• Home
  • Infomina
  • Ini Dia Cara Membedakan Induk Udang Windu Jantan dan Betina

Ini Dia Cara Membedakan Induk Udang Windu Jantan dan Betina

| Fri, 14 Aug 2020 - 14:55

Jika anda akan memulai pembenihan udang windu, maka perlu mengetahui perbedaan ciri-ciri antara jantan dan betinanya. Pengetahuan ini diperlukan, supaya anda dapat memastikan induk udang yang kita kawinkan adalah jantan dan betina, serta tidak tertukar perbandingannya

Jika anda akan sedang memulai pembenihan udang windu, maka anda perlu mengetahui perbedaan ciri-ciri antara induk udang jantan dan betinanya. Pengetahuan ini diperlukan, supaya anda dapat memastikan induk udang yang akan anda kawinkan adalah jantan dan betina. 

Selain itu, dengan membedakan antara udang jantan dan betina, anda dapat memeriksa kematangan gonad induk udang, serta tidak tertukar perbandingan antara jumlah jantan dan betinanya. 


Baca juga: Cara Penanganan Tepat Pasca Produksi Udang Windu

Perbedaan udang jantan dan betina

Perbedaan udang jantan dan betina dapat diketahui dari alat kelaminnya. Alat kelamin udang jantan disebut dengan ptasma yang terletak di kaki renang pertama, sedangkan lubangnya (gonophore) terletak di antara pangkal kaki jalan ketiga. 

Pada udang betina alat kelaminnya disebut thelycum, yang letaknya di antara kaki jalan ke empat dan kelima (Pratiwi, 2008). Menurut Lestari (2009), sistem reproduksi betina menggunakan sepasang ovarium, oviduk, lubang genital dan thelycum, sedangkan sistem reproduksi jantan menggunakan testes, vasa deferensia, petasma dan apendiks maskulina. Alat kelamin udang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada udang jantan dewasa, gonad akan menjadi testis yang berfungsi sebagai penghasil mani (sperma). 

Pada udang betina, gonad akan menjadi indung telur (ovarium), yang berfungsi menghasikan telur. Ovarium yang telah matang akan menghasilkan telur dalam jumlah yang banyak. Telur-telur akan merekat pada ovarium dan terangkai seperti buah anggur yang meluas sampai ekor. 

Sperma yang dihasilkan oleh udang jantan, pada saat kawin akan dikeluarkan dalam kantung seperti lendir yang disebut dengan kantung sperma (spermatophore). Spermatophore dilekatkan pada thelycum udang betina dan disimpan terus disana hingga saat peneluran dengan bantuan petasma. Apabila udang betina bertelur, spermatophore akan pecah, dan selsel sperma akan membuahi telur di luar badan induknya.


 

Gambar 1. Alat kelamin udang Windu jantan (Petasma) dan alat kelamin udang Windu 

betina (Thelycum) (Paula, 1988. http://www.india_ocean.org.).


Baca juga: Genjot Produksi Benih dan Stok Induk Udang

Kriteria Induk Udang

Kriteria induk udang windu yang baik serta produktif Menurut Murtidjo (2003), adalah sebagai berikut:

1. Berat induk udang betina minimal 100 g, sedangkan induk udang jantan minimal 80 gram

2. Tubuh induk udang tidak cacat luka, terutama organ reproduksi dan bagian punggung

3. Bentuk punggung induk udang relatif datar dan berkulit keras

Tingkat Kematangan Gonad Induk Udang

Tingkat kematangan gonad pada induk udang betina dapat dirangsang supaya udang cepat melakukan 

pemijahan. Menurut Murtidjo (2003), bahwa ada beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Pemijatan tangkai bola mata dan bola mata

2. Pembakaran tangkai mata dengan menggunakan solder atau dengan benda perak nitrat

3. Pengikatan tangkai mata

4. Pemotongan atau pengguntingan tangkai mata.


Baca juga: Begini Teknik Ablasi Udang Windu


Cara yang paling praktis dan efektif, serta menunjukkan hasil yang baik adalah dengan melakukan pemotongan tangkai mata (ablasi). Ablasi pada udang windu berpedoman pada perkembangan alat kelamin kepiting yang dihambat oleh hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar pada tangkai mata. Apabila tangkai mata kepiting dihilangkan, hormon yang menghambat perkembangan alat kelamin

tidak diproduksi, sehingga kepiting sanggup mematangkan telur dan memijah


Dibuat Oleh Tim Minapoli

Sumber:

Pratiwi, Rianta. 2018. Aspek Biologi dan Ablasi Mata Pada Udang Windu penaeus monodon Suku Penaeidae (Deapoda: Malcostraca). Oseana. 43(2): 34-47

Murtidjo, B. A. 2003. Benih Udang Windu Skala Kecil. Kansius. Jakarta, 25 hal

Lestari, A. 2009. Manajemen resiko dalam usaha pembenihan udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Studi kasus di PT. Suri Tani Pemuka, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Departemen Agribisnis, Fakulatas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. [Skripsi], 89 hal.

Paula, D. 1998. National institute of oceanography images. Bioinformatic centre India. Goa. http://www.india_ocean.org. Tanggal akses 28 April 2018, 5 pp.



Artikel lainnya