7 Jenis Ikan Lokal yang Berpotensi untuk di Budidaya
| Tue, 06 Oct 2020 - 13:49
Indonesia memiliki kekayaan ikan air tawar maupun laut yang potensinya masih sangat luas untuk dieksplorasi. Ikan-ikan tersebut juga banyak yang merupakan ikan endemik atau yang yang asli ditemukan di daerah perairan Indonesia. Berikut ini adalah 7 jenis ikan lokal yang berpotensi untuk Anda budidaya.
Ikan Baung (Hemibagrus sp.)
Ikan asli Indonesia pertama yang berpotensi untuk di budidayakan adalah ikan baung. Secara umum ikan ini memiliki kumis dan patil seperti halnya lele, namun memiliki bentuk tubuh yang menyerupai ikan patin. Sedikit perbedaan yang terdapat pada ikan ini adalah badannya yang lebih pendek, kepala yang lebih besar, serta sirip yang lebih tumpul bila dibandingkan dengan ikan patin.
Ikan lokal ini dapat hidup mulai dari muara sungai sampai ke bagian hulu, sehingga mudah ditemukan pada perairan umum seperti sungai, rawa, situ, danau, dan waduk. Di Indonesia sendiri ikan ini dapat ditemukan di berbagai daerah sepeti Pulau Jawa, Kalimantan, dan Sumatera Utara. Lokasi tempat ditemukannya ikan ini juga menentukan jenis ikan baung yang ada.
Contohnya seperti ikan baung kuning yang disebut juga sebagai ikan baung senggal dalam bahasa Sunda. Ikan ini ditemukan di Sungai Cianten, Cidurian, Cikeas, Cisokan, dan Cimanuk. Ikan baung tageh juga banyak tersebar di Pulau Jawa. Sedangkan untuk ikan baung putih dapat ditemukan di sungai-sungai daerah Pulau Kalimantan, Sumatera Utara (Riau, Jambi, Bayuasin, dan Ogan) dan Semenanjung Malaya.
Baca juga: Cara Budidaya Ikan Kakap Putih di Kolam Terpal, Peluang Bisnis!
Pada dasarnya ikan dengan sirip dorsal yang tegak ini, memiliki sifat nokturnal atau lebih banyak beraktivitas di malam hari. Baung termasuk jenis ikan omnivora, namun ada juga yang menggolongkannya sebagai ikan karnivora karena memakan hewan-hewan kecil di sekitarnya.
Potensi ikan lokal ini cukup tinggi karena dagingnya yang tebal digemari oleh masyarakat. Selain itu ikan ini memiliki sedikit duri yang disertai dengan cita rasa yang lezat, sehingga memiliki nilai ekonomi penting (Rp 40.000 – Rp 50.000/ kg), dan menjadi lebih tinggi lagi karena ada permintaan dari Malaysia dan Singapura.
Jika tertarik, anda dapat mulai membudidayakan ikan baung di kolam air tenang. Pertimbangan lainnya adalah sifat fisika kimia air yang anda gunakan, seperti suhu air sebaiknya berkisar antara 26—30 °C, pH berkisar antara 4—9 ppm, kandungan oksigen terlarut minimal 1 mg/liter dan optimal adalah 5—6 ppm, serta kandungan NH3 kurang dari 1,5 ppm. Untuk pembenihannya, ikan baung dapat dipijahkan dengan induksi hormonal menggunakan ovaprim dengan dosis 0,9 mL/kg. Setelahnya benih ikan baung dapat dipelihara dengan kedalam air hingga 50-80 cm.
Ikan Jelawat (Leptobarbus hoevenii)
Ikan lokal lainnya adalah ikan jelawat yang secara taksonomi masih termasuk ke dalam Ordo yang sama dengan ikan mas, sehingga tidak heran apabila sekilas tubuh ikan ini mirip dengan golongan ikan mas. Ikan jelawat dapat ditemukan di perairan sungai yang mengalir sepanjang tahun, serta danau yang berlokasi di Semenanjung Malaya dan Pulau Kalimantan. Ikan ini memiliki ukuran yang cukup besar karena dapat mencapai panjang tubuh 100 cm dan termasuk ke dalam jenis ikan omnivora.
Budidaya ikan lokal ini dapat anda lakukan dengan pemeliharaan menggunakan keramba sungai, atau keramba jaring apung di waduk dan kolam. Lingkungan perairan yang sesuai untuk budidaya ikan jelawat adalah dengan pH 5-7, oksigen terlarut 5-7 ppm, dan suhu sekitar 25-37⁰C.
Baca juga: Pakan Koi agar Cepat Besar
Untuk upaya pembenihan, ikan jelawat digolongkan matang gonad pada bobot 1,4–2,9 Kg untuk induk betina dengan jumlah telur rata-rata sekitar 140.438 butir dan matang gonad pada bobot 1 - 2,6 Kg untuk yang jantan. Pemijahan ikan jelawat adalah dengan induksi hormonal dapat dilakukan menggunakan ovaprim dengan dosis 0,7 mL/kg yang dibagi menjadi 3 kali penyuntikan untuk betina. Sedangkan bagi jantan hanya 1 kali penyuntukan dengan dosis 0,3 ml/kg. Ikan jelawat jantan dan betina pada dasarnya dapat distripping untuk memperoleh telur dan spermanya.
Ikan Nilem (Osteochilus vittatus)
Ikan nilem merupakan ikan asli Indonesia yang dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Pada habitatnya, ikan nilem hidup di sungai-sungai yang berarus sedang dan berair jernih. Ikan yang sudah mulai banyak dibudidayakan ini umumnya dapat mencapai panjang tubuh antara 18-20 cm dengan panjang maksimal mencapai 32 cm.
Ikan ini termasuk salah satu ikan air tawar yang bersifat herbivora dan memiliki kebiasaan untuk memakan ganggang sehingga dapat tergolong sebagai ikan organik. Seekor ikan nilem seberat 5 gram bisa menghabiskan pakan berupa ganggang sebanyak 6,4 kg dalam jaring apung seluas 19 m2 untuk mencapai bobot 100 gram.
Pada daerah Jawa ikan nilem sering ditemukan sebagai ikan budidaya karena rasanya yang lezat, dan juga telur ikan nilem yang banyak digemari sehingga dapat dijual terpisah. Hal yang perlu diperhatikan untuk budidaya ikan ini adalah kualitas air dengan kisaran pH 6,5-7 dan suhu 22-26⁰C. Selain itu pemijahan ikan nilem dapat dilakukan dengan induksi hormonal menggunakan ovaprim dengan dosis 0,6 mL/kg.
Ikan Kancra (Neolissochilus soro)
Ikan kancra dapat ditemukan di Pulau Sumatera dan Jawa. Ikan yang juga dijuluki sebagai ikan dewa ini adalah termasuk ikan yang langka untuk ditemukan sehingga dapat menjadi alasan utama untuk membudidayakan ikan lokal ini khususnya di bagian pembenihan.
Kualitas air yang dapat mengoptimalkan pertumbuhan ikan kancra adalah untuk oksigen dengan kisaran 5-7,5 mg/L, pH 7-8, dan suhu antara 22-26°C. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Redjeki (2007), menyatakan bahwa ikan yang dapat tumbuh hingga panjang 1 meter ini, membutuhkan waktu sekitar 3-4 minggu untuk proses pematangan gonad. Ukuran induk ikan kancra yang telah matang gonad, memiliki panjang total (TL) antara 48.5-60 cm (betina) dan 53.8-59.0 cm (jantan). Sedangkan untuk bobot tubuh (BW) induk yang matang gonad berskisar antara 0.9-3.05 kg (betina) dan 1.38-2.33 kg (jantan). Pemijahan ikan kancra dapat dilakukan dengan induksi hormonal menggunakan HCG dan ovaprim dengan dosis 0,7 mL/kg
Ikan Tawes (Barbonymus gonionotus)
Ikan tawes dapat ditemukan di Pulau Jawa dan Sumatera. Ikan yang dapat tumbuh hingga 30 cm ini lebih nyaman untuk hidup di daerah perairan yang tenang dan tergenang dengan suhu air antara 22-28⁰C.
Selain perairan yang tenang, ikan yang berpotensi untuk dibudidaya ini juga kerap ditemukan pada perairan yang luas. Jika anda ingin membudidayakan ikan tawes, maka ikan ini dapat dipelihara dengan baik pada tambak air payau hingga pegunungan dengan tinggi 800 m di atas permukaan laut.
Ikan dengan sisik keperakan ini bersifat herbivora dan utamanya memakan tumbuh-tumbuhan seperti Hydrilla, aneka tumbuhan air, dan dedaunan yang terjatuh ke sungai. Sifatnya yang herbivora dapat dimanfaatkan untuk mengendalikan gulma air. Pemijahan ikan tawes dapa dilakukan dengan induksi hormonal menggunakan ovaprim dengan dosis 0,3 mL/kg
Ikan Belida (Chitala lopis)
Ikan belida terkenal sebagai bahan dasar makanan khas Palembang yaitu pempek dan kerupuk kemplang. Ikan lokal yang berpotensi untuk dibudidayakan ini dapat ditemukan di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ikan belida lebih aktif pada malam hari dan mulai merespon makanan pada sore hari. Ikan yang bentuknya seperti bilah pisau ini suka untuk tinggal di perairan yang cenderung gelap seperti sungai-sungai yang ditumbuhi pepohonan. Pertumbuhan ikan belida dapat mencapai panjang tubuh 150 cm dengan berat 1,5-7 kg.
Satu ekor ikan belida dapat dihargai mulai dari Rp 50.000 hingga Rp 400.000. Selain sebagai ikan konsumsi, coraknya yang menarik dari tubuhnya juga dapat menjadikannya sebagai ikan hias.
Dalam upaya budidayanya, ikan belida dapat dipijahkan secara alami menggunakan substrat berupa eceng gondok. Selain itu ikan belida umumnya akan menempelkan telurnya di antara pepohonan yang sudah mati di dalam rawa-rawa dengan kedalaman sekitar 1-2 meter.
Ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)
Ikan betutu atau yang dikenal dengan nama ikan gabus malas, hampir dapat ditemukan di seluruh Indonesia, seperti di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku. Ikan betutu merupakan ikan air tawar yang menyukai perairan tenang atau di lokasi yang arus airnya tidak deras, serta terlindung oleh tumbuhan air. Di alam terbuka. ikan ini dapat tumbuh hingga 65 cm namun umumnya hanya berukuran 20-40 cm atau kurang.
Ikan asli Indonesia ini dapat dibudidayakan dengan menyediakan tempat persembunyian seperti pipa-pipa paralon. Atau jika anda memelihara ikan betutu dalam kolam tanah, pada dasarnya ikan ini senang menempel di dasar perairan yang berlumpur pada kedalaman kira – kira 40 cm
Sedangkan untuk pemijahannya sendiri dilakukan secara alami menggunakan substrat berupa tonggak kayu.
Dibuat oleh Tim Minapoli
Sumber:
Media Akuakultur. 2012. 7(1)
Wikipedia.org
Dkp.jatimprov.go.id
Bulelengkap.go.id
Fishbase
KKP.go.id
Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia. 2007, 14(2)