang dibudidayakan. Seperti yang sudah diketahui bersama bahwa antibiotik dapat menyebabkan resistensi dan meninggalkan residu berbahaya. Selain itu untuk komoditas ekspor seperti udang, terdeteksinya antibiotik dapat menyebabkan penolakan dan masuk ke dalam black list negara tujuan.
Prof Dr. Esti Handayani Hardi, S.Pi, M.Si - Guru Besar Universitas Mulawarman
Oleh karena itu pengembangan penggunaan bahan-bahan alami sebagai obat ikan dapat menjadi alternatif yang aman untuk ikan maupun manusia yang mengkonsumsinya. “Berdasarkan hasil riset yang pernah dilakukan, hampir semua step di akuakultur itu bahan kimianya dapat digantikan oleh plant extract.” tuturnya. Ekstrak tanaman sendiri dapat dimanfaatkan sebagai anti bakteri, imunostimulan, feed additive, prebiotik, adjuvant, anestesi alami, dan desinfektan air
Namun perlu dipastikan bahwa ketika melakukan ekstraksi, kandungan yang ingin didapatkan telah diketahui, karena akan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal maupun internal. Seperti lokasi atau jenis tanah yang ditanami, waktu panen, sampai dengan bagian mana yang akan diekstraksi akan mempengaruhi efikasi bahan tersebut terhadap ikan maupun udang. Selain itu aplikasi dosis yang diberikan juga akan mempengaruhi efektivitas bahan alami yang diberikan pada ikan maupun udang.
Prof Esti juga mendorong agar para peneliti membuat hasil riset menjadi produk yang teruji dalam skala lapangan, sehingga lebih banyak lagi hasil riset yang dapat berkontribusi di industri akuakultur. “Memang prosesnya akan panjang, namun yang terpenting setiap riset itu kita harus tau tujuannya untuk apa. Contohnya untuk menjadikan produk biofarmaka mendapatkan izin dari KKP. Maka step by stepnya perlu dipastikan dapat memenuhi kriteria untuk mendapatkan izin edar.”
Dokumentasi penyelenggara, narasumber, dan peserta BincangMina Bersama Masyarakat Akuakultur Indonesia
Seminar kerjasama antara Masyarakat Akuakultur Indonesia dan Minapoli ini berhasil mendapatkan antusiasme luar biasa dengan lebih dari 100 peserta yang mayoritasnya adalah pembudidaya, akademisi maupun instansi pemerintahan. Prof Esti Handayani Hardi juga turut menyampaikan harapannya dalam BincangMina “BincangMina ini menjadi fasilitator yang baik untuk membuka peluang kolaborasi. Saya berharap BincangMina berikutnya kita bisa berdiskusi dengan inovator tentang plant extract, untuk kita dukung risetnya menjadi produk.” Tutupnya.
Gunakan layanan Event Akuakultur dari Minapoli secara mudah dengan menghubungi marketing@minapoli.com. Konsultasikan juga strategi marketing perusahaan Anda dengan Minapoli disini!