Kampung Budidaya Papuyu, Melestarikan Komoditas Endemik
| Mon, 27 Jun 2022 - 13:43
Status sebagai Kampung Budidaya Papuyu disematkan kepada Desa Mantaren II. Desa yang berada di kabupaten Pulang Pisau, provinsi Kalimantan Tengah ini diharapkan mampu memproduksi secara komersil sekaligus melestarikan ikan endemik tersebut. Sebagai tahap awal, melalui Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, KKP telah menyalurkan benih ikan papuyu kepada pembudidaya di Desa Mentaren II sebanyak 100 ribu ekor.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb. Haeru Rahayu di kantor KKP pada 5/4 mengatakan sebagai salah satu program terobosan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), pembangunan kampung perikanan budidaya berbasis kearifan lokal di perairan tawar, payau dan laut terus dikebut pelaksanaannya. Adapun budidaya komoditas ikan lokal seperti papuyu memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan karena teknologi yang telah dikuasai dan mudah untuk dikembangkan.
“Ikan papuyu yang juga dikenal sebagai ikan betok, merupakan komoditas spesifik lokal yang digemari oleh masyarakat khususnya di Kalimantan. Dengan harga pasar yang relatif tinggi dan preferensi konsumen terhadap ikan lokal yang cukup baik, ikan papuyu bisa menjadi jawaban akan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” ungkap Tebe.
Baca juga: Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Papuyu/Betok (Anabas testidineus), Ikan Endemik Indonesia yang Bernilai Ekonomis di Kalimantan Tengah
Tebe juga menilai bahwa budidaya ikan papuyu pada program kampung perikanan budidaya merupakan upaya untuk mengembangkan komoditas unggulan lokal sekaligus mencegah kepunahan melalui upaya pelestarian ikan lokal Indonesia.
“BPBAT Mandiangin, KKP terus berupaya untuk mengembangkan teknologi terobosan yang bersifat konstruktif untuk kepentingan masyarakat khususnya pembudidaya. Pemanfaatan teknologi seperti budidaya sistem bioflok untuk papuyu juga telah kami kuasai, yang dapat memangkas masa pemeliharaan serta hemat dalam penggunaan air,” pungkas Tebe.
Kepala BPBAT Mandiangin, Evalawati menekankan pentingnya menjaga kelestarian ikan lokal asli Indonesia untuk mencegah dari kepunahan. Selain papuyu, BPBAT Mandiangin juga menyasar ikan endemik lokal lainnya seperti ikan jelawat, ikan kelabau dan ikan gabus.
“Dengan dukungan dan partisipasi dari masyarakat lokal, kami siap untuk memberikan pendampingan teknis dan arahan kepada pembudidaya mengenai teknologi budidaya yang kami miliki terutama untuk pengembangan Kampung Budidaya Papuyu di Pulang Pisau,” tandas Eva.
Baca juga: Punya Daya Saing Tinggi, KKP Dorong Peningkatan Industri Ikan Hias Endemik
Sebagai gambaran, untuk penebaran benih ikan papuyu sebanyak 100 ribu ekor dengan tingkat kelulushidupan 50% - 60% dan masa pemeliharaan selama 6-7 bulan dapat menghasilkan 5-6 ton ikan papuyu berukuran 80 - 100 gram. Sementara itu, Plt Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Pulang Pisau, Slamet Untung Riyanto menyatakan siap mendukung penuh dari sisi pemerintah daerah.
“Sebagai bentuk keseriusan dukungan dari pemda, Bapak Bupati telah mengirimkan surat dukungan resmi kepada Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan, serta menyiapkan anggaran sebesar 1 miliar rupiah untuk pembangunan kampung papuyu di Pulang Pisau,” jelas Slamet.
Slamet mengungkapkan budidaya ikan papuyu memiliki potensi ekonomi yang tinggi karena tingginya animo masyarakat terhadap ikan endemik ini namun sudah sulit untuk didapatkan melalui penangkapan di perairan umum. Selain itu, pembangunan kampung perikanan budidaya ikan papuyu juga menjadi salah satu upaya untuk mendukung program ketahanan pangan nasional di Kalimantan Tengah yang berorientasi pada komoditas ikan lokal.
Baca juga: Potensi Besar, Ikan Hias Bisa Jadi Pendorong Ekspor Perikanan
“Pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan yang berbasis kawasan terintegrasi seperti kampung papuyu di Desa Mantaren II diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan menumbuhkan daya saing regional,” tutup Slamet.
Salah seorang pembudidaya yang tergabung dalam Pokdakan Selaras Alam dari desa Mantaren II, Supriyadi mengatakan bahwa masyarakat di desanya antusias dengan adanya program kampung budidaya di daerah mereka. Dirinya merasa dengan adanya program tersebut, masyarakat di daerahnya dapat mengembangkan usaha budidaya ikan yang telah digeluti oleh masyarakat sekitar.
“Dengan adanya bantuan ini, kami lebih semangat untuk melakukan usaha budidaya karena adanya dukungan dari pemerintah, apalagi komoditas yang akan dikembangkan adalah ikan papuyu yang memiliki harga jual tinggi hingga mencapai 70 ribu per kg untuk grade A atau ukuran 10 ekor per kg,” beber Supriyadi.
—
Artikel ini pertama kali dipublikasikan oleh TROBOS Aqua. Ketepatan informasi dan efektivitas metode budidaya yang terdapat di dalamnya di luar tanggung jawab Minapoli.