• Home
  • Infomina
  • Digifish 2020 : Akselerasi Ekosistem Inovasi Digital Sektor Perikanan

Digifish 2020 : Akselerasi Ekosistem Inovasi Digital Sektor Perikanan

| Thu, 17 Dec 2020 - 17:34

Jakarta - Minapoli bekerjasama dengan Jaringan Startup Perikanan Indonesia (Digifish Network)  pada tanggal 15-16 Desember 2020 menyelenggarakan sebuah event tahunan yang fokus pada inovasi digital di bidang kelautan dan perikanan, Digifish 2020. Dengan mengusung tema “Accelerating The Impact of Innovation Ecosystem on the Fisheries Sector”, acara yang dilangsungkan secara daring melalui platform Zoom, Youtube dan juga Facebook Live ini diikuti lebih dari 450 peserta mulai dari para pembudidaya ikan, petambak udang, startup/pelaku inovasi, kementerian dan lembaga, pelaku usaha perikanan, perguruan tinggi, NGO, asosiasi perikanan hingga media. Rangkaian event Digifish 2020 terdiri dari Conference, Industry Initiatives, Startups Carnaval, dan Farmers Showcase.



Rully Setya Purnama - CEO Minapoli


 “Tujuan dari diadakannya event Digifish yang sudah memasuki tahun ketiga ini  adalah untuk terus mengakselerasi ekosistem inovasi digital agar semakin banyak inovasi, semakin banyak sinergi dan kolaborasi dari ekosistem ini yang berdampak positif dan signifikan bagi sektor kelautan dan perikanan”, ungkap Rully Setya Purnama,  penyelenggara Digifish 2020 yang juga merupakan salah satu pendiri Digifish Network.


Bambang Brodjonegoro - Menteri Riset dan Teknologi


Menteri Riset & Teknologi dan Kepala Badan Riset & Inovasi Nasional, Bapak Bambang Brodjonegoro dalam sambutannya pembukaan Digifish 2020 menyampaikan bahwa Visi Indonesia 2045 adalah menjadi negara maju berpendapatan tinggi dengan produk domestik bruto terbesar ke-4 di dunia. Namun saat ini Indonesia masih berada pada jebakan kelas menengah karena Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam sebagai tulang punggung perekonomian. Aktivitas ekonomi Indonesia harus didorong menjadi berbasis inovasi (innovation based economy). 


Untuk menciptakan kondisi tersebut perlu diciptakan iklim inovasi yang kondusif melibatkan sinergi triple helix antara akademisi, pemerintah dan pelaku industri. Kemenristek/BRIN melaksanakan program riset yang memperhatikan pilar-pilar dalam kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan yang salah satunya adalah penguatan sumber daya manusia dan riset inovasi. Dukungan Kemenristek/BRIN dilakukan dengan melalukan pembinaan startup di bidang kelautan & perikanan melalui program Startup Inovasi Indonesia. Melalui program tersebut harapannya dapat tercipta kemandirian dan kemajuan Indonesia di bidang kelautan dan perikanan.


Safri Baharuddin -  Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi 


Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi Bapak Safri Burhanuddin mengatakan, pada 2025, Indonesia menargetkan masuk peringkat ke-5 besar negara perikanan. Tantangannya, bagaimana meningkatkan nilai tambah produksi perikanan melalui inovasi teknologi dan pemasaran yang bagus.


Saksikan kembali Digifish 2020 hari pertama di sini!


Peran startup digital perikanan luar biasa untuk meningkatkan produksi dan pemasaran. Jumlah usaha rintisan perikanan yang tergabung dalam Digifish Network mencapai 32 startup dan diyakini bertambah pada 2021. Safri mengatakan “ Berkembangnya usaha rintisan perikanan berbasis digital diharapkan mendorong inovasi teknologi untuk pemanfaatan sumber daya perikanan tangkap sesuai dengan kapasitas maksimum yang diperbolehkan (MSY), peningkatan produktivitas kelautan dan perikanan, pemanfaatan lahan budidaya perikanan secara optimal, serta integrasi tata ruang laut dan darat”.


Selanjutnya pada sesi Conference dengan format diskusi panel, menghadirkan narasumber dari perwakilan startup, Bappenas, KKP, World Bank dan pelaku usaha. Sesi ini dimoderatori oleh Bapak Luky Adrianto yang merupakan Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB University.


Gibran Huzaifah - CEO eFishery


CEO eFishery Gibran Huzaifah yang menjadi perwakilan startup dalam diskusi tersebut mengemukakan bahwa usaha rintisan berbasis digital perlu terus berinovasi untuk menawarkan nilai tambah dan efisiensi produksi. Startupnya yang awalnya mengembangkan teknologi pemberiaan pakan (autofeeder), kini sudah merambah menjadi penyedia akses pembiayaan, pakan, dan pasar. Selama pandemi Covid, sejak Maret 2020 hingga kini, total sudah 850 ton ikan bisa berhasil diserap. Ikan ini dibeli langsung dari pembudidaya dan dikelola untuk dipasarkan.


Slamet Soebjakto - Direktur Jenderal Perikanan Budidaya


Hal tersebut mendapat apresiasi dan perhatian khusus Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Bapak Slamet Soebjakto, “Dampak dari rekan-rekan yang tergabung di dalam Digifish Network  ini salah satunya dirasakan khususnya selama masa pandemi Covid-19 dengan peran mereka dalam membantu penyerapan dan pemasaran ikan yang berasal dari pembudidaya”, ungkapnya.


Ketua Umum Asosiasi Produsen Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Budhi Wibowo mengemukakan, pandemi Covid-19 sempat menyebabkan pemasaran produk perikanan ke hotel, restoran, dan kafe anjlok hingga 80 persen dan saat ini pemasaran berangsur membaik menjadi sekitar 60  persen dibandingkan dengan sebelum pandemi. Sebaliknya, pasar ritel untuk konsumen akhir melalui supermarket dan e-commerce meningkat hingga 30 persen.


Budhi mengatakan “Persyaratan pasar ekspor semakin ketat, mencakup jaminan keamanan pangan, traceability, dan sustainability produk perikanan yang dipasok. Untuk bisa menerapkan itu, diperlukan integrasi informasi dengan memanfaatkan teknologi digital”.


David Kaczan -  Environmental Economist for East Asia and the Pacific dari  World Bank 


Sementara itu David Kaczan yang merupakan Environmental Economist for East Asia and the Pacific dari  World Bank menyampaikan bahwa pihaknya sangat antusias dan mendukung ekosistem inovasi digital perikanan di Indonesia. Komunitas startup perlu terus didukung karena darisanalah transformasi ide dan inovasi baru bermunculan. Tidak banyak negara di dunia memiliki komunitas startup seperti Indonesia sehingga ini menjadi hal positif bagi perkembangan ekonomi digital. World Bank sendiri memiliki program Coastal Fisheries Initiative : Indonesian Challenge Fund yang berkontribusi untuk  menemukan peluang investasi sektor swasta dalam perikanan berkelanjutan, pengembangan bisnis dan menghubungkannya dengan investor yang fokus pada dampak sosial.


(Kiri atas - Kanan atas - Tengah bawah) Rully Setya Purnama, CEO Minapoli-  Agus Ciputra, President Direktur BASF Indonesia -  Aries Fajar Dwiputra, Founder AquaEasy


Pada hari ke-2 penyelenggaraan, Digifish 2020 dimulai dengan sesi Industry Innitiative yang menghadirkan dua perusahaan global yaitu BASF dan Aquaeasy (BOSCH) yang juga memiliki inovasi untuk sektor perikanan khususnya akuakultur. Selain memperkenalkan inovasinya terkait penyediaan energi dan kualitas , kedua narasumber Presiden Direktur BASF Indonesia Agus Ciputra dan Founder AquaEasy Aries Fajar Dwiputra menyampaikan perusahaannya membuka peluang kolaborasi dengan komunitas startup terkait dengan digitalisasi akuakultur. 


Saksikan Digifish 2020 hari kedua di sini!


Sesi QnA Startup Carnaval



Sesi QnA Famers Showcase

Sesi yang kedua yaitu Startups Carnaval yang menghadirkan berbagai inovasi di bidang kelautan dan perikanan. Sesi ini diikuti oleh 8 startup yaitu eFishery, Sgara, Banoo, FisTx, Jala, Minapoli, Indofishery dan Aruna. Yang kemudian dilanjutkan dengan sesi terakhir yaitu Farmers Showcase, terdapat 4 pembudidaya dan 1 nelayan yang berbagi pengalaman mereka bagaimana inovasi digital dapat membantu mereka dalam menjalankan usaha dan meningkatkan pendapatan.

Artikel lainnya