Cukupkan Mineralnya, Sukses Budidaya Udangnya
| Tue, 23 Nov 2021 - 11:10
Untuk lancar membesarkan vannamei di kolam tawar, asupan mineral yang cukup menjadi kuncinya.
Berhasilnya budidaya udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada air tawar menjadi harapan baru di tengah berkecamuknya serangan berbagai penyakit pada tambak air asin. Diutarakan Edi Sofyan, pemilik hatchery (pembenihan) Benur Opye Lampung menyebutkan, ia melakukan uji coba produksi benur salinitas 0 ppt sebagai terobosan bahwa benur vannamei bisa hidup di salinitas 0 ppt. Pada tahap awal ia melakukan melakukan uji coba di hatchery sampai post larvae (PL)-10 dengan 0 ppt, setelah berhasil baru diuji coba di tambak
“Dengan benur vannamei bersalinitas rendah (0-5 ppt) benur akan lebih kuat terhadap serangan penyakit yang disebabkan virus, seperti white spot dan lain-lain. Apalagi makin lama serangan penyakit udang makin banyak,” tuturnya Edi yang berpengalaman puluhan tahun bekerja di hatchery, mulai dari hatchery PT BLPK/Gajah Tunggal Grup dari 1993-1995 dilanjutkan di Hatchery PT CPP/CP Grup dari 1996-2003.
Dan kunci budidaya udang ini, Supono, Ketua Program Studi Magister Manajemen Wilayah Pesisir dan Laut Universitas Lampung (Unila), menambahkan, adalah kecukupan mineral. Terutama makromineral karena berhubungan dengan salinitas air. Seperti Natrium (Na), Potasium/Kalium (K), Magnesium (Mg) dan Kalsium (Ca). Makromineral ini mendominasi air laut yang juga berperan dalam proses osmoregulasi yaitu pertukaran ion-ion dari tubuh udang.
Baca juga: Lampung Pelopori Budidaya Udang Vaname Air Tawar Ramah Lingkungan
Fungsi Mineral
Adapun fungsi dari masing-masing mineral, disebutkan Supono, yakni Ca berperan pembentukan cangkang (karapas) setelah molting (ganti cangkang); mencegah (memblok) masuknya logam berat ke dalam insang. Berikutnya, berhubungan dengan kualitas air yakni mengendapkan karbonat (CO3); mencegah naiknya pH air dan mengikat fosfat.
“Untuk Magnesium berperan dalam pertumbuhan, mempengaruhi SR (survival rate atau laju sintasan) dan pembentukan cangkang. Sementara K juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan SR dan berperan terhadap molting udang serta menurunkan tingkat kanibalisme. Jika ada keluhan petambak SR rendah, itu disebabkan K rendah,” tuturnya pada webinar berjuluk “Teknologi Budidaya Udang Air Tawar” yang digelar Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Unila bekerja sama dengan Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) Korda Lampung, baru-baru ini.
Kenapa mineral bisa berkurang di tambak? Menurut Supono yang juga Ketua MAI Korda Lampung, selama proses budidaya mineral berkurang karena terserap tanah; asimilasi menjadi daging udang; pergantian air dan rembesan (seepage) ke dalam tanah. Untuk mengatasinya maka pada pertengahan budidaya atau DOC (days of culture atau hari budidaya) 30-60 perlu disuplai mineral lagi. Selanjutnya Supono menguraikan soal komposisi ion air laut (salinitas 34,5 ppt) yang terdiri dari ion Sodium (Na) konsentrasi 10.500 (mg/liter); Mg 1.350 (mg/liter); Ca 400 (mg/liter); dan K 380 (mg/liter).
Sumber: TROBOS Aqua