Budidaya Teripang dengan Kurung Tancap

| Tue, 09 Mar 2021 - 08:48

Teripang menjadi salah satu primadona andalan marikultur bernilai ekonomis tinggi. Tak heran, banyak orang terjun ke bisnis jual-beli teripang. Namun, akibat penangkapan teripang liar di alam, kini populasinya semakin menurun. Meskipun penangkapan di alam masih memungkinkan, pasokan teripang sudah semakin berkurang. Seperti diutarakan oleh M. Yusuf, seorang PNS dari Sibolga, Sumatera Utara, yang pernah menggeluti bisnis teripang.


“Dulu, di daerah kami, teripang itu dibuang begitu saja oleh nelayan karena dipandang tidak bernilai. Banyak teripang dibiarkan begitu saja di bibir pantai. Namun, setelah tahu nilai ekonominya, orang berbondong-bondong melakukan perburuan teripang. Sekarang, karena banyaknya penangkapan, nelayan harus mencarinya ke laut lepas, sekitar 160 mil dari pantai,” papar Yusuf yang berprofesi sebagai pegawai pengadilan.


Tak heran, dengan harga yang fantastis, teripang semakin banyak diburu. Betapa tidak, harga beberapa jenis teripang, seperti pengakuan M. Yusuf, bisa menembus angka di atas 1 juta. Bahkan, untuk beberapa jenis teripang tertentu, harganya mencapai 2—3 juta per kilogram kering. Saat ini, teknik budidaya yang lazim dipraktikkan masyarakat adalah kegiatan penangkaran teripang.


Baca juga: Riset Budidaya Teripang Pasir guna Cegah Kepunahan


Pemilihan benih teripang

Benih teripang dapat ditemukan di daerah pantai yang ditumbuhi lamun. Alternatif lainnya, benih dapat dibeli dari balai benih yang sudah memproduksi benih teripang. Jika benih didapat dari alam, upayakan kegiatan pengumpulan benih dilakukan pada waktu pagi atau sore hari.


Benih yang akan ditebar sebaiknya berukuran seragam, baik jenis maupun ukurannya. Kriteria benih teripang yang baik dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain dari penampakan tubuhnya yang padat berisi dan tidak cacat. Di samping itu, benih yang baik tidak mengeluarkan cairan berwarna kekuningan.


Jika benih didatangkan dari lokasi lain, hindari pengangkutan benih dalam waktu panjang, misalnya lebih dari satu jam dalam keadaan ditumpuk. Pengangkutan benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau malam hari atau pada saat suhu tidak panas menggunakan wadah berisi substrat pasir, terutama pada sistem pengangkutan terbuka.


Benih juga dapat dihasilkan dari pemeliharaan induk teripang yang dipelihara dalam kurung tancap. Induk adalah teripang yang sudah dewasa dengan ukuran tubuh berkisar antara 20—25 cm, yang dianggap sudah dapat bereproduksi. Jika diperoleh dari tangkapan alam, sebaiknya benih teripang berukuran 5—7 cm. Pasalnya, teripang yang sudah mencapai ukuran tersebut sudah dapat beradaptasi dalam lingkungan baru dan memiliki daya tahan yang cukup.


Jika teripang didapat dari lokasi yang cukup jauh dari tempat penangkaran, sebaiknya lakukan transportasi benih secara cermat. Caranya, masukkan benih teripang ke dalam plastik berukuran 2 liter yang telah diberi substrat pasir dan air. Selanjutnya, masukkan benih teripang ke dalam wadah tersebut. Kepadatan benih di dalam wadah maksimal 3 hingga 4 ekor setiap plastiknya.


Baca juga: Lokasi Perawatan Jadi Penentu, Begini Cara Budidaya Lele


Pemilihan lokasi dan konstruksi

Lokasi budidaya menentukan keberhasilan pembesaran teripang. Pilih lokasi terbaik dengan beberapa pertimbangan, di antaranya: (1) dasar perairan laut berupa pasir, pasir berlumpur, berkarang, yang ditumbuhi tanaman rumput lindung; (2) perairan bersih dan tidak tercemar bahan-bahan kimia; (3) terlindung dari angin kencang dan gelombang besar; (4) kedalaman perairan berkisar 50—150 cm pada saat surut terendah; (5) perairan memiliki sirkulasi air yang bagus; (6) kadar garam perairan atau tingkat salinitas dalam rentang 24—33 ppt, kecerahan 50—150 cm, dan suhu 25—30 °C.


Pada sistem pen culture, area budidaya dipagari menyerupai kurungan agar teripang tidak dapat meloloskan diri. Tinggi pagar dibuat lebih tinggi dari permukaan air laut saat pasang tertinggi. Biasanya, luas kurungan pagar berkisar 400—800 meter persegi.


Jika pagar terbuat dari kayu, sebaiknya gunakan jenis kayu yang tahan air seperti kayu ulin. Balok kayu kerangka ditancapkan di empat penjuru sedalam 0,5—1 meter. Selanjutnya, balok kayu pagar ditancapkan 10—20 cm dari permukaan dasar perairan dan dibuat rapat agar teripang tidak dapat meloloskan diri, baik dari celah pagar maupun dari dasar lumpur.


Jika dinding kurungan menggunakan waring, upayakan agar sisi waring bagian bawah dipasangi papan kayu untuk mencegah teripang meloloskan diri. Papan kayu ini juga dibenamkan sedalam 30 cm untuk mencageh teripang meloloskan diri melalui dasar lumpur. Jika tidak menggunakan papan, bagian bawah waring ditekuk ke arah dalam sepanjang 15 cm. Ukuran mata jaring sekitar 0,2 cm atau lebih kecil dari ukuran tubuh teripang.


Baca juga: Pembesaran Kepiting Bakau (Scylla Serrate) Skala Kecil


Pembesaran teripang

Padat tebar benih disesuaikan dengan kondisi perairan. Pada perairan yang subur, padat tebar benih berukuran 30—40 g/ekor disarankan 15—20 ekor/m persegi. Jika benih berukuran 40—50 g/ekor, sebaiknya padat tebar 10—15 ekor/m persegi. Proses penebaran benih dilakukan pada waktu pagi atau sore hari ketika suhu tidak terlalu tinggi.


Teripang yang dibudidayakan di habitat aslinya mengandalkan pakan alami berupa plankton dan detritus yang tersedia di dalam perairan. Agar plankton tumbuh subur, selama pemeliharaan diberikan kotoran ayam yang dicampur dedak halus dan air sebanyak 0,1 kg/m persegi. Campuran kotoran ayam dengan dedak halus berfungsi sebagai pupuk untuk menyuburkan pertumbuhan plankton diatom, pakan alami bagi teripang.


Proses pencampuran dilakukan di dalam plastik. Sebelum ditebarkan, campuran dikepal-kepal supaya tidak mudah hancur. Dengan demikian, pupuk penyubur plankton ini tidak mudah hanyut ketika ditebarkan. Selanjutnya, kepalan-kepalan pupuk tersebut ditebarkan ke dalam air pada saat air surut.


Cara lain, pupuk dimasukkan ke dalam karung plastik. Selanjutnya, karung dibenamkan ke dalam air laut di dalam kurungan tancap. Dalam kurun waktu sepuluh hari, perairan sudah subur dan plankton akan tumbuh di lingkungan tersebut.


Baca juga: Usaha Budidaya Ikan Mas di Kolam Terpal Agar Cepat Panen


Proses pemanenan teripang

Lama waktu pemeliharaan hingga teripang hingga mencapai ukuran siap panen berkisar 4—5 bulan. Biasanya, ukuran teripang sudah mencapai 300—500 gram per ekor. Pemanenan dilakukan pada waktu air mencapai surut terendah. Proses ini perlu dilakukan beberapa kali, mengingat teripang biasa membenamkan diri di pasir atau lumpur ketika terjadi air surut. Ketika air pasang kembali, teripang akan keluar dari tempat persembunyiannya. Pada saat itu dapat diketahui jumlah teripang yang belum dipanen.


Agar tahan lebih lama ketika dipasarkan, terdapat penanganan yang harus dilakukan. Caranya, tusuk teripang yang masih segar dengan lidi pada bagian anus untuk membersihkan isi perutnya. Kemudian, perut dibelah sepanjang 5—10 cm dan isinya dikeluarkan. Proses pembersihan dilanjutkan dengan pembilasan menggunakan air bersih. Selanjutnya, teripang direbus selama 30 menit hingga matang.


Kulit teripang dibersihkan dengan cara direndam menggunakan bahan alami, yaitu parutan pepaya muda selama 1 jam. Alternatif lain, parutan pepaya diganti dengan NaOH, KOH, atau CaCO3. Langkah berikutnya adalah proses pengasapan untuk mengurangi kandungan air. Proses pengeringan lanjutan dilakukan dengan oven atau penjemuran di bawah terik matahari. Teripang yang berkualitas baik memiliki bobot 40% dari bobot basah.


Sumber: News KKP


Artikel lainnya

Terkini 

Ekspor Udang India ke AS Naik Tajam

Trobos Aqua

2448 hari lalu

  • verified icon2776
Terkini 

Industrialisasi Perikanan jadi Program KKP 5 Tahun ke Depan

Minapoli

1857 hari lalu

  • verified icon2678
Terkini 

Empat Langkah Tingkatkan Daya Saing Akuakultur Indonesia

Trobos Aqua

2183 hari lalu

  • verified icon2664